Nusantaratv.com - Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat Tradisional Tawangmangu (B2P2TOOT) memperkenalkan tanaman obat dan obat tradisional khas Indonesia yang dikemas dalam suvenir untuk para delegasi G20.
"Jadi kami mempromosikan tanaman obat di Indonesia melalui kreasi dalam bentuk suvenir," kata Kepala B2P2TOOT Akhmad Syaikhu, dalam keterangan tertulis di Jakarta, Kamis.
Tanaman obat tersebut berjenis anyang-anyang (Elaeocarpus grandiflorus Sm), kecipir (Psophocarpus letragonolobus DC), kayu ules (Helicteres Isora), dan jagung jali (Coix lacryma jobi).
Menurut Syaikhu, keempatnya merupakan jenis tanaman obat hasil penelitian B2P2TOOT yang diperkenalkan pertemuan G20 2nd Health Minister Meeting (HMM) di Bali pada akhir Oktober 2022.
Ia menjelaskan, anyang-anyang secara empiris digunakan sebagai antidiabetes dan disentri. Kecipir dapat membantu memperkuat sistem kekebalan tubuh terhadap banyak infeksi, dan dikenal untuk membantu dalam pencegahan kanker, diabetes, dan asma.
Sedangkan kayu ules secara empiris digunakan sebagai antipiretik dan antioksidan. Lalu biji jagung jali membantu menghambat pertumbuhan sel kanker dan meningkatkan fungsi hormonal.
Biji, buah, dan simplisia tersebut dikemas dalam puluhan dus warna merah yang disusun menyerupai segitiga diletakkan di atas meja dan dipajang tepat di bagian depan stan.
"Kotak yang dijadikan sebagai suvenir bagi para delegasi adalah unique repository of Indonesian plants (URIP)," katanya.
Pertemuan 2nd Health Minister Meeting (HMM) yang berlangsung dua hari itu merupakan rangkaian dari kegiatan Presidensi G20. Puncak acara, yakni Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20, akan berlangsung di Nusa Dua, Bali, pada 15--16 November 2022
Kegiatan HMM diikuti 190 delegasi dari negara anggota G20 dan negara maju lain, seperti Singapura, Uni Emirates Arab, Swiss, Belanda, dan perwakilan dari beberapa negara mewakili regional seperti ASEAN, Pacific Island Forum, African Union, Caribbean Community, dan NEPAD.
Sejumlah organisasi internasional seperti WHO, World Bank, GAVI, CEPI, Global Fund, dan OECD juga hadir dalam acara tersebut.
Gelaran G20, lanjut Syaikhu, menjadi kesempatan baik bagi Indonesia untuk memperkenalkan tanaman obat dan obat tradisional khas Indonesia.
Itulah sebabnya, pada side event wellness and tourism pada 14 November mendatang, lebih dari 50 mitra akan ikut mempromosikan produk berbahan baku tanaman obat tradisional.
Mereka, antara lain, pelaku industri obat tradisional, kecantikan dan spa, termasuk organisasi profesi di bidang pengobatan tradisional.
Arsitektur kesehatan global menjadi salah satu isu prioritas yang diusung Pemerintah Indonesia dalam Presidensi G20 2022.
Dua isu utama lainnya adalah transisi energi terbarukan dan berkelanjutan serta isu transformasi digital.
Dalam hal arsitektur kesehatan global, pengembangan dan pemanfaatan tanaman obat dan obat tradisional berjalan seiring dengan program pemerintah. Hal itu menjadi bagian dari ketahanan obat nasional.
"Bahan baku obat di Indonesia ini banyak sekali didatangkan atau diimpor dari luar negeri. Ini juga kurang bagus. Yang bagus adalah kita bisa secara mandiri bisa mempersiapkan obat-obatan, termasuk obat tradisional," katanya.
Selain untuk menarik perhatian delegasi G20, suvenir itu diharapkan menjadi cara untuk mengenalkan manfaat tanaman obat yang sudah lama digunakan masyarakat Indonesia sebagai obat dalam bentuk simplisia, jamu, dan fitofarmaka.
Melansir data dari laman IPB, Indonesia menjadi rumah bagi 80 persen tanaman obat di dunia. Tercatat ada sekitar 25.000 hingga 30.000 jenis tanaman yang berpotensi menjadi tanaman obat.
Harapannya, tanaman obat dan obat tradisional Indonesia memberikan kontribusi terhadap isu kesehatan global dan mengundang negara lain ikut serta dalam pengembangan tanaman obat dan obat tradisional.
“Sudah banyak yang menanyakan dari India, Arab, Brasil, Korea Selatan, dan sejumlah negara Eropa, menanyakan bagaimana mendapatkan produk tersebut. Ini kan masih bahan ya, jadi ditanyakan produknya apa saja dan lain sebagainya,” kata Syaikhu.(Ant)