Nusantaratv.com - Bus listrik menjadi salah satu armada yang disiapkan untuk mendukung mobilitas para delegasi maupun peserta selama penyelenggaraan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 di Bali.
Sebanyak 41 bus listrik baik berukuran sedang maupun besar disiapkan melayani para peserta dan delegasi G20 untuk berpindah dari satu titik ke titik lainnya di kawasan Nusa Dua dan sekitarnya.
Bus listrik tersebut melayani beberapa rute, seperti dari Bali Nusa Dua Convention Center (BNDCC)—Apurva Kempinski Bali dan Lapangan Lagoon—Apurva Kempinski Bali untuk para delegasi.
Lalu ada pula rute dari Intercontinental Jimbaran ke Apurva untuk para panitia (Tim Sherpa), serta dari Bali International Convention Center ke Apurva, GWK, dan Tahura Mangrove untuk para wartawan atau media peliput kegiatan G20.
Apabila penumpang merasa kebingungan terkait rute bus atau lokasi pemberhentian, hal itu bisa langsung ditanyakan kepada pramugari yang berjaga.
Antara, pada Selasa (15/11) berkesempatan merasakan langsung sensasi menaiki bus ramah lingkungan itu. Kesan pertama yang dirasakan adalah nyaman. Begitu memasuki bus, terdapat seorang pramugari yang menyambut dan mengarahkan penumpang untuk duduk di kursi yang tersedia.
Suasana di dalam bus juga tidak berdesakan. Di dalam bus listrik berukuran sedang tersebut, jumlah penumpang hanya dibatasi 24 orang, 19 penumpang duduk dan lima penumpang berdiri.
Selama melayani penumpang, bus melaju dengan kecepatan sedang. Tidak adanya suara mesin membuat suasana kabin terasa senyap, menambah kenyamanan selama perjalanan.
Terlebih lagi pembawaan pengemudi tidak agresif sehingga memberi rasa aman di dalam bus. Lantaran tidak adanya suara saat berkendara, pengemudi sesekali membunyikan klakson sebagai sinyal atau penanda bagi pejalan kaki maupun pengendara lain bahwa bus akan melintas.
Pengemudi bus listrik, Sri Mulyono, mengatakan bus listrik yang dia kemudikan mampu menempuh jarak hingga 165 km dalam sekali pengisian penuh. Umumnya, pengisian daya akan dilakukan ketika kapasitas baterai telah tersisa sekitar 30 atau 40 persen.
"Rata-rata itu setelah tujuh jam berkendara itu bus akan ditarik ke tempat pengisian daya untuk diisi ulang. Lama pengecasan biasanya 2 sampai 2,5 jam sudah penuh," kata dia.
Mulyono menambahkan bahwa jam operasional bus listrik dimulai sekitar pukul 06.00 WITA dan berakhir pada pukul 20.00 WITA.
Dia mengaku tidak ada kendala selama mengoperasikan bus listrik tersebut. Dia justru bangga lantaran bisa terlibat langsung untuk melayani para tamu negara pada perhelatan akbar berskala internasional tersebut.
"Kita bangga diikutsertakan di G20 ini. Ini belum tentu ada lagi, bisa jadi seumur hidup sekali. Jadi kita bangga," ucap dia.
Sementara itu, salah satu penumpang bus, Agus Tri mengaku terbantu dengan adanya bus listrik tersebut. Pria yang berprofesi sebagai jurnalis itu mengatakan keberadaan bus listrik memudahkannya dalam peliputan ketika harus berpindah dari satu lokasi ke lokasi lainnya.
"Tadi nunggu busnya juga cepat, tidak sampai lima menit. Tapi saya sempat bingung mencari lokasi titik penjemputan busnya. Jadi harus bertanya dulu ke petugas di sekitar," kata dia.
Penyediaan bus listrik untuk mendukung Presidensi Indonesia pada G20 berasal dari sejumlah pihak, di antaranya Bus Listrik Merah Putih dari Kementerian Perhubungan, Kemenristekdikti, PT INKA dan sejumlah perguruan tinggi, Universitas Indonesia, PT Indika Energi (Foxtron), PT Tentrem Sejahtera, PT Sinar armada Globalindo, PT Mobilindo Armada Cemerlang, dan PT Mobil Anak Bangsa.
Berdasarkan data dari Kementerian Sekretariat Negara (Kemensetneg), secara umum Pemerintah menyiapkan 1.452 kendaraan listrik untuk membantu mobilitas penyelenggaraan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 di Bali yang akan berlangsung pada 15-16 November 2022. Dengan rincian 962 mobil listrik, 454 motor listrik, dan 36 bus listrik, yang berasal dari berbagai produsen otomotif.
Penggunaan kendaraan listrik selama KTT G20 dilakukan untuk menunjukkan keseriusan Indonesia dalam upaya mencapai nol emisi karbon dan mendukung penggunaan energi hijau.(Ant)