Ilmuwan Klaim Temukan Varian Baru Covid-19 Deltacron, Lebih Mematikan?

Nusantaratv.com - 10 Januari 2022

Ilustrasi. (Cadenanoticias)
Ilustrasi. (Cadenanoticias)

Penulis: Adiantoro

Nusantaratv.com - Seorang ilmuwan sekaligus Profesor Ilmu Biologi di Universitas Siprus dan Kepala Laboratorium Bioteknologi dan Virologi Molekuler, Leondios Kostrikis mengklaim telah menemukan strain baru Covid-19 yang menggabungkan Delta dan Omicron, atau disebut Deltacron.

"Saat ini ada koinfeksi Omicron dan Delta dan kami menemukan strain ini yang merupakan kombinasi dari keduanya," kata Kostrikis dalam sebuah wawancara dengan Sigma TV, seperti dikutip dari Al Arabiya, Senin (10/1/2022).

Kostrikis dan timnya telah mengidentifikasi 25 kasus seperti itu dan analisis statistik menunjukkan jika frekuensi relatif infeksi gabungan lebih tinggi di antara pasien yang dirawat di rumah sakit karena Covid-19 dibandingkan dengan pasien yang tidak dirawat di rumah sakit.

"Sebelas pasien sudah dirawat di rumah sakit sementara 14 lainnya tidak," terangnya.

Sedangkan urutan dari 25 kasus Deltacron dikirim ke GISAID, database internasional yang melacak perubahan virus, pada 7 Januari lalu.  Lantas, apakah Deltracon lebih mematikan? 

Sejatinya masih diperlukan penelitian lanjutan terkait Deltacron. Merujuk ke kasus temuan, frekwensi infeksi gabungan, ditemukan lebih tinggi di antara pasien dirawat di rumah sakit dibanding tidak.

Peneliti masih mengirim temuan ke GISAID, database internasional yang melacak Covid-19. "Kita akan melihat di masa depan apakah strain ini lebih patologis atau lebih menular termasuk apakah ia lebih 'menang' melawan dua strain dominan, Delta dan Omicron," terang Kostrikis.

Namun, pakar kesehatan telah membantah klaim jika varian Covid baru bernama 'Deltacron' telah muncul yang merupakan hibrida dari strain Delta dan Omicron.

Dokter penyakit menular Dr Krutika Kuppali, yang bekerja di Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), hanya mengatakan Deltacron tidak nyata.  "Deltacron tidak nyata dan kemungkinan karena artefak pengurutan (kontaminasi lab dari fragmen urutan Omicron dalam spesimen Delta). Jangan gabungkan nama-nama penyakit menular dan serahkan pada ahlinya," ucapnya.

Sementara itu, ahli virologi Imperial College Dr Tom Peacock mengatakan, sekuens Deltacron di Siprus yang dilaporkan oleh sejumlah media besar terlihat jelas merupakan kontaminasi, di mana mereka tidak mengelompok pada pohon filogenetik dan memiliki seluruh amplikon pengurutan primer Artic dari Omicron dan Delta. 

"Sekuens delta dengan mutasi aneh pada amplikon 72 telah muncul selama berabad-abad (misalnya penyisipan Delta + Mu NTD) namun, mereka selalu menunjukkan pola non-monofiletik ini dan hampir selalu lebih mudah dijelaskan oleh masalah primer ini yang semakin parah di mana pencemaran tingkat rendah," urainya. 

Varian Deltacron hadir saat Omicron mendorong kenaikan kasus Covid-19 di seluruh dunia saat ini. Mengutip Universitas Johns Hopkins, Amerika Serikat (AS) melaporkan rata-rata tujuh hari lebih dari 600.000 kasus baru setiap hari.

Kasus tersebut meningkat 72 persen di AS dari pekan sebelumnya dan rekor pandemi. Omicron telah sukses menggantikan varian Delta, yang sebelumnya mendominasi.

Dapatkan update berita pilihan terkini di nusantaratv.com. Download aplikasi nusantaratv.com untuk akses berita lebih mudah dan cepat melalui:



0

(['model' => $post])