Hujan Lebat dalam 75 Tahun Bikin Dubai Lumpuh, Warga Ketakutan Bakal Tenggelam

Nusantaratv.com - 18 April 2024

Penampakan banjir akibat hujan lebat, dengan latar belakang menara Burj Khalifa, di Dubai, Uni Emirat Arab, pada 17 April 2024. (Foto: Amr Alfiky/Reuters)
Penampakan banjir akibat hujan lebat, dengan latar belakang menara Burj Khalifa, di Dubai, Uni Emirat Arab, pada 17 April 2024. (Foto: Amr Alfiky/Reuters)

Penulis: Adiantoro

Nusantaratv.com - Kota Dubai, Uni Emirat Arab (UEA), lumpuh akibat banjir setelah dilanda hujan lebat pada Rabu (17/4/2024). 

Hujan deras tersebut belum pernah terjadi dalam 75 tahun terakhir. Dilansir dari Arab News, Kamis (18/7/2024), akibat hujan dengan intensitas tinggi tersebut, terjadi kekacauan lalu lintas di Dubai.

Enam lintasan jalur tol tergenang air, serta satu terowongan jalan di dekat bandara terendam banjir hingga kedalaman beberapa meter. Akibatnya, bandara di Dubai tidak bisa beroperasi secara efektif.

Juru bicara Bandara Dubai menyampaikan, penerbangan dari dan keluar bandara tersebut ditunda dan dialihkan. Pihaknya juga mengingatkan, agar calon penumpang tidak perlu datang ke bandara, hingga operasional di sana dipulihkan.

"Kami bekerja keras untuk memulihkan operasi secepat mungkin," sambungnya.

Maskapai penerbangan Emirates membatalkan semua check-in karena staf dan penumpang kesulitan untuk datang dan pergi ke bandara. Apalagi dengan akses jalan terendam banjir dan beberapa layanan Metro terhenti.

UEA dibanjiri dengan curah hujan sebesar 259,5 milimeter pada Selasa (16/4/2024). Ini merupakan curah hujan terbesar sejak pencatatan yang dimulai 75 tahun lalu. Warga mengungkapkan, banyak dari mereka yang terjebak di dalam mobil dan di kantor semalaman.

"Itu adalah salah satu situasi paling mengerikan yang pernah saya alami, karena saya tahu jika mobil saya mogok, mobil itu akan tenggelam dan saya akan tenggelam bersamanya," kata seorang pekerja setelah perjalanannya selama 15 menit menjadi mimpi buruk selama 12 jam di jalan yang tergenang air.

"Saya sangat takut," cetusnya.

Maryam Al-Shehhi, prakirawan dari Pusat Meteorologi Nasional UEA, menyangkal pihaknya telah melakukan upaya rekayasa cuaca dengan penyemaian awan. "Kami tidak menggunakan penyemaian awan karena badainya sudah kuat," ujar Al-Shehhi.

" Di gurun membutuhkan waktu lebih lama dibandingkan daratan agar air dapat meresap. Jumlah hujan yang turun terlalu banyak untuk dapat diserap oleh daratan," tukasnya.

Dapatkan update berita pilihan terkini di nusantaratv.com. Download aplikasi nusantaratv.com untuk akses berita lebih mudah dan cepat melalui:



0

x|close