Hindari Gagal Panen, Petani di NTT Diminta Pantau Informasi Cuaca Melalui BMKG

Nusantaratv.com - 04 Oktober 2022

Petani sedang menanam padi. Foto (Istimewa)
Petani sedang menanam padi. Foto (Istimewa)

Penulis: Gabrin | Editor: Supriyanto

Nusantaratv.com - Kepala Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) Rahmattulloh Adji mengungkapkan, berdasarkan analisis curah hujan di bulan September sudah mulai mendapatkan beberapa curah hujan yang terjadi di sekitaran wilayah NTT, baik dari kategori rendah, menengah hingga pada kategori yang lebih tinggi .

Adji menjelaskan, kondisi curah hujan seperti di wilayah Labuan Bajo, Ruteng, Borong dan Flores bagian barat. Kemudian beberapa wilayah yang terjadi di Pulau Timor, yaitu di sekitaran Soe dan bahkan itu telah mengalami curah hujan kategori menengah antara 101-150.

"Itu analisis dari kami (BMKG)," kata Adji saat menggelar dalam konferensi Pers terkait informasi musim hujan dari BMKG dan Dinas Pertanian Provinsi NTT di Lantai satu, Kantor Gubernur NTT, Senin (2/10/2022).

Lebih lanjut, Adji menjelaskan, dari Hari Tanpa Hujan (HTH), secara umum dari hasil monitoring BMKG, bahwa telah terjadi curah hujan mulai dari kategori sangat pendek, pendek dan menengah. 

Bahkan, lanjutnya, masih ada HTH yang masih sangat panjang di beberapa titik, yaitu seperti di Kabupaten Sabu dan di Kabupaten Rote Ndao di sekitar Fiapopi.

"Dari HTH yang cukup panjang ini, yaitu di Sabu dan di Rote Ndao bagian Fiapopi, eksyirim panjang malah lebih dari 60 hari," sebutnya.

Selain itu, lanjut Dia,  di wilayah timur terdapat beberapa titik, yakni di sekitaran Oebelo.

 "Jadi selain dari itu, semuanya sudah dan 1 sampai lima hari itu sudah mulai hujan," katanya.

Terkait musim hujan, Adji menyebutkan dari pihak BMKG sendiri memiliki kriteria tersendiri, sudah masuk pada musim penghujan atau belum. 

Menurutnya, di suatu wilayah yang masuk musim penghujan bila dilihat berdasarkan satu dasario yang terukur adalah 50 mm lebih, dan diikuti oleh dua dasarian berikutnya.


"Artinya, dalam satu bulan, kurang lebih 150 mm wilayah itu memasuki musim penghujan," jelasnya.

Adji juga menjelaskan, BMKG memperkirakan awal musim penghujan jatuh pada bulan Oktober tahun 2022 di minggu ketiga.

"Bulan Oktober di minggu ketiga itu sudah memasuki musim penghujan," pungkasnya.

Untuk wilayah Kupang, musim penghujan akan jatuh di Bulan November.

 "Jadi untuk wilayah Kupang itu jatuh di bulan November awal atau akhir, itu perkiraan kita," ujarnya.


Ia juga mengatakan, akan menerbitkan buku yang bernama analisis atau evaluasi curah hujan bulanan dan tiga bulan sebagai pelengkap dari prediksi musim penghujan.

Untuk curah hujan di awal Oktober, diperkirakan daerah Ruteng akan mendapatkan curah hujan libih dahulu. Menurutnya, daerah Ruteng sering dikenal sebagai daerah basah. "Ini sekitar Oktober atau masuknya di November," kata dia.


Sementara Kadis Pertanian Provinsi NTT, Lucky Koli menjelaskan, musim penghujan terdapat beberapa kriterianya dalam sepuluh hari per 50 mm dan akan berlanjut sepuluh hari berikutnya. Dikatakan, di NTT curah hujan akan terjadi dasario ketiga untuk Flores bagian barat.

"Jadi minggu ketiga di bulan Oktober terakhir itu terjadi di Flores bagian barat," ungkapnya.


Secara normal, kata Lucky, curah hujan yang terjadi di minggu kedua bulan Oktober tahun 2022 akan terjadi di seluruh provinsi NTT.

Karena itu, sebagai Kadis Pertanian Provinsi NTT, Lucky mengimbau seluruh masyarakat NTT untuk benar-benar mengikuti semua informasi cuaca dari BMKG agar menjadi pegangan terkait curah hujan di seluruh wilayah NTT.

Tujuannya adalah untuk menghindari atau mengantisipasi gagal tanam akibat salah memprediksi curah hujan dan apalagi gagal panen.

"Kami mengimbau kepada seluruh masyarakat atau petani di mana pun berada, dapat mengikuti informasi dari teman-teman di BMKG agar tidak terjadi gagal panen," harapnya.

Dijelaskan, informasi tersebut perlu disampaikan karena sumber daya di NTT terbatas seperti persiapan benih-benih. Pasalnya, masih banyak daerah yang tidak mempersiapkan benih serta keterbatasan dari sisi anggaran.

"Sehingga kearifan ini perlu kita sampaikan kepada seluruh masyarakat pertanian di NTT untuk bijak dalam fenomena alam ini," ucapnya. (*)

Dapatkan update berita pilihan terkini di nusantaratv.com. Download aplikasi nusantaratv.com untuk akses berita lebih mudah dan cepat melalui:



0

x|close