Nusantaratv.com - Delegasi kelompok pejuang Palestina, Hamas, bakal segera berkunjung ke Mesir untuk melanjutkan pembicaraan tidak langsung dengan Israel mengenai gencatan senjata di Jalur Gaza.
Dilansir dari Anadolu Agency, Jumat (3/5/2024), rencana ini diungkapkan menyusul percakapan telepon antara pemimpin Hamas Ismail Haniyeh dan Kepala Intelijen Mesir Abbas Kamel.
Menurut pernyataan Hamas pada Kamis (2/5/2024), Haniyeh mengatakan kepada Kamel dimana sekelompok delegasi akan segera kembali ke Mesir guna melanjutkan pembicaraan yang sedang berlangsung untuk mencapai kesepakatan yang memenuhi tuntutan rakyat Palestina dan menghentikan agresi Israel.
Haniyeh juga melakukan panggilan telepon dengan Perdana Menteri (PM) Qatar Mohammed bin Abdulrahman Al Thani dan mereka sepakat melanjutkan diskusi yang sedang berlangsung dalam mencapai kesepakatan gencatan senjata.
Pembicaraan tidak langsung antara Israel dan Hamas telah dilakukan di Mesir dan Qatar. Pembicaraan itu dimaksudkan untuk mencapai kesepakatan yang mencakup pertukaran tahanan, yang mana tawanan Israel akan dibebaskan dengan imbalan pembebasan warga Palestina dari penjara-penjara Israel.
Tel Aviv meyakini lebih dari 130 warga Israel ditahan di Gaza, sementara Israel menahan sekitar 9.100 warga Palestina di penjaranya.
Sementara Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS) Antony Blinken mengatakan pada Senin (29/4/2024) dimana Israel memberikan tawaran "baik hati" kepada Hamas untuk membebaskan warga Israel yang ditawan, yang berpotensi mengarah pada gencatan senjata di Gaza.
Tawaran baru tersebut mencakup kesediaan Israel untuk membahas pemulihan kenyamanan berkelanjutan di Gaza setelah pembebasan awal sandera atas dasar kemanusiaan, kata dua pejabat Israel kepada situs berita Axios.
Israel telah melancarkan serangan militer mematikan di Gaza menyusul serangan lintas batas oleh kelompok militan Palestina, Hamas, pada 7 Oktober lalu. Hamas disebut menewaskan sekitar 1.200 korban.
Setidaknya lebih dari 34.600 warga Palestina telah terbunuh dan lebih dari 77.700 lainnya terluka akibat kehancuran massal dan krisis kebutuhan pokok di Gaza.
Lebih dari enam bulan setelah perang Israel, sebagian besar wilayah Gaza hancur, mendorong 85 persen penduduk daerah kantong tersebut mengungsi di tengah blokade makanan, air bersih dan obat-obatan yang melumpuhkan, menurut PBB (Perserikatan Bangsa-Bangsa).
Israel dituduh melakukan genosida di Mahkamah Internasional (ICJ), yang pada Januari mengeluarkan keputusan sementara yang memerintahkan Tel Aviv untuk menghentikan tindakan genosida dan mengambil tindakan untuk menjamin bantuan kemanusiaan diberikan kepada warga sipil di Gaza.