Haedar Nashir Berpeluang Kembali Memimpin PP Muhammadiyah

Nusantaratv.com - 20 November 2022

Ketua Umum PP MUhammadiyah Haedar Nashir saat menyampaikan instruksi dalam Rapat Pleno Muhammadiyah Muktamar 48 di Edutorium KH Ahmad Dahlan UMS, Sabtu (19/11/2022). ANTARA/HO--Panitia Muktamar 48 Muhammadiyah.
Ketua Umum PP MUhammadiyah Haedar Nashir saat menyampaikan instruksi dalam Rapat Pleno Muhammadiyah Muktamar 48 di Edutorium KH Ahmad Dahlan UMS, Sabtu (19/11/2022). ANTARA/HO--Panitia Muktamar 48 Muhammadiyah.

Penulis: Alber Laia

Nusantaratv.com – Haedar Nashir yang memperoleh suara terbanyak melalui pemilihan e-voting pada Muktamar Muhammadiyah ke-48 di Edutorium KH Ahmad Dahlan UMS, berkesempatan kembali menjadi Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah periode 2022-2027.

Ketua Panitia Pemilihan Dahlan Rais di Solo, Minggu, mengatakan usai pemilu bahwa 13 orang terpilih sebagai anggota PP Muhammadiyah (PPM) dari 39 calon peserta.

Dari 13 nama anggota PP terpilih Muhammadiyah menempati peringkat pertama dalam pemilihan e-voting, Haedar Nashir yang mengumpulkan 2.203 suara, disusul Abdul Mu'ti dengan mendapatkan 2.159 suara.

Anwar Abbas ketiga dengan 1.820 suara, Busyro Muqoddas (1.778), Hilman Latief (1.675), Muhadjir Effendy (1.598), Syamsul Anwar (1.494), Agung Danarto (1.489), Saad Ibrahim (1.333), Syafiq A Mughni (1.152), Dadang Kahmad (1.119), Ahmad Dahlan Rais (1.080), dan Irwan Akib (1.001).

Sebanyak 13 anggota PP Muhammadiyah akan dibawa ke pertemuan Muktamar Muhammadiyah di Edutorium KH Ahmad Dahlan, pada Minggu (20/11).

Dahlan Rais mengatakan dari perolehan nama tersebut, kemungkinan ketua umum lah yang mendapatkan suara terbanyak. Ini juga untuk menghargai siapa yang mendapat suara terbanyak.

"Kepala jenderal yang terpilih dalam pertemuan 13 orang, harus dimintai persetujuan kepada muktamirin. Sedangkan sekjen ditunjuk oleh pimpinan umum terpilih," kata Dahlan Rais.

Kendati demikian, kata Dahlan, ada sejarah menjadi ketua umum bukan yang dipilih oleh muktamirin.

Ia mencontohkan dalam Muktamar di Purwokerto pada 1950-an, pemimpin terpilih tidak ada yang mau menjadi ketua umum. Akhirnya mereka meminta Buya Sutan Mansur di Sumatera Barat untuk memimpin Muhammadiyah. Buya siap untuk kemudian pindah ke Jawa untuk menjadi kepala jenderal.(Ant)

Dapatkan update berita pilihan terkini di nusantaratv.com. Download aplikasi nusantaratv.com untuk akses berita lebih mudah dan cepat melalui:



0

x|close