Nusantaratv.com - Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir mengatakan bahwa Museum Muhammadiyah di Universitas Ahmad Dahlan (UAD) Yogyakarta yang baru saja diresmikan tersebut merupakan kontribusi persyarikatan Islam ini untuk bangsa Indonesia.
"Ini merupakan tonggak baru ya, karena Muhammadiyah bekerja sama dengan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), membangun museum sebagai wujud dari kontribusi Muhammadiyah untuk bangsa," kata Haedar usai peresmian Museum Muhammadiyah di UAD Yogyakarta, Senin.
Oleh karena itu, kata dia, Museum Muhammadiyah yang pembangunannya bekerja sama dengan pemerintah ini akan diteruskan dan dikembangkan Muhammadiyah dengan berbagai macam kelengkapannya, pihaknya juga berkeinginan menjadikan museum yang modern.
"Masih ada dua lantai yang mau kita sempurnakan. Dan belajar dari ini sebenarnya masyarakat bisa punya kultur, punya budaya ke museum, apalagi di Indonesia ini mohon maaf budaya ke museum masih kurang," katanya.
Haedar mengatakan, dan mestinya mengunjungi museum itu bisa dijadikan satu paket dengan budaya rekreasi di masyarakat Indonesia, apalagi rekreasi di Indonesia sudah membudaya, sehingga bagaimana budaya ke museum itu juga mulai dibangun.
"Karena dengan ke museum orang menjadi belajar sejarah, apalagi buat generasi millenial, kan pewaris Indonesia ini generasi millenial, termasuk mereka-mereka yang muda-muda, supaya mereka tidak menjadi lost generation, generasi yang hilang," katanya.
Lebih lanjut, Haedar mengatakan, bahwa museum bukan hanya berbicara tentang masa lampau, tetapi juga proyeksi ke masa depan, karenanya kepada seluruh keluarga besar persyarikatan agar memanfaatkan Museum Muhammadiyah sebagai kunci pembuka sejarah sekaligus proyeksi Muhammadiyah ke depan.
"Ajakan saya pertama pada seluruh pimpinan wilayah daerah sampai cabang dan ranting yang punya situs penting terutama dari generasi Muhammadiyah awal itu bisa terus berkomunikasi dengan UAD, agar bisa melengkapi isi museum ini," katanya.
Haedar mengatakan, koleksi dari Museum Muhammadiyah dalam gedung tiga lantai tersebut diantaranya tentang sejarah perjalanan Muhammadiyah, perkembangan lembaga lembaga pendidikan, dan organisasi otonom termasuk Hizbul Wathon, yang melahirkan tokoh perjuangan Soedirman.
"Kemudian ada Aisyiyah, salah satu inisiator kongres perempuan pertama, jadi kesadaran tentang hak hak perempuan boleh sekolah, boleh jadi dokter, jadi pendakwah, bahkan belakangan menjadi pemimpin itu Aisyiyah ikut kontribusi sejak awal," katanya.(Ant)