Nusantaratv.com - Guru Besar Hukum Islam Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta Ahmad Tholabi Kharlie mengatakan bahwa memotong hewan kurban saat Idul Adha memiliki makna spiritual yang juga berkaitan dengan makna sosial kepada masyarakat.
Pendapat itu dia sampaikannya saat menjadi Khatib Shalat Idul Adha 1444 Hijriah di Masjid Agung At-Tin, Jakarta Timur, Kamis.
“Kurban bukti kesetiaan dan syukur kepada Allah, di sinilah relevansi ibadah kurban yang kita lakukan. Kurban tidak cukup hanya membagikan daging, tapi ada makna spiritual yang juga terkait dengan makna sosial kepada masyarakat,” kata Thalabi.
Dia menjelaskan, merujuk pada kisah Nabi Ibrahim AS dan Nabi Ismail AS, hewan kurban merupakan simbol sifat kebinatangan dari manusia, seperti rakut, serakah, dan sebagainya. Penyembelihan dilakukan untuk menggugurkan sifat-sifat buruk tersebut dari diri manusia.
Sementara itu, bila sifat-sifat buruk itu dipelihara, akan menjadi bagian dari sistem sosial yang penuh dengan hal-hal negatif. Dia mencontohkan, sifat kebinatangan manusia dapat membuat orang yang kuat menyiksa yang lemah, orang pintar mengakali yang bodoh, dan hukum dapat berbuat semena-mena.
“Sifat-sifat buruk itu disimbolkan oleh hewan kurban dan harus disembelih, karena kita harus bisa menjalani hidup dengan lebih beradab,” ujar Thalabi.
Selain itu, kata dia, praktik menyembelih hewan kurban juga dapat mendorong jiwa umat yang toleran dan memperhatikan saudara-saudaranya.
Thalabi menambahkan, hikmah lain dari penyembelihan hewan kurban adalah pembelajaran mengenai kecintaan umat Islam kepada Allah serta kepatuhan anak terhadap orang tua.
Umat Islam perlu memprioritaskan kecintaan dan pengabdian kepada Allah, melebihi kepada makhluk.
Sikap pengabdian dan kecintaan kepada Allah itu juga akan terefleksikan pada kepatuhan anak kepada orang tua, sebagaimana yang dicontohkan oleh Nabi Ismail kepada Nabi Ibrahim.
“Karena itu, kurban adalah suatu keniscayaan, baik secara vertikal maupun horisontal,” katanya. (Ant)