Nusantaratv.com - Gunung Merapi di perbatasan Provinsi Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta meluncurkan awan panas guguran dua kali dengan jarak luncur sejauh 1.000 meter (1 kilometer) ke arah Kali Boyong pada Jumat.
Kepala Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) Agus Budi Santoso melalui keterangan resminya di Yogyakarta, Jumat, mengatakan awan panas guguran pertama terjadi pada pukul 09.05 WIB dengan jarak luncur sejauh lebih kurang 1 km ke arah Kali Boyong atau barat daya.
"Awan panas guguran tercatat di seismograf dengan amplitudo 18 mm dan durasi 135 detik," kata dia.
Selanjutnya, awan panas guguran kembali terpantau pada pukul 12.08 WIB dengan jarak luncur 1.000 meter ke arah barat daya dengan amplitudo 23 mm berdurasi 104 detik.
Menurut Agus, sebelumnya awan panas guguran tercatat terakhir kali keluar dari Gunung Merapi pada 22 Juni 2022.
Selama pengamatan BPPTKG mulai pukul 06.00 sampai 12.00 WIB, menurut Agus, asap kawah bertekanan lemah teramati berwarna putih dengan intensitas sedang hingga tebal setinggi 30-150 meter di atas puncak kawah Merapi.
Sementara itu, berdasarkan pengamatan visual aktivitas Gunung Merapi mulai 28 Oktober sampai 3 November 2022, BPPTKG menyatakan tidak ada perubahan morfologi yang signifikan, baik pada kubah barat daya maupun kubah tengah Merapi.
Agus menyebutkan volume kubah lava pada bagian barat daya Merapi tercatat sebesar 1.626.000 meter kubik dan kubah tengah sebesar 2.772.000 meter kubik. "Volume kubah terhitung tetap," ujar Agus.
Hingga kini BPPTKG masih mempertahankan status Gunung Merapi pada Level III atau Siaga.
Guguran lava dan awan panas dari Gunung Merapi bisa berdampak ke area dalam sektor selatan-barat daya yang meliputi Sungai Boyong (sejauh maksimal lima km) serta Sungai Bedog, Krasak, Bebeng (sejauh maksimal tujuh km).
Selain itu, guguran lava dan awan panas dari Gunung Merapi bisa berdampak ke area di sektor tenggara yang meliputi Sungai Woro (sejauh maksimal tiga km) dan Sungai Gendol (sejauh lima km).
Apabila gunung api itu mengalami letusan eksplosif, kata Agus, lontaran material vulkaniknya dapat menjangkau daerah dalam radius tiga kilometer dari puncak gunung.(Ant)
“Ini (gastric emptying scintigraphy) mungkin tidak tersedia juga di berbagai pusat kesehatan, jadi mungkin di kota-kota besar saja yang ada untuk pemeriksaan seperti ini. Tetapi hal ini mungkin dibutuhkan untuk kejelian dokter untuk melakukan diagnostik,” kata Nenny.(Ant)