GAPKI Beberkan Kronologi dan Alur Anjloknya Harga Sawit

Nusantaratv.com - 05 Juli 2022

Ilustrasi demo petani sawit memprotes larangan ekspor CPO dan bahan baku minyak goreng beberapa waktu lalu/ist
Ilustrasi demo petani sawit memprotes larangan ekspor CPO dan bahan baku minyak goreng beberapa waktu lalu/ist

Penulis: Ramses Manurung

Nusantaratv.com-Anjloknya harga tandan buah segar (TBS) sawit sekarang ini bukanlah sebuah peristiwa yang tiba-tiba dan tanpa sebab. Kebijakan pemerintah melarang ekspor CPO dan bahan baku minyak goreng yang akhirnya dibuka kembali menjadi salah satu faktor yang menyebabkan merosotnya harga TBS sawit di berbagai daerah di Indonesia. 

Ketua Umum Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki), Joko Supriyono menjelaskan kronologi sekaligus alur anjloknya harga sawit dalam beberapa pekan ini. Joko mengatakan kondisi ini dimulai dari penuhnya tangki penampungan hingga perusahaan mengalami hambatan untuk melakukan ekspor Crude Palm Oil (CPO).

"Ekspor Crude Palm Oil (CP) tersendat dan penuhnya tangki penampungan serta tangki refinery (pemurnian proses pengolahan minyak mentah) di perusahaan kelapa sawit, sehingga anjloknya harga sawit," beber Joko Supriyono, Senin (4/7/2022).

Akibat tangki milik perusahaan penuh, kata Joko, sehingga tidak bisa memproduksi lebih banyak CPO. Jika diproduksi tetapi tidak bisa ekspor, akhirnya banyak perusahaan memilih menghentikan aktivitas sementara.

"Yang menjadi permasalahan saat ini di mana ekspor belum berjalan dengan lancar, refinery tangki penuh, perusahaan kelapa sawit tidak bisa beli, bahkan ada yang tutup, rangkaian ini yang harus diurai, percepatan ekspor tentu saja," ujarnya.

Joko menyatakan hal ini menjadi tugas Gapki untuk memberikan edukasi kepada para pihak pemda, petani, dan semua stakeholder terkait agar mengupayakan memperjuangkan bersama.

Baca juga: Petani RI Ramai-ramai Jual Sawit ke Malaysia, Mendag: Wajar di Sana Mahal!

"Menyelesaikan harga TBS tidak hanya memerintahkan memaksakan perusahaan beli, tidak akan bisa. Karena persoalan tangki penuh, CPO tidak laku dijual, ekspor tidak lancar. Dan untuk petani tidak bisa maunya sendiri, kita sendiri, ini satu kapal yang harus berlayar bersama," paparnya.

Joko menyatakan pihaknya telah menyampaikan untuk menaikkan harga TBS dan ekspor harus naik. Kalau ekspor tersumbat, kendala tangki tidak akan terkuras, dan TBS terbatas dibeli.

"Kita terus menyampaikan aspirasi dan kondisi persoalan di lapangan kepada pemerintah, bahkan mengusulkan agar keran ekspor kembali dipermudahkan sehingga ekspor menjadi lancar. Ditambah harga sawit dunia pun saat ini mengalami penurunan," terangnya, mengutip negerilaskarpelangicom.

Lebih lanjut Joko Supriyono menjelaskan, ada hal yang harus dipahami pasca-larangan ekspor sawit, antara lain banyak perusahaan yang harus kontrak ulang dengan kapal pengangkut. Lalu, pelaku ekspor menghadapi ketidakpastian dan harus sudah siap kontrak dalam kondisi normal. Semua negosiasi bisa berjalan lancar bila izin ekspor sudah keluar.

Kemudian, dia menambahkan bahwa pengusaha meminta relaksasi. Bila melakukan ekspor sawit dengan harga turun, maka perusahaan kena beban pungutan ekspor besar. Inilah yang diminta supaya ekspor berjalan kencang dulu agar tangki bisa terkuras dan pembelian normal kembali.

"Indonesia menjadi produsen terbesar, eksportir terbesar dan konsumen terbesar. Sawit ini menjadi primadona dan membanggakan Indonesia dan harus memiliki daya saing. Apa yang terjadi hari ini kesalahan dalam menangani kesalahan. Kita tidak boleh menyerah dan sampaikan terus persoalan di lapangan kepada pemerintah pusat karena tidak sepenuhnya pemerintah pusat memahami persoalan di lapangan," pungkasnya.


 

Dapatkan update berita pilihan terkini di nusantaratv.com. Download aplikasi nusantaratv.com untuk akses berita lebih mudah dan cepat melalui:



0

x|close