Nusantaratv.com - Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memperkirakan fenomena La Nina di Bali masih akan terus berlangsung. Bahkan fenomena tersebut diprediksi berlangsung hingga Februari 2023 mendatang.
"BMKG memperkirakan La Nina masih akan berlangsung hingga Desember sampai dengan Februari 2023," ujar Koordinator Bidang Data dan Informasi BBMKG Wilayah III Denpasar I Nyoman Gede Wiryajaya dalam diskusi di Kota Denpasar, Jumat (21/10/2022).
Kendati telah memprediksi fenomena La Nina akan berlangsung hingga awal 2023, Wiryajaya menegaskan pihaknya masih terus memantau perkembangan selanjutnya. Pemantauan terus dilakukan karena dinamika atmosfer yang sangat dinamis.
"Nanti kami lihat perkembangannya apakah akan seperti apa, kita lihat. Dinamika atmosfer sangat dinamis perkembangannya, tapi kami akan pantau terus sebagai bahan membuat prakiraan ke depannya," jelas dia.
Wiryajaya mengungkapkan, fenomena tersebut bukan hanya diprediksi terjadi di Indonesia. Beberapa negara lain juga memprediksi hal yang sama, termasuk Japan Meteorological Agency (JMA).
"Semuanya menyebutkan ada potensi La Nina untuk tahun ini, bahkan mereka menyebut itu sampai dengan Februari 2023 masih berpengaruh fenomena La Nina tersebut walaupun dalam kategori lemah," jelas Wiryajaya.
Tak hanya sekadar fenomena biasa, BMKG bahkan memprediksi terjadinya La Nina triple-dip. Wiryajaya menjelaskan, La Nina triple-dip berarti fenomena tersebut berlangsung selama tiga tahun berturut-turut, yakni dari 2020 hingga 2023. Hal ini juga diprediksi terjadi di berbagai belahan dunia lainnya.
"Karena fenomena La Nina itu merupakan fenomena global untuk semua negara yang mengalami, bukan cuma Indonesia," ujarnya.
Fenomena La Nina triple-dip ini bukan terjadi pertama kali. Hal yang sama juga sempat terjadi pada tahun 1973-1975 dan 1998-2001. Salah satu dampak La Nina yakni musim hujan yang datang lebih awal daripada biasanya.
"Jadi Indonesia akan mengalami musim hujan yang lebih awal musim hujannya akan datangnya, lebih awal dari kondisi normalnya. Jadi itu salah satu dampak dari pada La Nina," ungkap Wiryajaya.
Di sisi lain, Wiryajaya mengungkapkan pihaknya sudah melakukan prediksi terkait musim hujan di wilayah Bali sejak September 2022, dan memang sejak awal sudah diprediksi terjadi La Nina. Ia mengaku sudah merilis prediksi tersebut ke masyarakat.
"Jadi dari awal kami sudah memprediksi La Nina. Dan bukan cuma Indonesia saja, beberapa institusi dunia juga memprediksi hal tersebut. Bahkan sekarang ini kami lihat bisa sampai awal bulan depan," ungkapnya.
Dalam prediksi itu, pihaknya memperkirakan puncak musim hujan untuk wilayah Bali sebagian besar terjadi pada Januari 2023. Prediksi dibuat Stasiun Klimatologi yang berlokasi di Kabupaten Jembrana.
"Jadi sekitar 95 persen wilayah Bali itu puncak musim hujannya Januari. Itu prediksi dari BMKG yang dibuat Stasiun Klimatologi Bali yang di Jembrana," kata Wiryajaya.
"Kemudian prakiraan musimnya diawali September awal terjadi untuk Bali tengah, itu pertama masuk musim penghujan yang diikuti lainnya. Yang terakhir nanti pesisir utara Bali bagian barat yang akan masuk musim penghujan terakhir, sekitar bulan Desember pertengahan," sambungnya.