Eks Marinir AS Ngaku Lihat UFO Penuh Senjata di RI, Diancam Dibunuh Kalau Cerita

Nusantaratv.com - 16 Juni 2023

Penampakan UFO. (Net)
Penampakan UFO. (Net)

Penulis: Mochammad Rizki

Nusantaratv.com - Mantan marinir Amerika Serikat (AS), Michael Herrera mengaku pernah melihat UFO kala bertugas di Indonesia. Ia mengklaim benda itu menyerupai piring terbang yang sangat besar dan penuh senjata. 

Peristiwa itu disaksikan oleh Herrera bersama lima orang temannya, kala bertugas di Indonesia pada tahun 2009 silam.

Setelah adanya penyelidikan intensif UFO di AS, beberapa saksi termasuk Herrera akhirnya angkat bicara terkait peristiwa itu. Herrera sendiri merupakan marinir penembak jitu yang dikirim dalam misi kemanusiaan usai gempa bumi Sumatra tahun 2009 di Padang.

Pada wawancara eksklusif dengan DailyMail, Herrera bercerita pada bulan Oktober di tahun yang sama dia bertugas menjaga penerjunan pasokan bantuan di luar kota Padang. Saat itu, unitnya yang beranggotakan enam orang melihat kapal aneh berbentuk segi delapan melayang yang tampaknya dipakai oleh pasukan rahasia AS.

Herrera akhirnya berani menceritakan kejadian yang dialaminya tersebut setelah 14 tahun diam. Dia mengisahkannya di bawah perlindungan pengungkap fakta UFO yang baru dan bersaksi di bawah sumpah pada tim investigasi UFO pemerintah, All-domain Anomaly Resolution Office (AARO), serta komite Senat.

Awalnya, Herrera bergabung dengan Marinir setelah lulus SMA. Lalu dia ditugaskan ke Filipina untuk membantu mendistribusikan bantuan setelah bencana topan.

Saat gempa bumi hebat melanda Sumatera di 2009, dia dialihkan ke wilayah tersebut untuk membantu menjaga pengiriman bantuan dari udara di sekitar Kota Padang.

Suatu ketika pada Oktober, dia dan lima marinir diturunkan di tempat terbuka di bagian timur laut kota dengan helikopter dan mendaki untuk mengambil pasokan yang masuk. Saat itulah dia melihat benda aneh di sisi lain bukit.

"Saya bisa lihat sesuatu bergerak dan berputar. Warnanya berubah antara abu-abu matte yang sangat terang jadi hitam matte sangat gelap," ujarnya.

Dia mengatakan ukuran benda itu sangat besar, nyaris seukuran lapangan sepak bola.

"Pesawat itu berputar searah jarum jam sambil mengubah warna. Ada dengungan terdengar. Bentuknya segi delapan dengan piramida di atasnya berwarna hitam."

Semua bagian pesawat ditutup semacam sisik dan tepi tajam yang diduga buatan manusia. Saat Herrera dan lima rekannya makin dekat dari pesawat, mereka seketika disergap delapan orang mengenakan kamuflase serba hitam, rompi anti peluru, senapan, dan alat penglihatan malam kelas atas yang diberikan pada pasukan elit AS.

"Mereka mengacungkan senjata ke arah kami. Siapa kalian? Apa yang kamu lakukan di sini?' dua dari mereka berteriak dengan aksen Amerika. Mereka bilang kita tidak seharusnya ada di sana, dan mereka bisa membunuh kami," kata dia.

Herrera menyebut, saat diperiksa dia melihat orang lain membawa semacam 'kotak senjata besar' dan kontainer lain dari truk Ford yang dimodifikasi ke platform di bawah pesawat itu. Saat dua truk terakhir selesai membongkar muatan, bagian bawah platform naik dari tanah dan menyatu ke bagian pesawat.

"Di sudut pesawat, ada lampu yang berubah-ubah antara biru, merah, kuning, dan hijau. Pesawat itu naik dan melewati pepohonan, lalu meluncur menuju laut dengan kecepatan sekitar 4.000 mph. Kami tidak percaya ini terjadi," jelas dia.

Usai diperiksa, senjata mereka dikembalikan lalu mereka digiring untuk pergi oleh delapan tentara tak bertanda. Herrera bersama 5 temannya begitu takut sehingga memutuskan diam tentang kisah itu.

"Saya sangat takut. Saya berpikir saya bisa saja terbunuh, bagaimana saya akan menjelaskan hal ini?" jelas dia.

Mereka lalu kembali ke Filipina beberapa hari kemudian. Setelah minum-minum di malam hari dengan rekan-rekannya, mereka mendapati memori kamera dan ponsel masing-masing telah hilang.

Di awal Desember 2009, Herrera kembali ke Camp Hansen di Okinawa, Jepang. Saat itu dia disuruh melapor ke kantor dan berjumpa seorang letnan kolonel Angkatan Udara berseragam lengkap tetapi tidak beridentitas.

"Dia mulai memberi tahu saya, 'Anda tidak diizinkan berbicara tentang apa yang terjadi, tidak pada rantai komando Anda, bahkan seorang jenderal. Kamu bisa masuk penjara, atau kamu akan mati," kisah Herrera.

"Dia mengatakan kepada saya tutup mulut dan menyelipkan kertas pada saya. Satu-satunya hal yang dapat saya ingat adalah tertulis 'TS/SCI', Top Secret/Sensitive Compartmented Information. Dan ada Indonesia di dalamnya," imbuhnya.

Herrera pun menandatanganinya dan keluar dari sana. "Saya berlari kembali ke barak dan tidak pernah membicarakannya lagi sejak itu. Itu adalah sesuatu yang saya rahasiakan selama hampir 14 tahun. Tapi saya memikirkannya setiap hari."

Pada Oktober 2011, dia meninggalkan Angkatan Laut. Marinir itu akhirnya terdorong menceritakan kisahnya atas perlindungan whistleblower UFO baru yang diberlakukan pada bulan Desember silam.

Pada 2017, Herrera bertemu aktivis UFO Dr. Steven Greer dan Greer membujuknya untuk berbicara, menghubungkannya dengan staf kongres dan AARO awal tahun ini.

Dirinya pun berencana menceritakan kisahnya pada konferensi pers di Washington DC yang diselenggarakan oleh Greer, bersama empat saksi UFO lainnya. Eks marinir itu mengklaim lima mantan rekannya terlalu takut untuk maju.

Dapatkan update berita pilihan terkini di nusantaratv.com. Download aplikasi nusantaratv.com untuk akses berita lebih mudah dan cepat melalui:



0

x|close