Dubes China: Kunjungan Xi ke Jepang "Berharga" bagi Hubungan Bilateral

Nusantaratv.com - 02 Desember 2022

Ilustrasi - Bendera China dan Jepang. (ANTARA/Reuters/Dado Ruvic/Illustration/as)
Ilustrasi - Bendera China dan Jepang. (ANTARA/Reuters/Dado Ruvic/Illustration/as)

Penulis: Alber Laia

Nusantaratv.com - Duta Besar China untuk Jepang Kong Xuanyou pada Kamis (1/12) mengatakan bahwa kunjungan resmi Presiden Xi Jinping ke Jepang sebagai tamu negara, jika terwujud, akan "sangat berharga" bagi hubungan bilateral China-Jepang.

Hubungan kedua negara itu sering tegang karena beragam masalah, termasuk sengketa wilayah.

Dalam sebuah wawancara dengan Kyodo News, Kong juga menekankan bahwa China harus terus mengintensifkan pertukaran kunjungan di "tingkat pemimpin" dengan Jepang.

Wawancara itu dilakukan pada beberapa pekan sejak dua kekuatan Asia itu mengadakan pertemuan puncak pertama mereka dalam hampir tiga tahun.

Pernyataan Kong itu muncul saat protes terhadap kebijakan nol-COVID telah menyebar di seluruh China, ketika beberapa demonstran membuat tuntutan yang sangat jarang diserukan, yakni meminta agar Xi mundur.

Kebijakan itu mencakup penguncian dan karantina di bawah pengawasan publik yang ketat.

Walaupun aturan pembatasan COVID yang sangat ketat telah mencegah aliran kunjungan orang di antara kedua negara, Kong menyatakan harapannya bahwa pemerintah China yang dipimpin Partai Komunis akan melonggarkan langkah-langkah tersebut dengan mempertimbangkan kepentingan warganya.

Kunjungan Xi ke Jepang akan menjadi "hal penting dan kekuatan pendorong strategis yang tak ternilai" bagi hubungan China-Jepang, kata Kong.

Xi semula dijadwalkan mengunjungi Jepang sebagai tamu negara pada musim semi 2020 untuk bertemu Kaisar Naruhito dan mengadakan pertemuan tingkat tinggi dengan mantan Perdana Menteri Shinzo Abe, yang tewas ditembak saat kampanye pemilu pada Juli 2022.

Namun, Tokyo dan Beijing terpaksa menunda perjalanan Xi dengan alasan merebaknya virus corona jenis baru, yang pertama kali terdeteksi di Kota Wuhan, China tengah, pada akhir 2019.

Sebelumnya, di sela-sela KTT Forum Kerja Sama Ekonomi Asia-Pasifik (APEC) di Bangkok pada pertengahan November, Xi telah bertemu langsung dengan Fumio Kishida untuk pertama kali sejak Kishida menjabat sebagai PM Jepang pada Oktober 2021.

Pada pertemuan mereka, Xi dan Kishida sepakat bahwa China dan Jepang akan bekerja sama untuk menstabilkan hubungan bilateral, namun kedua pemimpin tidak membahas tentang kunjungan kenegaraan Xi, menurut seorang pejabat pemerintah Jepang.

Presiden China terakhir yang diterima Jepang sebagai tamu negara adalah Hu Jintao pada Mei 2008.

Kedua negara Asia itu berselisih tentang kepemilikan Kepulauan Senkaku, yang diklaim oleh China dan disebut sebagai Pulau Diaoyu.

Kapal penjaga pantai China berulang kali memasuki perairan teritorial Jepang di sekitar Senkaku, sekelompok pulau tidak berpenghuni.

Namun, Kong mengisyaratkan bahwa China dan Jepang akan mengatur rencana kunjungan Xi sesuai situasi pandemi. Dia mengaku percaya bahwa pertukaran kunjungan di antara kedua negara kemungkinan akan "pulih dalam skala penuh dalam waktu dekat".

Di tengah sejumlah aksi protes nasional baru-baru ini terhadap sikap China yang tetap mempertahankan kebijakan nol-COVID, Kong mengatakan bahwa pemerintahan Xi akan "berusaha melakukan yang terbaik" sambil "memperhatikan keinginan rakyat."

Sementara itu, hubungan China-Jepang telah terganggu karena masalah Taiwan, terutama setelah Ketua DPR Amerika Serikat Nancy Pelosi mengunjungi pulau yang memiliki pemerintahan sendiri itu pada awal Agustus.

Menyusul kunjungan Pelosi, yang merupakan pejabat tertinggi ketiga di AS, China melakukan latihan militer besar-besaran di kawasan yang mengelilingi Taiwan sebagai pembalasan.

China menembakkan sejumlah rudal balistik, beberapa di antaranya jatuh ke zona ekonomi eksklusif (ZEE) Jepang yang terletak di sebelah timur pulau itu.

Kong mengatakan China belum menerima klaim Tokyo bahwa rudalnya mendarat di ZEE Jepang. Dia mengatakan, "Kami belum menentukan batas wilayah laut".

Beijing dan Taipei memerintah sendiri-sendiri sejak keduanya berpisah pada 1949 akibat perang saudara.

Xi menggambarkan Taiwan sebagai "kepentingan inti China". Dia berjanji untuk menyatukan kembali Taiwan yang dianggap China sebagai provinsi pemberontak.

Penyatuan kembali Taiwan dengan China daratan akan dilakukan, jika perlu dengan kekuatan, kata Xi.(Ant)

Dapatkan update berita pilihan terkini di nusantaratv.com. Download aplikasi nusantaratv.com untuk akses berita lebih mudah dan cepat melalui:



0

x|close