Nusantaratv.com - Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura (DTPH) Sulawesi Tengah mendorong petani agar memanfaatkan lahan tidur untuk menanam komoditi kedelai.
Kepala Bidang Tanaman Pangan DTPH Sulteng, Retno Erningtyas di Palu, Kamis, menyampaikan dorongan itu untuk menggenjot produksi domestik yang akan memenuhi permintaan pasar dan suplai ke kawasan Ibu Kota Negara (IKN).
"Karena memang secara nasional pemerintah Indonesia sedang dalam tahap untuk melepas ketergantungan terhadap impor sehingga jalan untuk meningkatkan produksi itu adalah mendorong petani melihat lahan tidur atau lahan kering untuk ditanami kedelai," kata Retno di Palu, Kamis.
Dia menjelaskan salah satu program yang saat ini sedang dijalankan adalah dengan cara menyalurkan bantuan benih baik secara reguler maupun melalui anggaran belanja tambahan (ABT).
Adapun pihak DTPH mencatat program reguler untuk komoditi kedelai telah ditanami pada lahan seluas 1.500 hektare dan ABT telah dilakukan penanaman pada lahan seluas 7.871 hektar yang masing-masingnya dilakukan sudah dilakukan pada 2022 pada 11 kabupaten/kota.
"Tambahan ABT kedelai tahun ini ke lahan seluas 20.000 hektaree, sedangkan yang kontrak baru masuk 7.871 hektare sebagian sudah disalurkan dengan jumlah kelompok tani masing-masing untuk regular 85 kelompok tani dan ABT 414 kelompok tani. Sedangkan luas lahan yang lain untuk memenuhi target 20.000 hektare itu telah memiliki usulan calon lokasi dan calon petani," jelasnya.
Selanjutnya, Retno berujar pihaknya mengalami kendala dalam memenuhi target tersebut sebab ketersediaan benih yang masih terbatas dan permintaan dari luar daerah yang sulit terpenuhi karena berbagai kendala.
Meskipun begitu pihak DTPH Sulteng akan tetap melakukan melakukan monitor jika luar wilayah luar Sulteng memiliki stok maka akan diajukan permintaan.
Selain membagikan benih, upaya lain yang sedang dijalankan Pemerintah Sulteng melalui DTPH adalah skema tumpang sisip tanaman komoditas antara jagung dan kedelai demi memaksimalkan lahan yang telah tergarap.
Retno mengatakan keuntungan yang dirasakan petani dari konsep itu adalah mendapat nilai ekonomi lebih dibanding hanya menanam satu komoditas.
"Contohnya itu menanam jagung dan kedelai dalam satu areal yang sama sekitar 1.000 hektare di Poso dan Morowali Utara, karena memang pada dasarnya tanaman kedelai memberikan unsur hara lain terhadap tanaman yang ditumpang sisip itu," katanya.
Dia menambahkan pada Desember mendatang, pihaknya melangsungkan panen raya di lahan para petani yang merupakan objek dari pembagian bibit pada wilayah Toili dengan proyeksi mencapai 1.000 ton.
"Kami sudah sampaikan agar dipisahkan hasil panen yang akan dijual dan yang akan jadi benih serta yang menjadi konsumsi, sebab 2023 Sulteng akan butuh benih yang cukup besar," tambahnya.
Adapun harga kedelai saat ini untuk konsumsi berkisar Rp11.000 per kilogram ditingkat petani, sedangkan harga pasar mencapai Rp15.000 per kilogram, serta benih menyentuh harga Rp20.000 per kilogram.(Ant)