DonCast: Pilkada Rasa Pilpres karena Ada Pertarungan Jokowi Vs PDIP-Megawati, Adi Prayitno: Jakarta Itu Bukan Basisnya Jokowi

Nusantaratv.com - 22 November 2024

Pengamat politik Adi Prayitno dalam acara DonCast di NusantaraTV/tangkapan layar NTV
Pengamat politik Adi Prayitno dalam acara DonCast di NusantaraTV/tangkapan layar NTV

Penulis: Ramses Manurung

Nusantaratv.com-Pilkada Jakarta dan Jawa Tengah menjadi kontestasi politik yang paling menjadi perhatian publik se-Tanah Air dalam Pilkada Serentak 2024. Bukan semata karena figur-figur calon gubernur atau wakil gubernur yang bersaing adu pesona merebut hati masyarakat. Tetapi ada faktor lain yakni adanya pertarungan Presiden RI ke-7 Joko Widodo (Jokowi) kontra PDI Perjuangan dan Megawati Soekarnoputri. 

Pengamat politik sekaligus dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Adi Prayitno bahkan menyebut pilkada kali ini adalah Pilkada rasa Pilpres. 

"Ini replika pilpres ada di Jawa Tengah. Termasuk juga di DKI. Karena ada faktor Jokowi versus jagoan PDIP," kata Adi Prayitno dalam acara DonCast NusantaraTV yang dipandu dua jurnalis senior NusantaraTV Don Bosco Selamun dan Donny de Keizer, Kamis (21/11/2024). 

"Publik kemudian menyederhanakan bahwa di dua provinsi ini tanding ulang antara kekuatan politik Jokowi dengan kekuatan politik PDIP dan Megawati Soekarnoputri. Tak perlu lagi ditutup-tutupi," imbuhnya. 

Don Bosco Selamun pun bertanya kepada Adi Prayitno apa kepentingan Jokowi cawe-cawe terus. 

Menurut Adi, Jokowi juga ingin tunjukan kepada publik sekalipun tak lagi jadi presiden tapi magnet atau tuah politik Jokowi masih dianggap penting dan signifikan. 

"Yang kedua Jokowi tentu juga ingin menunjukkan kepada lawan-lawan politiknya khususnya kepada PDIP bahwa orang orang Jokowi yang bertanding di Pilkada baik di Jakarta maupun Jawa Tengah itu bisa dimenangkan," ujarnya. 

"Ini adalah residu Pilpres," tambahnya. 

Adi mengatakan kalau Jokowi kalah dengan yang lain mungkin tidak terlampau menyakitkan. Tapi kalau kalah sama PDIP beda ceritanya.

"Jakarta dan Jawa Tengah menjadi Pilkada pertaruhan politik Jokowi dengan politik PDIP dan Megawati Soekarnoputri," kata Adi. 

Lantas apakah Jokowi masih memiliki kekuatan yang bisa mempengaruhi hasil Pilkada di Jakarta dan Jawa Tengah setelah tak lagi jadi presiden? 

"Tentu waktulah  yang akan menjawab segala-galanya. Karena ada kecenderungan seseorang kalau sudah tak lagi pejabat publik aura kebintangannya berkurang," beber Adi. 

Khusus di Jakarta, kata Adi, Jokowi sepertinya  berhitung juga. Pasalnya, Jakarta itu bukan basisnya Jokowi. 

"Tapi setidaknya Jokowi masih bisa mengamplifikasi sedikit banyak kegiatan politiknya untuk mendukung Ridwan Kamil dan Suswono memenangkan pertarungan di Jakarta," ucapnya. 

Lalu bagaimana kalau sampai Jokowi akhirnya kalah? 

"Kalau di awal saya sebut adalah pertarungan hidup mati Jokowi, hidup mati PDIP dan Megawati. Ini ada di atasnya lagi. Ini pertaruhan harga diri. 
Harga diri dan gengsi," ujar Adi. 

"Jokowi ini tidak ingin kelihatan tidak punya kekayaan politik setelah tidak jadi presiden. Jokowi ingin mengirim pesan bahwa dia tidak pernah kalah dalam politik. Ini perjudian yang mahal," pungkasnya. 

Tinggal hitungan hari menuju hari pencoblosan pada 27 November 2024 mendatang. Kita akan sama-sama segera mengetahui siapa yang akan memenangkan pertarungan dalam Pilkada rasa Pilpres kali ini. Apakah Ridwan Kamil-Suswono di Jakarta dan Ahmad Luthfi-Taj Yasin yang didukung Jokowi atau jagoan PDI Perjuangan yakni Pramono Anung-Rano Karno dan Andika Perkasa-Hendrar Prihadi?

 

 

 

Dapatkan update berita pilihan terkini di nusantaratv.com. Download aplikasi nusantaratv.com untuk akses berita lebih mudah dan cepat melalui:



0

x|close