DonCast: Pengusutan Kasus Vina, Dedi Mulyadi: Peristiwa Terburuk dalam Sejarah Hukum Indonesia

Nusantaratv.com - 19 Juli 2024

Dedi Mulyadi saat tampil sebagai bintang tamu dalam acara DonCast di Nusantara TV, Kamis (18/7/2024).
Dedi Mulyadi saat tampil sebagai bintang tamu dalam acara DonCast di Nusantara TV, Kamis (18/7/2024).

Penulis: Adiantoro

Nusantaratv.com - Mantan Bupati Purwakarta, Dedi Mulyadi mengungkapkan pengusutan kasus Vina merupakan peristiwa terburuk dalam sejarah hukum Indonesia.

Hal itu disampaikan Dedi saat tampil sebagai bintang tamu dalam program DonCast di Nusantara TV, Kamis (18/7/2024).

Dedi mengatakan, kasus Vina adalah peristiwa kemanusiaan yang luar biasa. Menurutnya, di era kolonial Belanda sekalipun mungkin belum pernah ada cerita seorang warga negara dipenjara seumur hidup sebanyak 7 orang.

"Hampir 8 orang kalau nggak Pegi Setiawan bisa hukuman mati, tanpa alat bukti yang memadai, dan hampir 8 tahun itu sirna tidak ada yang bicara," ujar Dedi.

Dia menyebutkan, kasus ini baru muncul ke permukaan setelah beredarnya film "Vina: Sebelum 7 Hari". 

"Film itu pun memposisikan tujuh terpidana betul-betul pelaku, dan sorotan publik waktu itu adalah penghujatan terhadap para terpidana, penghujatan terhadap pengacara Saka Tatal, Ibu Titin (Pralianti), penghujatan terhadap Saka Tatal yang baru keluar dari penjara," lanjutnya.

Di sisi lain, Dedi melihat ada masalah kemanusiaan luar biasa dalam kasus ini, sehingga dirinya harus mulai bertanya pada orang-orang yang mengalami masalah tersebut.

"Maka saya mulailah menghubungi Ibu Titin yang menjadi pengacara Saka Tatal untuk mau bertemu dengan saya. Lalu, saya bisa bertemu dengan dia, dan akhirnya saya bisa ngobrol dengan Saka Tatal. Dari situ saya melihat anak muda, dalam usia yang masih belia, harus masuk penjara 8 tahun menjalani, dan hari ini dia menyatakan dengan tegas saya tidak melakukannya, saya disiksa, dan saya ingin mengembalikan nama baiknya, ini kan luar biasa," ungkap Dedi.

Dia mengatakan, penangkapan terhadap Pegi Setiawan pada awalnya banyak yang mengamini.

"Kapan mulai tidak mengamini? Setelah saya menemui ibunya. Ibunya menangis di depan saya, bercerita tentang masalah sosial yang dialaminya, dan saya itu orang yang paling tersentuh oleh seorang ibu."

"Saya waktu berbicara dengannya, dia meyakini anaknya tidak bersalah, dan pada peristiwa itu tidak di rumah, dia (Pegi Setiawan) ada di Bandung, sedang menjadi kuli bangunan, kemudian saya menemui temannya namanya Pak Bondol (Suharsono), Ibnu, Suparman, dan Robi." 

"Dari Ibnu saya mendapat keyakinan yang kuat jika Pegi bukan pelaku. Kenapa? Karena Ibnu itu sangat polos, jujur, terbuka, sampai urusan pribadi dia yang sampai viral ke mana-mana waktu dia kerja di Bogor dia ceritakan sampai bertemua dengan cewek. Hal pribadi dan privasi dia ceritakan di depan umum, dia tidak mungkin berbohong urusan Pegi," cetus Dedi.

"Setelah itu, saya menemui bapaknya, dan bapaknya mengalami depresi luar biasa, kemudian beberapa saat tidak bertemu, setelah itu bapaknya datang kepada saya dalam kondisi menangis, karena dia terancam dengan ancaman pidana pemalsuan dokumen KTP. Setelah saya teliti, dokumen KTP yang dipalsukan bukan untuk menyembunyikan Pegi, tetapi untuk nikah lagi dan itu terjadi jauh sebelum peristiwa tahun 2016 pada 27 Agustus." 

"Dari situlah saya memiliki spirit yang kuat kalau ini ada masalah dan penanganan yang salah. Karena apa? Karena saya keliling dan bertemu dari satu orang ke orang lainnya, dia menjawab spontan. Orang kalau saya ajak bertemu, kemudian menjawab spontan dan sama, berarti dia memiliki peristiwa yang sama, cara mendengar yang sama, dan cara melihat yang sama," sebutnya.

Sehingga, menurut Dedi, ada masalah dalam penanganan kasus ini, dan memberikan semangat kepada dirinya untuk turut terlibat dalam kasus pembunuhan Vina. 

"Kenapa saya semangat? Ada tujuh orang warga negara Indonesia yang dalam pandangan saya tidak berdosa mendapat hukuman pidana seumur hidup. Dia harus sampai meninggal di penjara, dan ini adalah peristiwa terburuk dalam sejarah hukum Indonesia," tukas Dedi.

 

Dapatkan update berita pilihan terkini di nusantaratv.com. Download aplikasi nusantaratv.com untuk akses berita lebih mudah dan cepat melalui:



0

x|close