Dokter: Nyeri separuh wajah mulai banyak menyerang usia muda

Nusantaratv.com - 14 November 2022

Ilustrasi nyeri wajah. (Foto oleh Liza Summer dari Pexels)
Ilustrasi nyeri wajah. (Foto oleh Liza Summer dari Pexels)

Penulis: Habieb Febriansyah

Nusantaratv.com -
Dokter spesialis bedah saraf Gibran Aditiara Wibawa mengatakan nyeri pada separuh wajah atau Trigeminal Neuralgia mulai banyak menyerang pada usia muda.
 
"Faktanya lebih banyak pria, usia harusnya di atas 50 tahun secara teori. Tapi, pernah ada usia 28 tahun, semakin ke sini semakin banyak," ucap Gibran pada diskusi mengenai nyeri wajah yang diikuti secara daring di Jakarta, Senin.
 
Ia mengatakan nyeri pada separuh wajah paling sering disebabkan karena saraf nomor lima di otak bernama Trigeminal yang berfungsi untuk rasa di wajah, tersenggol oleh pembuluh darah.Penyebabnya lainnya adalah adanya riwayat kecelakaan, tumor dan herpes pada kulit.

Gejala yang biasa dialami pasien, kata Gribran, ada sensasi tersetrum pada wajah yang terkadang tidak bisa ditahan."Gejalanya murni tersetrum, tidak ada yang lain. Kalau wajahnya merot bisa jadi tumor. Selain itu, gangguan pendengaran satu sisi menurun, itu lebih besar mengarah tumor," ucapnya.
 
Ia mengatakan nyeri separuh wajah tidak selalu karena saraf Trigeminal Neuralgia, bisa jadi karena radang pipi, infeksi saluran kelenjar ludah, tumor pipi, dan dislokasi sendi. Sehingga, pada masyarakat awam banyak yang mengira karena sakit gigi atau peradangan pada saraf gigi.
 
"Nyeri separuh wajah Trigeminal Neuralgia seringnya sakit pada rahang bawah, pipi, dahi. Jadi, paling sering pasien ke dokter gigi daripada ke bedah saraf," ucapnya.
 
Dokter dari Rumah Sakit Mayapada Jakarta Selatan ini mengatakan penanganan nyeri pada separuh wajah ini bergantung pada kasus penderitanya. Jika ada riwayat kecelakaan, selama saraf pada wajah tidak terjepit, akan pulih lebih cepat, bahkan sembuh total. Begitu pula jika riwayat tumor, jika diobati tumornya, nyeri akan bisa hilang.
 
Namun, lanjut Gibran, sebelum penyakit ini dikenal, banyak yang tidak mengetahui ada solusi penyembuhannya, sehingga banyak kasus bunuh diri akibat penyakit ini.

"Sebelum penyakit ini terkenal pasien berkutat pada obat yang itu-itu saja. Sakitnya saking hebatnya minum obat terus-terusan tidak ada solusi akhirnya stres dan bunuh diri. Sekarang akses ke dokter saraf gampang, obat gampang, pasien yang luar pulau bisa dikirim," ucapnya.
 
Selain terapi dengan obat, penanganan pada penyakit ini juga bisa menggunakan radio frekuensi untuk meredakan nyeri dan langkah terakhir bisa dilakukan operasi jika obat-obatan tidak berhasil.
 
Gibran mengatakan jika nyeri tidak kunjung membaik, dokter akan segera melakukan MRI atau CT Scan agar secepatnya diketahui penyakitnya dan mendapatkan penanganan terbaik sesuai indikasi. "Plihannya dengan obat, peredaan nyeri dengan radio frekuensi, dan terakhir operasi. Tidak semua harus dioperasi," ucapnya.(Ant)

Dapatkan update berita pilihan terkini di nusantaratv.com. Download aplikasi nusantaratv.com untuk akses berita lebih mudah dan cepat melalui:



0

x|close