Diserang Kelompok Bersenjata, Ratusan Warga Sipil Burkina Faso Tewas dan 3.000 Orang Melarikan Diri

Nusantaratv.com - 14 Juni 2022

Tentara Burkina Faso melakukan patroli. (Luc Gnago/Reuters)
Tentara Burkina Faso melakukan patroli. (Luc Gnago/Reuters)

Penulis: Adiantoro

Nusantaratv.com - Kelompok bersenjata menyerang hingga menewaskan sedikitnya 100 warga sipil di distrik pedesaan di wilayah utara Burkina Faso selama akhir pekan.

Para penyerang yang melakukan aksinya pada Sabtu (11/6/2022) malam waktu setempat di distrik Seytenga hanya menargetkan kaum pria dan mengecualikan wanita serta anak-anak, menurut sumber yang tidak ingin disebutkan namanya.  

Tidak ada kelompok yang segera mengaku bertanggung jawab, tetapi serangan itu terjadi di daerah perbatasan di mana gerilyawan yang terkait dengan Al Qaeda dan Negara Islam melancarkan pemberontakan.

"Sekitar 3.000 orang yang melarikan diri dari serangan itu telah tiba di Dori, ibu kota wilayah Sahel di sekitar Burkina Faso, tempat lembaga bantuan berada," kata seorang pejabat setempat yang meminta untuk tidak disebutkan namanya, seperti dilaporkan Reuters, Senin (13/6/2022).

Ada laporan yang berbeda tentang jumlah korban tewas. Pejabat keamanan mengatakan pada Senin (13/6/2022) setidaknya 100 orang telah tewas. Sebuah sumber lokal yang tidak ingin disebutkan namanya mengatakan penghitungan sementara mencapai 165.

Juru bicara pemerintah Burkina Faso, Lionel Bilgo, mengatakan sejauh ini 50 mayat telah ditemukan tetapi jumlah itu belum final. "Tentara pergi dari rumah ke rumah mencari mayat," ujarnya.

Kekerasan yang terkait dengan gerilyawan Islam telah menewaskan ribuan orang dan membuat jutaan orang mengungsi di seluruh Burkina Faso dan negara tetangga Mali dan Niger sejak 2015.

Perwira Angkatan Darat marah tentang meningkatnya serangan yang menggulingkan presiden Burkina Faso pada Januari dan berjanji untuk meningkatkan keamanan, tetapi tingkat kekerasan tetap tinggi.

Pemerintah militer mengutip kekhawatiran keamanan atas keputusannya untuk mengambil 36 bulan untuk memulihkan pemerintahan demokratis, meskipun ada tekanan dari para pemimpin wilayah untuk mengadakan pemilihan lebih cepat.

Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengutuk serangan yang 'menimbulkan banyak korban' itu dalam sebuah pernyataan pada Senin (13/6/2022) dan meminta pihak berwenang untuk membawa pelaku ke pengadilan.

Dapatkan update berita pilihan terkini di nusantaratv.com. Download aplikasi nusantaratv.com untuk akses berita lebih mudah dan cepat melalui:



0

x|close