Nusantaratv.com - Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Dinparbud) Kabupaten Bangka Provinsi Kepulauan Bangka Belitung mengapresiasi pengembangan Kampung Adat Gebong Memarong oleh PT Timah Tbk.
Apresiasi itu disampaikan Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Bangka Rismy Wira Maddona melalui keterangan resmi yang terima di Bangka, Kamis, usai menghadiri Program Timah Mengajar.
Kampung Adat Gebong Memarong terletak di Dusun Air Abik Desa Gunung Muda Kecamatan Belinyu berjarak kurang lebih 60 kilometer dari pusat Sungailiat, ibu kota Kabupaten Bangka, dibangun dalam suatu kawasan sebanyak tujuh bubung rumah (Gebong).
Rismy menjelaskan Kampung Adat Gebong Memarong merupakan rumah tradisional suku Orang Lum dengan arsitektur panggung, bermaterial fisik bangunan memanfaatkan sumber daya hutan seperti alas rumah menggunakan kayu ibul, beratap daun nipah serta berdinding kulit kayu.
"Ke depannya perlu penguatan komitmen dan sinergi serta kolaborasi yang baik semua pihak agar mampu menjaga dan memelihara aset yang sudah dibangun sehingga dapat terus ditingkatkan dan berkelanjutan," katanya.
Dia menilai konsep pelestarian adat, kebudayaan, kearifan lokal masyarakat melalui pembangunan Kampung Adat Gebong Memarong oleh PT Timah Tbk, ke depannya menjadi daya tarik wisata sekaligus pusat edukasi mengenal lebih dekat budaya dan peradaban Orang Lum atau suku Lum.
Rismy cukup yakin, Kampung Adat Gebong Memarong yang merupakan upaya pelestarian budaya akan dikenal masyarakat luas baik dalam dan luar negeri.
Ketua Adat Orang Lum sekaligus Ketua Lembaga Adat Mapur, Abok Usang Gedoy mengatakan tujuh Gebong tersebut akan digunakan sebagai tempat berkumpul masyarakat, tempat pernikahan, galeri untuk memamerkan produk hasil kerajinan, museum yang menampilkan peralatan suku Lum dan lainnya serta penginapan untuk wisatawan yang ingin menginap di rumah Orang Lum.
Suku Lom merupakan salah satu suku tertua yang mendiami Pulau Bangka, suku Lom memilih hidup yang langsung bersinggungan dengan alam seperti di gunung atau di hutan. Suku ini pula sangat melestarikan alam karena diyakini sebagai nafas kehidupan mereka.
Suku Lom juga percaya jika setiap bagian dari alam semesta ini mempunyai roh atau kekuatan, yang mengawasi manusia dan perbuatannya. Bencana akan menimpa apabila manusia melanggar kekuatan dan keselarasan alam.
Seorang Antropolog berasal Norwegia bernama Olaf H Smedal pada tahun 1980 an pernah tinggal beberapa tahun di tengah Suku Lom Air Abik Desa Gunung Muda Kecamatan Belinyu untuk melakukan riset dan observasi.
Hasil riset dan observasi Olaf H Smedal dituangkan dalam sebuah buku tentang Orang atau suku Lom yang berjudul Preliminary Findings on a Non-Muslim Malay Group in Indonesia (1988). Dalam buku itu terdapat catatan anonim berangka tahun 1862 yang menceritakan dua legenda asal – usul suku Lom.(Ant)