Nusantaratv.com - Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Yogyakarta meminta masyarakat tetap mewaspadai potensi merebaknya demam berdarah (DB) di tengah kenaikan kasus COVID-19, terlebih saat ini sudah memasuki musim hujan, salah satunya dengan menggiatkan program satu rumah satu juru pemantau jentik (jumantik).
“Pemberantasan sarang nyamuk (PSN) adalah salah satu upaya penting yang harus dilakukan untuk mengantisipasi merebaknya demam berdarah (DB). Caranya adalah dengan menggiatkan satu rumah satu jumantik,” kata Kepala Seksi Pengendalian Penyakit Menular dan Imunisasi Dinkes Kota Yogyakarta, dr Endang Sri Rahayu di Yogyakarta, Jumat.
Menurut dia, jumantik memiliki peran yang sangat penting dalam meningkatkan kewaspadaan masyarakat terhadap penyakit yang disebabkan gigitan nyamuk aedes aegypti yang membawa virus dengue.
Jumantik diminta memastikan agar tidak ada jentik-jentik nyamuk di tempat penampungan air atau bak mandi dan melakukan pembersihan jika ditemukan jentik nyamuk.
“Bak penampungan air juga sebaiknya dalam kondisi tertutup agar tidak dijadikan tempat berkembang biak oleh nyamuk,” katanya.
Selain di bak mandi dan penampungan air, Endang mengatakan, pemantauan jentik nyamuk juga perlu diperluas ke lokasi lain yang berpotensi menampung air khususnya air hujan.
“Di antaranya, talang air atau tempat lain di lingkungan rumah yang bisa menjadi sarang nyamuk. Barang-barang bekas yang masih bisa digunakan lebih baik dimanfaatkan kembali supaya tidak menjadi sarang nyamuk,” katanya.
Antisipasi lain yang juga bisa dilakukan oleh masyarakat adalah menggunakan anti nyamuk atau pakaian lengan panjang untuk menghindari gigitan nyamuk, serta menanam tanaman pengusir nyamuk.
Hingga saat ini, total kasus DB di Kota Yogyakarta tercatat 153 kasus dengan dua pasien meninggal dunia. Total kasus tersebut sudah melebihi kasus pada tahun lalu dengan 92 kasus.
“Untuk November, belum ada data yang masuk. Mudah-mudahan tidak ada kasus atau tidak terjadi kenaikan kasus yang signifikan jika masyarakat waspada dan melakukan PSN, menjaga kebersihan lingkungan dan menerapkan pola hidup bersih dan sehat,” katanya.
Kasus tertinggi pada 2022 tercatat terjadi pada awal tahun, Januari, dengan 41 kasus dan kemudian cenderung turun dan kasus terendah terjadi pada Oktober dengan lima kasus, demikian Endang Sri Rahayu.(Ant)