Nusantaratv.com - China telah menyetujui vaksin penggunaan vaksin messenger RNA (mRNA) yang dikembangkan secara lokal untuk melawan Covid-19.
Hal itu dikatakan perusahaan yang memproduksi vaksin Covid-19 mRNA tersebut pada Rabu (22/3/2023), seperti dilaporkan AFP. Kebijakan itu diambil di Beijing, beberapa bulan setelah pelonggaran peraturan ketat nol-Covid yang telah memicu lonjakan kasus.
Vaksin mRNA, yang dikembangkan CSPC Pharmaceutical Group Ltd,, telah disetujui untuk 'penggunaan darurat' oleh regulator kesehatan Beijing, kata perusahaan itu dalam pernyataannya.
Hal ini menunjukkan kemanjuran tinggi dalam uji coba yang digunakan sebagai suntikan dosis penguat (booster) bagi orang yang telah diberi jenis vaksin lain, tambah perusahaan itu, tanpa memberikan rincian lebih lanjut.
Menurut CSPC, sebuah penelitian terhadap 4.000 peserta dari 10 Desember hingga 18 Januari, ketika China mengalami lonjakan infeksi, vaksin tersebut menunjukkan kemanjuran 85,3 persen 14 hingga 28 hari setelah vaksinasi penguat.
Perusahaan tidak mengatakan berapa banyak dosis yang direncanakan untuk diproduksi. Sementara vaksin mRNA dianggap yang paling efektif dalam mengurangi infeksi parah dan kematian akibat Covid-19.
Sementara vaksin tradisional menggunakan kuman yang dilemahkan atau tidak aktif untuk mempersiapkan tubuh menghadapi serangan virus yang sebenarnya di masa depan, mRNA menyebarkan potongan materi genetik yang membawa instruksi yang menunjukkan sel-sel tubuh bagaimana melawan virus yang menyebabkan Covid-19.
Sistem kekebalan tubuh kemudian memicu antibodi untuk melawan lonjakan protein, yang membuatnya siap ketika virus corona yang sebenarnya datang menyerang.
China telah menolak untuk memberi lampu hijau vaksin berbasis mRNA dari perusahaan asing Pfizer-BioNTech dan Moderna untuk penggunaan publik. Kekurangan vaksinasi secara luas diyakini telah menyebabkan infeksi dan kematian yang lebih parah setelah penguncian dan aturan karantina wajib tiba-tiba dicabut pada Desember lalu.
Produsen obat China lainnya termasuk CanSino sebelumnya mengatakan mereka sedang mengembangkan suntikan berbasis mRNA guna membantu negara itu menjembatani kesenjangan imunisasi.