Bunuh Vladimir Putin Dinilai Cara Termudah Akhiri Perang Ukraina, Rusia Dibikin Geram

Nusantaratv.com - 20 April 2023

Presiden Rusia Vladimir Putin. (Reuters)
Presiden Rusia Vladimir Putin. (Reuters)

Penulis: Adiantoro

Nusantaratv.com - Pemerintah Rusia dibikin geram dengan kutipan berisi seruan membunuh Presiden Vladimir Putin sebagai cara termudah mengakhiri perang di Ukraina yang dipublikasikan media Jerman.

Kremlin, melalui Duta Besar (Dubes) Rusia untuk Jerman, Sergey Nechaev, mengecam keras harian Die Welt atas publikasi kutipan itu. Dia menyebutkan surat kabar tersebut "mencapai titik terendah" dalam semangat anti-Rusia.

Melansir Russia Today (RT), Kamis (20/4/2023), seruan membunuh Putin itu merupakan kutipan wawancara dengan kolumnis Amerika Serikat (AS) Fred Kaplan. Di mana Kaplan mengatakan "cara termudah mengakhiri konflik Ukraina berarti seseorang membunuh Putin". 

"Die Welt telah meninggalkan (jejak) seruan de facto untuk pembunuhan ini, tidak dihapus dan tidak dikomentari dan bahkan menggunakannya sebagai tajuk utama," tulis Nechaev dalam sebuah posting yang diterbitkan di akun Telegram kedutaan Besar Rusia.

Diplomat Rusia itu merujuk ke akun Twitter surat kabar harian Die Welt, yang menggunakan kutipan "membunuh" untuk menarik perhatian pada wawancara dengan Kaplan di media sosialnya.

"Sangat disayangkan bahwa beberapa media Jerman terus melewati batas dan mencapai titik terendah," ujar Nechaev 

"Meskipun ini keterlaluan, ini tidak lagi mengejutkan," tambahnya.

Kaplan membuat pernyataan tersebut sebagai tanggapan atas pertanyaan Die Welt tentang "skenario paling masuk akal" untuk mengakhiri konflik militer antara Moskow dan Kiev, yang kini telah berlangsung selama lebih dari setahun.

"Cara termudah untuk mengakhiri ini adalah seseorang membunuh Putin," kata Kaplan.

Dia menambahkan pemimpin baru kemudian dapat berkuasa, yang akan menyatakan operasi militer Rusia di Ukraina sebagai 'kebodohan' dan mendapatkan dukungan dari elit Rusia untuk mengakhiri konflik. 

Kaplan, yang merupakan seorang jurnalis dan ilmuwan politik AS, mengatakan dia tidak percaya jika Moskow akan menang, serta menambahkan jika tidak, konflik dapat berlangsung selama bertahun-tahun dan berpotensi berakhir dengan kesepakatan yang akan melibatkan AS dan China sebagai penjamin. 

Kolumnis AS itu juga mengakui Kiev sepenuhnya bergantung pada bantuan AS dan penghentian bantuan ini dapat memaksa pemerintah Ukraina untuk mencapai kesepakatan dengan Moskow. "Tanpa bantuan AS, (Ukraina) tidak akan bertahan lama," tukas Kaplan.

Dapatkan update berita pilihan terkini di nusantaratv.com. Download aplikasi nusantaratv.com untuk akses berita lebih mudah dan cepat melalui:



0

x|close