Bukan Artificial Intelligence yang Bisa 'Membunuh' Peran Manusia dalam Industri Media, Tapi Aplikasi Super Canggih Ini

Nusantaratv.com - 24 Februari 2024

Wakil Menteri Komunikasi dan Informatika Nezar Patria saat dialog bersama presenter Donny De Keizer dalam program NTV Prime di Studio NusantaraTV, Jumat (23/2/2024).
Wakil Menteri Komunikasi dan Informatika Nezar Patria saat dialog bersama presenter Donny De Keizer dalam program NTV Prime di Studio NusantaraTV, Jumat (23/2/2024).

Penulis: Ramses Manurung

Nusantaratv.com - Kemajuan teknologi informasi hingga berhasil menciptakan kecerdasan buatan (Artificial Intelligence) telah memunculkan kekhawatiran terhadap keberlangsungan peran manusia di berbagai profesi terutama di industri media. Pasalnya, dengan kecanggihannya AI kini sudah mampu mengambilalih peran manusia dalam industri media. Mulai dari proses news gathering (pengumpulan berita), editing, publishing hingga distributing. Bahkan aplikasi AI seperti Chat GPT mampu mengerjakan peran jurnalis dan keredaksian dengan waktu yang lebih cepat. 

Lantas bagaimana nasib para jurnalis di masa depan dalam industri media, jika perannya tidak lagi dibutuhkan akibat semakin canggihnya AI?

Wakil Menteri Komunikasi dan Informatika Nezar Patria berbicara panjang lebar tentang dampak kemajuan AI terhadap industri media dan peran jurnalis bersama Presenter Donny De Keizer dalam program NTV Prime di Studio NusantaraTV, Jumat (23/2/2024).

"Sejauh ini, nilai-nilai kemanusiaan dan aspek kearifan lokal memang sulit digantikan oleh AI. Tetapi bagaimana membuat modalitas penting itu tidak tergerus oleh perkembangan teknologi yang makin canggih di era yang cendrung serba instan sekarang ini? Publik menunggu produk-produk jurnalistik non-AI. Masalahnya terlalu lama karena membutuhkan proses dan verifikasi sebelum dipublish. Apa yang harus kita lakukan dan bagaimana menyikapi kondisi ini?" tanya Donny De Keizer mengawali dialog dengan Nezar Patria. 

Nezar mengakui bukan perkara mudah untuk menyikapi penggunaan AI dalam industri media. Namun di sisi lain, publik justru menyambut dengan tangan terbuka penggunaan AI di industri media. 

"Menurut saya ini juga berkaca pada survei yang dibuat di Inggris. Disebutkan bahwa hampir 52 persen responden setuju mengadopsi AI dalam proses pembuatan berita," ungkapnya.

"Tetapi dengan sejumlah syarat. Beberapa hal yang sensitif itu masih harus ditangani oleh manusia. Editor manusia. Artinya AI hanya sebagai alat bantu saja. Keputusan tetap di tangan manusia," imbuhnya. 

Sampai di tahap itu, kata Nezar, semua masih baik-baik saja. Tidak ada yang perlu dikawatirkan. 

"Kenapa manusia masih dibutuhkan? Untuk melakukan controlling dan lain sebagainya," ujarnya.

Ancaman Artificial General Intelligenca

Wakil Menteri Komunikasi dan Informatika Nezar Patria saat dialog bersama presenter Donny De Keizer dalam program NTV Prime di Studio NusantaraTV, Jumat (23/2/2024).

Namun yang dicemaskan adalah kalau fungsi-fungsi manusia diambil alih oleh Ai sepenuhnya. Apalagi sekarang sudah ada yang namanya Artificial General Intelligence (AGI). 

"AGI itu sudah super intelligence bisa melakukan apa saja seperti manusia Dia bisa mengambil keputusan sendiri tanpa harus campur tangan manusia.  Jadi kecerdasannya itu sudah human like, sudah seperti manusia," terangnya.

"Ini bukan mimpi atau sesuatu yang utopis. Mungkin sedikit lagi akan ke sana," tambahnya. 

Nezar mengungkapkan perusahaan-perusahaan teknologi global bahkan Meta sendiri melalui Mark Zuckerberg mengatakan 3 tahun lagi mereka akan sampai kepada AGI.

Hal yang sama diklaim oleh Open Chat GPT yang juga sedang mengembangkan teknologi AGI. Sebelumnya ada di main DeepMain di Inggris juga sedang mengembangkan satu kemampuan AI yang menyamai kecerdasan manusia.

"Yang baru-baru ini lebih seru lagi ada yang namanya Neurallink proyek Elon Musk. Itu leboh dahsyat lagi. Bagaimana AI itu ditanamkan di otak manusia untuk mengendalikan syaraf-syaraf yang sudah mati dengan bantuan robotik. Dari aspek kesehatan bagus," beber Nezar. 

Mantan aktifis yang pernah menekuni dunia jurnalistik itu menekankan penggunaan AI hingga AGI dalam berbagai sektor kehidupan khususnya industri media adalah keniscayaan. Pasalnya sekarang ini ada global race (balapan global) dalam pengembangan kecerdasan buatan. 

"Tentu AI akan menjadi sangat canggih," ucapnya. 

Tata Kelola AI

Namun pada saat yang sama, sambung Nezar, muncul juga global concern (kepedulian global) tentang perlunya ada aturan terhadap penggunaan AI.

"Bagaimana kalau berkembang demikian hebatnya dan tidak diatur?" kata Nezar. 

Ia mengatakan kepedulian itu yang sedang terjadi di dunia saat ini. Itu terlihat pada beberapa pertemuan internasional yang dihadirinya dalam 4 bulan belakangan ini. 

"Rata-rata pertemuan puncak atau Summit yang dihadiri oleh kelas pengambil keputusan negara. Semuanya berbicara tentang tata kelola AI," ungkapnya. 

"Ada Hiroshima Process, UNESCo membuat panduan etik untuk penggunaan AI. Dari Slovenia juga berbicara hal itu," tambahnya.

Sebelumnya, kata Nezar, dalam pertemuan yang dihadirinya di Inggris bersama 8 negara termasuk China dan Amerika Serikat dibicarakan 
tentang aspek safety (keamanan) dari penggunaan AI.

Wakil Menteri Komunikasi dan Informatika Nezar Patria saat dialog bersama presenter Donny De Keizer dalam program NTV Prime di Studio NusantaraTV, Jumat (23/2/2024).

"Memang sangat mencemaskan karena sudah level otonomus yang dicapai oleh AGI," ujarnya. 

Dengan kecanggihannya, terang Nezar, AGI bahkan bisa berperan layaknya Pemimpin Redaksi dalam industri media. 

"Kemampuan dia untuk kebijakan itu bisa dengan big data yang dimiliki. Kalau proses produksi news kan simpelnya yang pertama news gathering, editing, publishing lalu distributing. Proses ini bisa dikerjakan oleh AI," paparnya. 

Dalam proses news gathering, AI bisa melakukan pengumpulan informasi-informasi penting. Lalu untuk editing ada chat GPT. Lebih singkat dan bisa mengolah teks jadi gambar seperti yang dimiliki Google. 

"Dan yang lebih dahsyatnya lagi mereka diperintahkan untuk distributing konten-konten yang sesuai dengan channel. Mana untuk X (dulu Twitter), Facebook dan yang diupload ke YouTube. Jadi bisa melakukan sendiri," urai Nezar. 

Kemajuan aplikasi teknologi informasi ini memang menjadi tantangan yang tidak mudah bagi industri media. 

Karenanya muncul global concern terhadap penggunaan AI.

"Harus diatur secara etik. Karena ada juga kelemahan-kelemahannya, misalkan bias yang dihasilkan. Kemudian misinformasi, disinformasi dan juga malinformasi," kata Nezar.  

Munculnya kepedulian global untuk mengatur penggunaan AI, sambung Nezar, sejalan dengan temuan dari World Economoc Forum Survey 2024. Dalam forum yang berlangsung selama 4 hari dan diikuti sebanyak 1400 CEO atau top leader di bisnis dan pemerintahan. Forum menyepakati misinformasi dan disinformasi menjadi risiko terbesar kedua bagi kehidupan manusia setelah climate change  (perubahan iklim). 

"Ini menunjukkan betapa pentingnya kita semua memperhatikan tata kelola penggunaan AI," pungkas Nezar.

Dapatkan update berita pilihan terkini di nusantaratv.com. Download aplikasi nusantaratv.com untuk akses berita lebih mudah dan cepat melalui:



0

x|close