Nusantaratv.com - Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) menyatakan bahwa Rencana Aksi Nasional Percepatan Penurunan Stunting (RAN PASTI) membuat pengentasan stunting pada tahun 2022 menjadi lebih terarah dari sebelumnya.
“Tahun 2022 memang ada yang spesial, karena kita hidup dengan Peraturan Presiden yang baru. BKKBN dulu tidak punya aturan khusus, jadi peraturan ini mengawali tugas baru dan mulia dari Bapak Presiden, sehingga kita jelas punya target yang harus dicapai,” kata Kepala BKKBN Hasto Wardoyo saat dikonfirmasi di Jakarta, Senin.
Hasto menyampaikan bahwa RAN PASTI menjadi acuan pemerintah dari pusat hingga daerah, bersatu untuk mengentaskan stunting lewat siklus hidup manusia yang amat krusial.
RAN PASTI merupakan panduan terkait apa saja yang harus dilakukan oleh stakeholder dan pemerintah daerah dalam penanganan stunting, dan mengacu pada Peraturan Presiden Nomor 72 Tahun 2021 tentang percepatan penurunan stunting yang menargetkan angka stunting turun dari 24,4 persen menjadi 14 persen pada tahun 2024.
Melalui RAN PASTI, pemerintah diarahkan untuk menangani stunting lewat pemenuhan kebutuhan gizi bagi ibu dan bayi sejak 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK), ketersediaan air bersih, sanitasi yang layak serta memenuhi kebersihan dan keberadaan jamban yang terawat kebersihannya menjadi kelayakan kesehatan.
“RAN PASTI juga membuat kita membentuk banyak hal baru seperti Tim Percepatan Penurunan Stunting (TPPS) dan Tim Pendamping Keluarga (TPK). Saat ini kita syukuri karena sudah 99 persen terbentuk di kecamatan/desa bahkan kabupaten sudah 100 persen,” ujarnya.
Hasto menambahkan, selain RAN PASTI, hal baru lainnya yang membuat penanganan stunting semakin terarah adalah hadirnya Aplikasi Elektronik Siap Nikah dan Hamil (Elsimil), yang mampu mencatat kondisi kesehatan pasangan yang ingin menikah secara real time.
“Kita harus syukuri, Alhamdulillah, masif informasi sistem yang kita bangun pada tahun 2022 untuk menyebarkan informasi tentang stunting, termasuk penyebaran di radio ini juga bagian dari itu,” katanya.
BKKBN merasa penggunaan media sosial secara masif mendorong upaya RAN PASTI dan Elsimil yang berbasiskan pada data menjadi lebih kuat. Dampaknya, selama tahun 2022 banyak masyarakat yang membicarakan stunting.
Hasto menilai bahwa hal tersebut menunjukkan stunting mulai menjadi atensi dari masyarakat saat ini. Dalam data yang BKKBN himpun lewat pemantauan di Twitter selama tiga bulan pertama pada tahun 2022 saja, ada 271 percakapan tentang stunting.
Namun, menurut dia, selama itu kata stunting di Twitter masih cenderung digunakan sebagai kata olokan, sehingga menjadi tugas BKKBN untuk meluruskan hal tersebut.
Kemudian hasil pemantauan liputan media daring selama tahun 2021 berhasil menemukan 7.583 artikel tentang stunting. Dengan rata-rata empat cuitan dan 22 artikel per hari. Meskipun jumlah tersebut masih tergolong kecil untuk sebuah isu bagi program prioritas nasional.
“Kemudian dari hasil survei-survei, itu menunjukkan lebih dari 90 persen orang sudah mendengar paling tidak sudah pernah mendengar stunting, meskipun lebih dari 50 persen belum tahu persis tetapi semuanya menggunakan proses,” kata Hasto.(Ant)