Nusantaratv.com - Presiden Rusia Vladimir Putin membahas situasi terkini di Ukraina dengan Presiden Prancis Emmanuel Macron melalui sambungan telepon pada Jumat (18/3/2022).
Menanggapi kekhawatiran Macron terkait keselamatan warga sipil di Ukraina, Putin mengatakan Rusia telah melakukan 'segala sesuatu yang mungkin' untuk menyelamatkan nyawa warga sipil, termasuk melalui koridor kemanusiaan, kata pernyataan Kremlin, seperti dilansir dari Anadolu Agency, Sabtu (19/3/2022).
Selama panggilan telepon, Putin menuduh pasukan keamanan Ukraina melakukan 'kejahatan perang' dengan melakukan penembakan rudal dan artileri besar-besaran di Donbass. Kedua pemimpin juga membahas pembicaraan antara perwakilan Rusia dan Ukraina dan sikap Moskow tentang bagaimana kesepakatan dapat dicapai, menurut Kremlin.
Baca Juga: Dituding Biang Kegagalan Invasi ke Ukraina, Vladimir Putin Tangkap Sejumlah Jenderal Rusia
Dalam kesempata itu, Macron meminta Putin untuk mengambil 'langkah-langkah nyata dan dapat diverifikasi untuk mencabut pengepungan Mariupol, kata pejabat Elysee TV BFM Prancis.
Macron menegaskan kedua negera harus segera melakukan gencatan senjata. Macron dan Putin juga setuju untuk mempertahankan kontak lebih lanjut, kata pernyataan Kremlin.
Menurut pihak berwenang Ukraina, angkatan bersenjata Rusia mengepung kota Mariupol, dan pada Rabu (16/3/2022) menargetkan sebuah teater tempat lebih dari 1.000 warga sipil berlindung.
Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy mengatakan 130 orang telah dibawa keluar dari gedung teater tersebut dan ratusan orang lainnya masih terperangkap di bawah reruntuhan. Rusia membantah bertanggung jawab atas serangan itu.
Perang Rusia-Ukraina, yang dimulai pada 24 Februari, telah menuai kecaman dari komunitas internasional, menyebabkan pembatasan keuangan di Moskow dan mendorong eksodus perusahaan global dari Rusia.
Setidaknya 816 warga sipil telah tewas dan 1.333 terluka di Ukraina sejak awal perang, kata PBB (Perserikatan Bangsa-Bangsa), sambil menyebut angka itu sebenarnya bisa lebih tinggi. "Lebih dari 3,27 juta orang juga telah melarikan diri ke negara-negara tetangga," kata badan pengungsi PBB (UNHCR).