Nusantaratv.com - Aplikasi Carbon Inventory for Seagrass Ecosystem (CISE) yang dikembangkan oleh peneliti Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) memudahkan penghitungan stok karbon di padang lamun.
CISE merupakan aplikasi berbasis sistem operasi mobile yang antara lain dapat digunakan untuk menghitung persediaan karbon lamun serta pengurangan emisi karbon dari upaya mitigasi perubahan iklim melalui konservasi ekosistem lamun.
Sebagaimana dikutip dalam siaran pers BRIN di Jakarta, Rabu, Kepala Pusat Riset Oseanografi BRIN Udhi Eko Hernawan mengatakan bahwa penghitungan stok karbon padang lamun menjadi lebih mudah, nyaman, dan efisien dengan menggunakan aplikasi CISE.
"Ada banyak variabel yang harus diamati untuk menghitung stok karbon. Untuk melakukan perhitungan ini, sebelumnya kita membutuhkan banyak waktu, tenaga, sumber daya, studi ke lapangan, analisa di laboratorium, perhitungan, dan sebagainya," katanya.
"Kita tetap harus pergi ke lapangan, namun kita tidak perlu melakukan kegiatan di lab dan perhitungan rumus. Dengan aplikasi ini, kita hanya membutuhkan dua data. Pertama adalah data total area padang lamun dan yang kedua adalah data biological padang lamun," ia menambahkan.
Padang lamun merupakan ekosistem tumbuhan berbunga yang hidup di lingkungan laut.
Udhi mengatakan bahwa lamun bukan rumput laut, karena rumput laut tidak memiliki bunga dan tidak memiliki daun atau akar sejati.
Dosen Departemen Sains Informasi Geografi Fakultas Geografi Universitas Gadjah Mada Pramaditya Wicaksono sebelumnya menjelaskan bahwa padang lamun merupakan ekosistem karbon biru di wilayah pesisir yang didominasi oleh vegetasi lamun.
Indonesia merupakan pusat keanekaragaman hayati padang lamun dunia yang memiliki lima sampai 10 persen dari luas padang lamun dunia.
Padang lamun berperan penting dalam menjaga kelangsungan hidup biota laut, membuat air laut jernih, dan menjadi stabilisator sedimen perairan.
"Tumbuhan air berbunga tersebut juga melindungi bumi karena mampu mengurangi emisi gas rumah kaca secara signifikan dan mitigasi perubahan iklim," kata Pramaditya.
Kendati hanya meliputi kurang dari satu persen luas lautan bumi, ia mengatakan, padang lamun menyimpan sekitar 18 persen dari total karbon di laut.
Menurut dia, kemampuan padang lamun menyerap dan mengubur karbon dalam sedimen sampai 30 kali lipat lebih tinggi daripada hutan hujan tropis yang selama ini dikenal sebagai ekosistem penyerap karbon.(Ant)