Nusantaratv.com - Larangan ekspor CPO yang diputuskan oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi) pada Kamis (28/4/2022) diperkirakan membuka kesempatan bagi sejumlah negara untuk meraup cuan dari bisnis industri kelapa sawit.
Selain Malaysia, ada sejumlah negara lain yang berpeluang mendapat 'rejeki nomplok' imbas dari larangan ekspor sawit.
Data Departemen Pertanian Amerika Serikat (USDA) per April 2022, menunjukkan ada lima negara yang memenuhi 92 persen dari kebutuhan minyak sawit dunia.
Indonesia adalah penyumbang terbesar dengan produksi 45,5 juta metric ton per tahun.
Di peringkat kedua adalah negara tetangga Malaysia yang memproduksi 25 persen dari total minyak sawit dunia atau sebesar 19 juta metric ton minyak sawit.
Kemudian Thailand berada di posisi ketiga. Thailand memproduksi sebanyak 3,12 juta metric ton minyak sawit per tahun yang berkontribusi terhadap 4 persen pasokan global.
Baca juga: Kapal Tertahan di Pelabuhan Kumai-Kalteng, Importir India Protes Larangan Ekspor CPO Jokowi
Disusul Kolombia dan Nigeria yang masing-masing kontribusi 2 persen dari produksi minyak sawit dunia. Kolombia memproduksi 1,7 juta metric ton minyak sawit per tahun dan Nigeria memproduksi 1,4 juta ton metric per tahun.
Secara keseluruhan, tiga negara Asia Tenggara yaitu Indonesia, Malaysia dan Thailand memasok sekitar 88 persen dari total minyak sawit di pasar internasional.
Di sisi lain, perang Ukraina-Rusia masih terjadi hingga kini, mengutip CNNIndonesiacom.
Keadaan ini membuat Malaysia lah yang paling diuntungkan sebagai pemain utama selain Indonesia. Mengutip data dari Malaysian Palm Oil Board, harga ekspor minyak sawit melonjak 48,3 persen pada Maret jika dibandingkan Februari lalu.
Namun Malaysia disebut tidak akan mampu mengatasi kejutan pasokan karena mengalami kekurangan tenaga kerja.
ASEAN Briefing menyebut pertumbuhan produksi Malaysia merosot ke level terendah 5 tahun tahun terakhir karena perusahaan minyak sawit kesulitan untuk menemukan pekerja asing, pekerjaan yang ogah dilakukan oleh rakyat Malaysia sendiri. Sekitar 80 persen pekerja perkebunan di Malaysia adalah orang asing dan mayoritas berasal dari Indonesia.