18 WNI Tahanan Imigrasi Malaysia Tewas

Nusantaratv.com - 27 Juni 2022

Ilustrasi. (Net)
Ilustrasi. (Net)

Penulis: Mochammad Rizki

Nusantaratv.com - Tahanan imigrasi pemerintah Malaysia di Sabah digambarkan selayaknya neraka. Banyak yang meninggal hingga kesehatan tahanan yang diabaikan. Ini menjadi laporan Tim Pencari Fakta (TPF) Koalisi Buruh Migran Berdaulat.

"Dari seluruh pemantauan yang kami lakukan selama dua tahun terakhir, temuan yang paling mengerikan adalah tingginya akan kematian di dalam pusat tahanan imigrasi yang dialami oleh buruh migran asal Indonesia dan keluarganya," demikian bunyi hasil TPF Koalisi Buruh Migran Berdaulat, Senin (27/8/2022).

Laporan TPF itu diluncurkan akhir pekan lalu. Bergabung dalam TPF yaitu Solidaritas Perempuan Anging Mammiri (SP AM) Makassar, Solidaritas Perempuan (SP) Jakarta, Perpustakaan Jalanan Nunukan, Bernafasbaik Makassar, LBH Bandung, Perkumpulan Penggiat Kesehatan Masyarakat (SAFETY) Bandung dan Lembaga Informasi Perburuhan Sedane (LIPS) Bogor.

"Kasus kematian di dalam pusat tahanan imigrasi terjadi secara terus menerus di kelima Depot Tahanan Imigrasi (DTI) di Sabah," ungkap laporan tersebut.

Riset TPF terbatas pada kasus kematian di DTI Tawau pada periode Januari 2021 sampai Maret 2022. Pada periode tersebut sedikitnya 17 tahanan DTI Tawau warga negara Indonesia telah meninggal dunia ketika menunggu proses deportasi.

"Tentu saja ini adalah angka minimal, namun jumlahnya telah menunjukan betapa tragisnya peristiwa kematian yang terjadi di bawah otoritas Depot Tahanan Imigrasi di Sabah," bebernya.

Salah satu buruh migran yang meninggal dunia di tahanan yaitu Aris. Di mana Aris merupakan buruh migran yang bekerja di perkebunan sawit di Lahad Datu.

Pada Maret 2021, Aris akan pulang kampung Bulukumba, Sulawesi Selatan. Aris membawa dua anaknya yang masih kecil, Khairil dan Hasril. Di tengah perjalanan, truk yang membawa Aris, Khairil, Hasril dan 30-an buruh migran lainnya ditangkap aparat Malaysia. Akhirnya Aris dan dua anaknya dibawa ke Depot Tahanan Imigrasi Tawau.

"Khairil dan Hasril mendekam bersama bapaknya di blok orang dewasa," urai laporan TPF.

Blok yang dihuni Aris dan dua anaknya berukuran sekitar 8x12 meter. Mereka tinggal bersama 200 lebih tahanan lainnya. Selama 8 bulan tanpa sinar matahari. Tanpa aktivitas di luar blok, tanpa aktivitas pendidikan, tanpa mainan. Mereka berdua harus mendekam di blok tahanan yang penuh sesak, kotor, lembab dan bau. Mereka harus tidur di lantai yang kasar tanpa matras dan selimut. Dengan kondisi makanan yang buruk, dan air minum yang tidak cukup.

"Kondisi tubuh bapaknya semakin melemah dan beberapa kali pingsan. 25 September 2021, sekitar jam 06.00 pagi, bapaknya kembali pingsan dan akhirnya dibawa ke rumah sakit. Dua jam kemudian, bapaknya dinyatakan telah meninggal," terang TPF.

Atas dasar temuan itu, TPF Koalisi Buruh Migran Berdaulat menyerukan kepada pihak yang berwenang di Sabah, Malaysia untuk menerapkan prosedur legal dan administrasi serta mengerahkan sumberdaya yang diperlukan untuk menghindari penangkapan sewenang-wenang. TPF juga meminta agar Pemerintah Malaysia memperbaiki keadaan dan perlakuan terhadap tahanan di fasilitas penahanan imigrasi, mengutip Detikcom. 

"Perwakilan Republik Indonesia di Sabah, Malaysia untuk bekerjasama dengan pihak berwenang di Sabah, Malaysia, untuk pemulangan segera warga yang dideportasi dari Sabah, Malaysia," demikian rekomendasi TPF Koalisi Buruh Migran Berdaulat.

Dapatkan update berita pilihan terkini di nusantaratv.com. Download aplikasi nusantaratv.com untuk akses berita lebih mudah dan cepat melalui:



0

x|close