Nusantaratv.com - Bagi Anda yang telah melaksanakan vaksin dosis ketiga alias booster, disarankan untuk tidak berolahraga berat. Dokter spesialis kedokteran olahraga Michael Triangto menuturkan, olahraga berat setelah vaksin dapat menurunkan imunitas tubuh.
"Olahraga berat akan menurunkan imunitas, kemampuan tubuh untuk membuat zat antibodi terhadap Covid-19 menjadi lebih buruk," ujar Michael, Rabu (2/2/2022).
Hal ini bisa dijelaskan secara sederhana dengan kurva berbentuk 'centang' atau mirip huruf J. Olahraga dengan intensitas ringan hingga sedang digambarkan pada bentuk kurva agak naik di sebelah kiri, lalu menurun. Berkaitan dengan imunitas tubuh, olahraga ringan hingga sedang akan baik untuk kesehatan dan mendukung pertahanan tubuh terhadap patogen.
Jika olahraga ditambah intensitasnya atau digambarkan dengan garis kurva yang naik, justru imunitas tubuh makin turun.
Selain setelah vaksin, Michael juga menyarankan untuk menunda olahraga berat sebelum vaksin booster. Vaksinasi baik primer maupun booster bertujuan mendukung fungsi pertahanan tubuh terhadap serangan penyakit. Oleh karenanya, tubuh harus dalam kondisi sehat dan fit.
Demikian pula orang dengan komorbid termasuk, asma, jantung, hipertensi, diabetes, harus dalam kondisi terkontrol.
"Kalau olahraga gimana? Umumnya orang olahraga itu sampai capek, pegal, berkeringat, napas ngos-ngosan. Kita bayangkan saja, kalau sampai badan sakit, itu sehat enggak? Jawabannya tidak. Sebelum vaksin jangan olahraga berat. Kalau ringan boleh," tutur Michael.
Sementara itu, orang kerap memaknai olahraga berat adalah olahraga seperti yang dilakukan para atlet. Tujuannya pun berbeda sebab olahraga berat biasanya dilakukan untuk prestasi. Kemudian masyarakat umum sebenarnya memiliki tujuan utama yakni kesehatan tubuh.
Michael berkata intensitas olahraga kerap dilihat sebagai sesuatu yang relatif atau subjektif. Karena merasa terbiasa, orang bisa lari sampai 20 km dalam satu sesi, tetapi buat orang lain ini sudah termasuk berat karena hanya mampu 12 km.
Akan tetapi ada satu parameter pasti yang bisa digunakan pada siapapun yakni denyut jantung.
"Yang disebut berat itu dari mana ke mana? Di atas 70 persen dari denyut jantung maksimal, itu [olahraga intensitas] berat. Kalau 50-70 persen dari denyut jantung maksimal itu enggak berat, ringan sampai sedang saja itu," katanya, mengutip CNNIndonesia.com.
Jika Anda berolahraga di zona latihan (training zone), olahraga terbilang ringan-sedang dan menyehatkan. Zona latihan bisa dihitung dengan mengetahui terlebih dahulu denyut jantung maksimal sesuai usia. Rumusnya sebagai berikut:
Untuk mereka yang berusia 60 tahun, misal, denyut jantung maksimal berada di 160 denyut per menit. Artinya, zona latihan 50-70 persen saja atau 80-112 denyut per menit. Saat denyut jantung lebih dari 112 per menit, berarti sudah masuk ke olahraga intensitas berat.
Kemudian saran untuk menunda olahraga berat selama seminggu bisa disesuaikan dengan kondisi tubuh. Michael berpesan, meski sudah seminggu dan badan masih terasa pegal, tidak enak, sebaiknya tidak dipaksakan.
"Kalau sebelum seminggu udah enak, misal 3 hari, boleh (olahraga berat)," tandasnya.