SukkhaCitta Kenalkan Produk Pakaian Berkelanjutan di ASHTA District

Nusantaratv.com - 20 Januari 2023

Founder and CEO SukkhaCitta Denica Riadini-Flesch saat dijumpai di toko SukkhaCitta di ASHTA District 8, Jakarta Selatan, Jumat (20/1/2023) (ANTARA/Lifia Mawaddah Putri)
Founder and CEO SukkhaCitta Denica Riadini-Flesch saat dijumpai di toko SukkhaCitta di ASHTA District 8, Jakarta Selatan, Jumat (20/1/2023) (ANTARA/Lifia Mawaddah Putri)

Penulis: Habieb Febriansyah

Nusantaratv.com - Pelaku fesyen lokal, SukkhaCitta secara resmi menghadirkan toko pertama untuk memperkenalkan produk berkelanjutan di pusat perbelanjaan ASHTA District 8 SCBD, Jakarta Selatan, setelah tujuh tahun berkiprah secara daring.

"SukkhaCitta itu semua lebih tentang kehangatan. Jadi kita juga membuat ini untuk menjembatani harapannya konsumen dengan para ibu kami (pengrajin) di desa," kata Public Relation SukkhaCitta Arti saat dijumpai di ASHTA District 8 SCBD, Jakarta Selatan, Jumat.

"Biasanya kita kalau beli baju kan nggak akan mendalami sejauh itu. Kayak baju itu terbuatnya gimana ya, oleh siapa ya, dan dari mana. Itulah kenapa SukkhaCitta itu hadir," tambahnya.

Tren hidup berkelanjutan sendiri kini sedang berkembang pesat di dunia, termasuk di Indonesia. Faktanya, 82 persen konsumen lebih mementingkan untuk menerapkan tren hidup keberlanjutan dibandingkan sebelum pandemi COVID-19, contohnya seperti mengurangi penggunaan plastik hingga bijak berkonsumsi.

Salah satu implikasi trennya adalah melalui cara konsumsi berpakaian, mulai dari kesadaran untuk beralih ke material ramah lingkungan, tren thrifting, upcycle, hingga reuse yang juga disambut dengan meningkatnya antusiasme brand-brand mode meluncurkan tren sustainable fashion.

SukkhaCitta sendiri secara konsisten berupaya menciptakan dampak positif kepada manusia dan bumi. Salah satu upaya nyatanya adalah melalui perolehan sertifikasi B Corp dari organisasi nirlaba B Lab serta Ethically Handcrated dari organisasi nirlaba NEST pada tahun 2022 lalu.

"B Corp ini sebenarnya sertifikasi global yang diberikan kepada perusahaan yang punya dampak sosial dan lingkungan yang tinggi. Jadi kita salah satu yang pertama di Indonesia mendapatkan ini dan yang pertama diberikan award oleh mereka Best For The World," kata Founder and CEO SukkhaCitta Denica Riadini-Flesch.

"Itu artinya praktek kita di top 5 persen dari B Corp globally. Jadi yang pertama sudah susah sekali mendapat B Corp, bahkan kita mendapat B Corp Best For The World karena mereka merasa perubahan yang kita lakukan ini betul-betul bisa mengubah dunia," imbuhnya.

Dalam melestarikan alam dan tradisi, SukkhaCitta telah menerapkan melalui pilihan materi yang ramah lingkungan dan dibuat dengan tangan serta memperhatikan standar yang layak bagi pengrajin serta lingkungan atau ethically handcrated.

Standar inilah yang membawa SukkhaCitta juga mendapatkan sertifikasi Ethically Handcrated dari lembaga non-profit bernama NEST di akhir tahun 2022.

"Sejak SukkhaCitta didirikan, kami ingin menunjukkan bahwa praktik pada industri fesyen yang berbeda itu sangat memungkinkan, perubahan yang menciptakan peluang bagi perempuan pengrajin dan petani di tempat mereka berada sambil merawat alam di saat yang bersamaan," ucap Denica.

Mengusung konsep Farm-to-Closet, SukkhaCitta berguru kepada para Ibu-Ibu di desa untuk menciptakan pakaian menggunakan material dan proses alami, salah satunya dengan menggunakan pewarna alami yang berasal dari tanaman dan limbah pertanian.

Selain itu, SukkhaCitta juga menanam kapas sendiri dengan menggunakan metode tumpang sari, sebuah metode dengan kearifan lokal yang alami agar terhindar dari hama tanpa menggunakan pestisida. Kapas yang menghasilkan kain, kemudian dijadikan pakaian untuk dikenakan dan 100 persen dapat ditelusuri asalnya.

Dari hasil penjualan SukkhaCitta, 56 persen penghasilan juga dikembalikan langsung ke para pengrajin dan petani di desa-desa. Dengan segala proses yang diterapkan SukkhaCitta, mereka pun mulai menjual produknya dari harga Rp100.000 hingga Rp6 juta.

"Kita mulai Rp100.000 sampai Rp6 juta. Jadi memang tergantung berapa lama proses pembuatannya dan kesulitan pembuatan baju itu sendiri. Contohnya warna yang lebih gelap akan lebih mahal karena prosesnya lebih lama," tutur Denica.

"Harapan kita makin banyak lagi yang jadi sadar dan makin banyak yang berkontribusi untuk berbuat positif," pungkasnya.(Ant)

Dapatkan update berita pilihan terkini di nusantaratv.com. Download aplikasi nusantaratv.com untuk akses berita lebih mudah dan cepat melalui:



0

(['model' => $post])