Nusantaratv.com - Anemia terus menjadi isu kesehatan masyarakat di seluruh dunia, dan beberapa angka prevalensi tertinggi terdapat di Asia Tenggara.
Terlebih, anemia menjadi risiko kesehatan berdampak drastis pada kelompok masyarakat yang paling rentan, yaitu perempuan dan anak-anak.
Anemia Defisiensi Zat Besi (Iron Deficiency Anemia/IDA) merupakan jenis anemia yang paling banyak ditemui, bahkan diderita hingga satu dari empat orang di beberapa negara Asia Tenggara.
Beberapa gejala yang disebabkan oleh IDA antara lain kelelahan, pusing, dan sakit kepala yang memengaruhi kualitas hidup dan produktivitas penderita penyakit ini.
Beberapa temuan dari studi klinis SANOIN terbaru yang didukung P&G Health (divisi kesehatan P&G) dan dilakukan oleh para pakar kesehatan terkemuka, menunjukkan efikasi dari suplementasi zat besi dengan Sangobion (ferrous gluconate + multivitamin & mineral).
Hal tersebut dalam meningkatkan kadar Hemoglobin (Hb) dan kualitas hidup (quality of life/QOL), serta memulihkan gejala anemia defisiensi besi. Studi klinis SANOIN menunjukkan adanya peningkatan kadar Hb dalam 14 hari.
Pulihnya gejala dalam 30 hari, serta meningkatnya kualitas hidup perempuan dengan Anemia Defisiensi Zat Besi.
Dr. Narcisa Sonia Comia, Dokter Spesialis Hematologi (Mary Mediatrix Medical Center, Filipina) dan Principal Investigator SANOIN memberikan pernyataan.
"Kami melaksanakan 'SANOIN Clinical Non-Interventional Study' yang melibatkan 97 perempuan berusia 15-55 tahun yang menderita IDA dengan gejala ringan hingga moderat di enam rumah sakit di Filipina,” kata Narcisa Sonia Comia dari keterangan resmi yang diterima Rabu, 27 Maret 2024.
Studi Klinis SANOIN (ist)
“Pasien mengonsumsi Sangobion (ferrous gluconate plus multivitamin & mineral) selama 90 hari. Kami mengamati, kadar Hemoglobin meningkat pesat sebanyak 1,0 g/dL dalam 14 hari dan terus berlanjut hingga hari ke-90,” sambungnya.
“Lebih lagi, kadar Serum ferritin turut mengalami kenaikan 3,7 kali yang mengindikasikan jumlah zat besi yang terdapat dalam tubuh,” terangnya.
“Sejumlah gejala seperti kelelahan, pusing, dan sakit kepala berkurang drastis secepat 30 hari, bahkan pasien menilai kualitas hidupnya secara keseluruhan membaik,” pungkas Narcisa Sonia Comia.
Sementara, Dr. Christopher J. L. Soriano, Dokter Spesialis Obstetri dan Ginekologi (Ateneo de Manila University School of Medicine and Public Health, Filipina) dan Co-Principal Investigator SANOIN turut memberi pernyataan.
"Prevalensi anemia defisiensi zat besi di Indonesia diperkirakan mencapai 25-30%, sedangkan, di Filipina, IDA diderita oleh satu dari empat ibu hamil. Di Malaysia, sekitar 31,6-34,6% ibu hamil mengidap IDA,” terangnya.
“Kami merasa teryakinkan dengan studi klinis SANOIN, terutama sebagai penelitian yang mengangkat peran penting dan pengaruh Suplementasi Zat Besi dalam perawatan kesehatan, serta memberikan pilihan yang aman dan efektif bagi perempuan Filipina untuk meningkatkan kesehatan sehingga mereka dapat merawat diri, anak-anak, dan keluarganya secara lebih baik,” sambungnya.
“Kami ingin membagikan temuan dari studi klinis ini kepada praktisi kesehatan di seluruh Asia Tenggara. Dengan demikian, mereka dapat mengambil pendekatan secara cermat untuk mengatasi beban penyakit yang semakin besar ini,” imbuh Christopher J. L. Soriano.
Ian Barton, Senior Director, R&D Medical & Technical Affairs – P&G Health (Asia Pasifik, India, Timur Tengah & Afrika) menyatakan
“P&G Health telah berupaya meningkatkan kesadaran publik dan diagnosis Anemia Defisiensi Zat Besi di Asia Tenggara lewat kolaborasi dengan praktisi dan asosiasi di bidang kesehatan,” katanya.
“Studi klinis SANOIN terbaru ini menjadi langkah terbaru dari komitmen kami dalam mendukung penanganan IDA,” sambung Ian Barton.
“Melalui bukti dan analisis klinis, studi SANOIN menekankan pentingnya suplementasi zat besi dalam meningkatkan hasil perawatan kesehatan, serta membantu konsumen dalam menjalani kehidupan yang lebih sehat dan menyenangkan,” ujarnya.
“Kami ingin berterima kasih kepada panel investigator dan para perempuan yang telah berpartisipasi dalam studi SANOIN,” sambungnya.
“Kami juga mengapresiasi International Pharmaceutical Federation (FIP) yang telah mencantumkan temuan studi klinis SANOIN dalam publikasi 'Pharmacists Handbook on managing IDA' yang baru saja dirilis,” pungas Ian Barton.