Nusantaratv.com - Studi terbaru mengungkapkan kerusakan otak yang disebabkan oleh Covid-19 serupa dengan yang disebabkan oleh stroke.
Dalam studi yang dipublikasikan di Nature Neuroscience pada Kamis (21/10/2021), menggambarkan bagaimana Covid-19 dapat menyebabkan kerusakan dengan mengganggu aliran darah di otak.
Dikutip dari Al Arabiya, Senin (25/10/2021), studi terkait Covid-19 itu menyebutkan efek pada pembuluh darah di otak sesuai dengan penyakit pembuluh darah kecil otak, istilah umum untuk penyakit otak termasuk stroke.
Makalah yang ditulis oleh para ilmuwan di Jerman itu mengatakan, hingga 76 persen pasien Covid-19 dapat menderita gangguan kognitif dan gejala kejiwaan lainnya, lebih dari empat pekan setelah infeksi.
Berdasarkan penelitian, pemindaian otak Magnetic Resonance Imaging (MRI) mengungkapkan, orang dengan infeksi Covid-19 yang parah memiliki lebih banyak 'pembuluh tali' yang tidak dapat dilalui darah.
Pembuluh tali mewakili jaringan sisa setelah sel mati di pembuluh darah, sehingga darah tidak mungkin melewatinya. Penelitian itu mengungkapkan, Covid-19 juga dapat secara langsung menyebabkan stroke.
Diketahui, hingga 84 persen orang yang terinfeksi Covid-19 parah menunjukkan gejala neurologis termasuk kehilangan penciuman, serangan epilepsi, stroke, kehilangan kesadaran, dan kebingungan.
Baca Juga: Studi: Perawat Punya Kecenderungan Tinggi untuk Bunuh Diri
Namun, terlepas dari bukti Covid-19 menyebabkan kerusakan otak, para peneliti mengatakan jika hal ini masih menjadi bahan perdebatan apakah virus menginfeksi otak secara langsung atau tidak.
Karena itu, penulis penelitian mendeteksi materi genetik Covid-19 dalam bentuk genom virus di otak dan cairan tulang belakang pasien, menunjukkan virus tersebut dapat mengakses otak.
Bahan RNA Covid-19 ditemukan pada pembuluh darah di otak, menunjukkan virus dapat menyebar dari sistem pernapasan ke otak melalui aliran darah pasien.
Selain itu, studi ini juga mengidentifikasi jenis protein yang disebut receptor-interacting protein kinase (RIPK), sebagai target potensial untuk pengobatan terapeutik efek neurologis Covid-19.