Nusantaratv.com - Otoritas kesehatan di sejumlah wilayah Amerika Serikat (AS) mengizinkan perawat dan pekerja rumah sakit lain yang terinfeksi Covid-19 bekerja. Tapi, izin ini hanya diberikan jika mereka memiliki gejala ringan atau tidak bergejala.
Hal ini terpaksa dilakukan lantaran kekurangan staf rumah sakit yang parah dan lonjakan kasus Covid-19 akibat varian Omicron.
Dikutip dari Associated Press, otoritas kesehatan California mengumumkan, staf rumah sakit yang mendapatkan hasil positif terinfeksi virus corona, tetapi tak memiliki gejala dapat terus bekerja.
Beberapa rumah sakit di Pulau Rhode dan Arizona juga menerapkan kebijakan yang mirip, di mana pegawai bisa terus bekerja jika tak bergejala atau bergejala ringan.
Di wilayah Phoenix, operator rumah sakit Dignity Health mengimbau staf terinfeksi Covid-19 yang dirasa mampu bekerja boleh meminta izin ke manajer mereka agar bisa kembali mengurus pasien. Namun, imbauan ini baru akan diterapkan dalam beberapa hari atau pekan ke depan.
"Kami melakukan semua yang kami bisa untuk memastikan karyawan kami bisa kembali bekerja sembari melindungi pasien dan staf kami dari transmisi Covid-19," kata Dignity Health dalam sebuah pernyataan.
Di lain sisi, Kementerian Kesehatan Masyarakat California mengatakan kebijakan baru tadi dilatarbelakangi oleh 'krisis kekurangan staf.' Badan ini meminta pihak rumah sakit untuk melakukan segala acara untuk memenuhi kekurangan staf lewat merekrut pegawai di luar agensi kepegawaian.
Selain itu, pekerja yang terinfeksi diwajibkan menggunakan masker KN95 dan hanya ditugaskan merawat pasien Covid-19, tutur lembaga itu lagi.
"Kami tak meminta kebijakan ini, dan kami tak memiliki informasi apapun terkait rumah sakit bakal mengadopsi pendekatan ini atau tidak," ujar juru bicara Asosiasi Rumah Sakit California, Jan Emerson-Shea.
"Namun, yang kami tahu adalah rumah sakit bersiap menangani lebih banyak pasien dalam beberapa hari ke depan, dibandingkan dengan jumlah yang bisa dirawat dengan sumber daya saat ini," tuturnya.
Emerson-Shea juga menuturkan banyak pekerja rumah sakit yang terpapar virus, dan kemudian sakit atau menjaga anggota keluarga mereka yang sakit.
Asosiasi ini juga menentang kebijakan otoritas kesehatan tersebut dan menilai kebijakan itu dapat meningkatkan kenaikan infeksi virus.
Ketua asosiasi tersebut, Cathy Kennedy, menilai Gubernur California Gavin Newsom dan pemimpin negara bagian lain 'menempatkan kebutuhan perusahaan layanan kesehatan di atas keselamatan pasien dan pekerja.'
"Kami ingin merawat pasien kami dan melihat mereka sembuh, bukan berpotensi menginfeksi mereka," lanjut Kennedy.
Sementara itu, sebuah rumah sakit jiwa pemerintah dan pusat rehabilitasi di Pulau Rhode mengizinkan staf yang terinfeksi Covid-19 tetapi bergejala bekerja.
Di Rumah Sakit Memorial Jackson, Miami, kepala petugas medis Dr. Hany Atallah menuturkan mereka belum mencapai puncak masalah kekurangan pegawai. Pekerja yang terinfeksi diharuskan tak bekerja selama lima hari.
"Kami harus bersikap lebih hati-hati untuk mencegah penyebaran di rumah sakit," kata Atallah.
Di sisi lain, suster di rumah sakit yang sama, Kevin Cho Tipton, mengatakan ia mengerti mengapa rumah sakit ingin cepat membuat karyawan masuk lagi setelah melakukan isolasi selama lima hari.
Walaupun demikian, ia khawatir akan potensi risiko, khususnya pasien dengan kemungkinan infeksi lebih tinggi, seperti orang yang menerima transplantasi.
"Memang Omicron kurang mematikan, tetapi kita masih belum mengetahui lebih banyak," ujar Tipton.
Penyebaran varian Omicron membuat kasus harian di AS sempat naik hingga lebih dari 700 ribu per hari. Tak hanya berkutat dengan lonjakan kasus, beberapa rumah sakit juga harus berhadapan dengan banyak pegawai yang cuti karena terinfeksi virus corona.
Meski demikian, varian Omicron terlihat menimbulkan gejala yang lebih ringan dibandingkan varian Delta.