Kenapa Banyak Perokok Tidak Terkena Kanker Paru-paru? Ini Penjelasannya

Nusantaratv.com - 21 April 2022

Ilustrasi perokok/ist
Ilustrasi perokok/ist

Penulis: Andi Faisal

Nusantaratv.com - Banyak studi menyatakan merokok berpotensi menganggu kesehatan. Salah satu dampak fatal dari kebiasaan merokok adalah terkena penyakit kanker paru-paru. 

Namun pada kenyataannya banyak juga dari perokok yang tidak terkena penyakit kanker paru-paru. 

Studi yang diprakarsai oleh para ilmuwan di Albert Einstein College Medicine dan dipublikasikan melalui Nature Genetics, mencoba mengungkap alasan kenapa perokok bisa tidak terkena kanker paru-paru.

Selain itu, penelitian ini juga membantu menjelaskan siapa saja perokok yang berpotensi besar terkena penyakit tersebut.

Selama ini merokok diasumsikan mampu menyebabkan kanker paru-paru karena mendorong mutasi DNA terhadap sel normal paru-paru. Namun menurut profesor dan komite genetik di Einstein, Jan Vijg, asumsi itu belum bisa dibuktikan sampai akhirnya timnya melakukan penelitian akan hal ini.

Pasalnya, kata Vijg, tidak ada cara yang secara akurat menghitung mutasi sel normal.

Vijg kemudian mengembangkan teknik sequencing yang bernama single-cell multiple displacement amplification (SCMDA). Metode ini mampu mengurangi kesalahan dalam sequencing.

Metode SCMDA digunakan untuk membandingkan mutasi sel epitel paru-paru normal dari 14 orang yang tidak pernah merokok (usia 11-86) dan 19 perokok (usia 44-81 yang merokok maksimal 116 pak per tahun). Sel-sel yang diteliti berasal dari pasien yang menjalani bronkoskopi nonkanker.

Hasilnya, sel-sel tersebut mampu bertahan selama bertahun-tahun, bahkan beberapa dekade dan mampu mengakumulasi mutasi seiring usia dan kebiasaan merokok.

"Dari seluruh jenis sel paru-paru, sel-sel (yang diteliti) itu merupakan salah satu yang paling memungkinkan menyebabkan kanker," papar ujar Simon Spivack, ilmuwan Einstein lainnya.

Para ilmuwan menemukan adanya akumulasi mutasi di sel paru-paru mereka yang tidak merokok, bersamaan dengan bertambahnya usia. Namun, ada lebih banyak mutasi yang ditemukan pada para perokok.

"Eksperimen ini menegaskan bahwa merokok meningkatkan risiko kanker paru-paru dengan cara meningkatkan frekuensi mutasi, sebagaimana dihipotesiskan sebelumnya," sebut Spivack.

Spivak mengatakan alasan tersebut juga melatarbelakangi mengapa ada sangat sedikit nonperokok yang terkena kanker paru. Sebaliknya, orang yang seumur hidup memiliki kebiasaan merokok, 10-20 persen dari mereka mengalaminya.

Mereka juga menemukan jumlah mutasi sel bertambah, sejalan dengan jumlah pak rokok per tahun yang dikonsumsi. Agaknya, risiko kanker paru turut bertambah.

Meski demikian, peningkatan mutasi sel ini berhenti setelah kebiasaan konsumsi 23 pak per tahun. Spivack menerangkan, perokok yang paling berat, tidak memiliki mutasi tertinggi.

Spivak menjelaskan penurunan mutasi bisa disebabkan karena para perokok berat itu punya sistem yang sangat canggih untuk memperbaiki kerusakan DNA atau mendetoksifikasi asap rokok. 

Data tim peneliti menunjukkan bahwa para individu tersebut bisa saja bertahan begitu lama, meski mereka merokok berat karena mampu menekan akumulasi mutasi sel lebih lanjut.

Disimpulkan, sejumlah perokok, bisa jadi memiliki mekanisme yang sangat baik untuk melindungi diri mereka dari kanker paru dengan cara membatasi mutasi sel paru-paru. Sehingga, hanya ada sedikit perokok yang menderita penyakit tersebut. (dari berbagai sumber)

Dapatkan update berita pilihan terkini di nusantaratv.com. Download aplikasi nusantaratv.com untuk akses berita lebih mudah dan cepat melalui:



0

x|close