Nusantaratv.com - Jumlah kasus virus Corona (Covid-19) mengalami peningkatan di sejumlah negara di kawasan Asia Tenggara.
Hal ini mendorong pemerintah di kawasan tersebut meningkatkan langkah-langkah untuk membatasi penyebaran infeksi seperti memasang pemindai termal tubuh di bandara dan mendesak masyarakat untuk menggunakan masker.
Namun, para ahli kesehatan mengatakan kepada CNA (Channel News Asia), pembatasan seperti lockdown di era pandemi tidak diperlukan. Hal ini disebutnya karena sistem layanan kesehatan siap menghadapi lonjakan jumlah kasus.
Di Malaysia, Menteri Kesehatan Dr Dzulkefly Ahmad mengatakan, pemerintahnya mungkin mengumumkan arahan tambahan untuk memerangi lonjakan kasus Covid-19, yang mencakup perintah suntikan booster terutama bagi orang-orang yang lebih rentan terhadap komplikasi dari penyakit tersebut.
Sebelumnya, Direktur Jenderal Kesehatan Malaysia Dr Muhammad Radzi Abu Hassan menyarankan masyarakat untuk memakai masker saat berkumpul dengan teman dan di lokasi keramaian, setelah jumlah kasus Covid-19 di negara tersebut naik hampir dua kali lipat menjadi 12.757 pada 3 hingga 9 Desember, dibandingkan pekan sebelumnya.
Sementara itu, di Indonesia, otoritas kesehatan telah mengimbau masyarakat untuk menyelesaikan vaksinasi Covid-19 dan menggunakan masker saat berada di tempat umum. Hingga Selasa (12/12/2023), Indonesia mencatat total 6.223 kasus aktif Covid-19, meningkat 298 kasus dari pekan sebelumnya.
Surat edaran yang dikeluarkan Kementerian Kesehatan juga menyerukan agar organisasi-organisasi untuk secara aktif memantau kasus-kasus baru dan memastikan ketersediaan vaksin di semua klinik kesehatan pemerintah.
Pemindai termal tubuh juga telah dipasang di beberapa titik masuk Indonesia, antara lain di Bandara Internasional Soekarno-Hatta di Jakarta, Bandara Internasional Ngurah Rai di Bali, dan Pelabuhan Internasional Batam.
Di Thailand, jumlah pasien rawat inap akibat Covid-19 mengalami lonjakan terbesar pada pekan lalu yaitu 590 kasus sejak Juli. Media Bangkok Post bahkan melaporkan, tercatat ada lima kematian akibat infeksi tersebut.
Kendati para pakar kesehatan yang ditemui CNA mengatakan Covid-19 kini dapat ditangani dengan lebih baik, namun mereka menekankan para lansia (lanjut usia) dan kelompok rentan harus selalu waspada.
Ahli epidemiologi dari Fakultas Pengobatan Sosial dan Pencegahan Universitas Malaya Profesor Moy Foong Ming mengatakan, tindakan pembatasan di era pandemi tidak diperlukan karena sebagian besar warga Malaysia sudah mendapatkan setidaknya dua dosis vaksin Covid-19.
"Ada semacam kekebalan di masyarakat, sedangkan varian Omicron yang ada saat ini hanya menimbulkan gejala ringan. Kalau ada varian baru yang menimbulkan gejala serius, mungkin saja (kita bisa mempertimbangkan beberapa pembatasan) tapi tidak perlu panik untuk saat ini," ujarnya kepada CNA.
Namun, Prof Moy mendesak tanggung jawab pribadi dan para lanjut usia serta mereka yang memiliki kekebalan rendah untuk memakai masker dan mendapatkan suntikan booster vaksinasi.
"Jika mereka tertular, mereka mungkin akan mengalami gejala yang parah. Kalau orang dewasa yang sehat, menurut saya terserah mereka mau pakai masker. Tidak boleh dipaksakan," lanjutnya.
Prof Moy menambahkan, lonjakan kasus yang terjadi saat ini bukan satu-satunya, karena akan terjadi lonjakan kasus lainnya di masa depan, terutama karena jumlah perjalanan akan meningkat selama periode liburan akhir tahun. "Ketika suatu penyakit dianggap endemik, virus itu tetap ada bersama kita, dan kita hidup berdampingan dengannya," terangnya.
Hal senada dikatakan Ahli epidemiologi Universiti Putra Malaysia Assoc Prof Dr Malina Osman. Dia mengatakan, tanggung jawab dasar pribadi harus ada dan dipraktikkan setiap kali ada risiko penularan. "Langkah-langkah ini harus dilakukan secara individual karena situasi sudah terkendali. Tidak ada indikasi perlunya penegakan hukum," cetusnya.