Nusantaratv.com - Indonesia berduka. Ratusan orang tewas akibat kerusuhan usai laga Arema FC kontra Persebaya Surabaya di Stadion Kanjuruhan, Malang pada Sabtu Sabtu (1/10/2022) lalu.
Sebelumnya, pihak kepolisian menyebut ada 127 orang yang meninggal dunia akibat kerusuhan di Stadion Kanjuruhan, Malang.
Para korban sempat dilarikan ke rumah sakit untuk mendapatkan pertolongan medis. Namun nyawanya tak tertolong karena sudah dalam kondisi memburuk setelah kerusuhan yang terjadi. Mereka mayoritas menjalani sesak napas dan terjadi penumpukan sehingga terinjak-injak karena panik akibat situasi yang ricuh dan tembakkan gas air mata.
Diketahui, gas air mata memang kerap digunakan polisi untuk membubarkan massa. Tentunya gas air mata dapat menyebabkan gejala yang lebih parah pada orang dengan kondisi kesehatan yang mendasarinya.
Kebanyakan orang sembuh dengan cepat dari efek gas air mata. Namun, mereka tetap harus mencari bantuan medis jika bersentuhan dengan zat ini. Meski disebut gas, namun sejatinya gas air mata bukanlah gas. Gas air mata terdiri dari bahan kimia padat atau cair, biasanya berupa semprotan atau bubuk.
Setelah ditembakkan zat ini bereaksi dengan kelembapan udara sehingga menyebabkan rasa sakit dan iritasi. Inilah sebabnya dapat memengaruhi area tubuh yang lembab, seperti mata, mulut, tenggorokan, dan paru-paru.
Gas air mata terdiri dari berbagai bahan kimi diantaranya: Kloroasetofenon (CN), Chlorobenzylidenemalononitrile (CS), Chloropicrin (PS), Bromobenzylcyanide (CA), Dibenzoxazepine (CR), serta kombinasi bahan kimia lainnya. Setiap jenis gas air mata memiliki nama lain diantaranya adalah, semprotan merica, semprotan capsicum, dan agen pengendali kerusuhan.
Kekuatan gas air mata bervariasi. Paparan versi yang lebih terkonsentrasi atau paparan yang lama dapat memperburuk gejala.
Jika seseorang terkena gas air mata, maka akan merasakan sejumlah efek yang terjadi pada tubuh. Efek jangka pendek terkena gas air mata adalah: rasa terbakar, kemerahan pada mata, penglihatan kabur, rasa terbakar dan iritasi di mulut serta hidung, kesulitan menelan, mual dan muntah, sulit bernafas, batuk, mengi, iritasi kulit, dan ruam.
Selain itu gas air mata juga bisa menimbulkan efek jangka panjang dan kematian. Jika seseorang meninggalkan area di mana ada gas air mata, dan gejalanya hilang segera setelah itu, risiko cedera jangka panjangnya rendah, mengutip okezonecom.
Namun, para ilmuwan masih belum cukup mengetahui tentang efek gas air mata yang menetap pada tubuh. Paparan gas air mata di dalam ruangan, atau dalam jumlah besar, dapat menimbulkan efek kesehatan yang serius seperti: glaukoma, kebutaan, luka bakar kimiawi, gagal napas.