Nusantaratv.com-Penyakit hepatitis 'misterius' yang pertama kali ditemukan di Inggris kini telah menyebar luas ke berbagai negara termasuk Indonesia. Wabah ini cenderung menyerang anak-anak di bawah usia 16 tahun. Di Indonesia sendiri, sudah ada 6 orang yang meninggal diduga terinfeksi hepatitis misterius.
Sampai saat ini belum diketahui pasti penyebab terjadinya wabah hepatitis 'misterius'.
Berdasarkan data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), sampai saat ini sudah ada 348 kasus hepatitis 'misterius' di seluruh dunia.
Kasus sudah menyebar di 20 negara, dengan 70 kasus tambahan dari 13 negara lainnya yang masih menunggu klasifikasi harus menunggu hasil lebih lanjut. Dari jumlah tersebut, ada 6 negara yang melaporkan kasus hepatitis misterius lebih dari 5 kasus, dengan lebih dari 160 kasus di Inggris.
WHO membuat hipotesis bahwa hepatitis misterius ini disebabkan karena kombinasi adenovirus dan virus Covid-19.
"Selama seminggu terakhir, ada beberapa kemajuan dengan penyelidikan lebih lanjut untuk memperkuat hipotesis," kata petinggi WHO, Philippa Easterbrook, Kamis (12/5/2022)
Guna mendapatkan solusi untuk mengatasi wabah hepatitis 'misterius'. Inggris tengah mengoordinasikan serangkaian studi komprehensif, melihat genetika anak-anak terkena dampak, respons kekebalan mereka, virus, dan studi epidemiologi lebih lanjut.
Sementara itu, Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS juga sedang menyelidiki 109 kasus seperti itu, termasuk lima kematian yang dilaporkan.
"Saat ini, hipotesis utama tetap melibatkan adenovirus dengan masih pertimbangan penting tentang peran Covid juga, baik sebagai koinfeksi atau infeksi masa lalu," kata Easterbrook.
Easterbrook menjelaskan pengujian lebih lanjut, dalam seminggu terakhir mengkonfirmasi sekitar 70 persen dari kasus dinyatakan positif adenovirus, dengan sub-tipe 41. Biasanya, terkait dengan gastroenteritis sub-tipe yang lazim.
Pengujian juga menunjukkan bahwa sekitar 18 persen kasus secara aktif dinyatakan positif Covid-19.
"Fokus besar selama minggu depan adalah melihat pengujian serologis untuk paparan dan infeksi sebelumnya dengan Covid-19" jelas Easterbrook. (dari berbagai sumber)