Depresi Bisa Pengaruhi Jantung?

Nusantaratv.com - 04 Maret 2024

Ilustrasi Depresi (pexels.com)
Ilustrasi Depresi (pexels.com)

Penulis: Supriyanto

Nusantaratv.com - Penyakit jantung menjadi penyebab kematian kedua di Indonesia setelah penyakit stroke. Banyak yang beranggapan bahwa penyakit jantung hanya menyerang orang tua saja. Tingkat stres yang tinggi dan penerapan gaya hidup yang tidak sehat juga bisa memicu munculnya penyakit jantung di usia muda.

Menurut dr A. M. Y. Eva Suryani, SpKJ, dari Rumah Sakit Atma Jaya, orang yang mengalami stres cenderung melakukan perilaku buruk yang dapat meningkatkan risiko penyakit jantung atau kardiovaskular (health.detik.com)

Sebagian orang ketika stres, cemas atau depresi, tanpa disadari cenderung melupakan gaya hidup sehat. Biasanya pelariannya dengan banyak merokok bagi para perokok, bermalas-malasan, banyak tidur atau bisa juga malah kurang tidur, minum minuman beralkohol. Pola hidup yang seperti ini lambat laun akan meningkatkan risiko terkena penyakit jantung. 

Depresi menyebabkan penyakit jantung atau serangan jantung?

Saat Anda mengalami depresi, kecemasan, atau stres, detak jantung dan tekanan darah akan meningkat, aliran darah ke jantung berkurang dan tubuh memproduksi kortisol dalam jumlah lebih tinggi, yaitu hormon stres. Seiring waktu, efek ini bisa memicu penyakit jantung. Depresi dan kecemasan juga dapat memicu gagal jantung, stroke, dan serangan jantung.

Lalu bagaimana kita dapat mengurangi tingkat stres, kecemasan ataupun depresi? Melansir dari heart.org, ada tiga langkah penting yang bisa dilakukan.

1. Identifikasi penyebab depresi, stres, atau kecemasan yang terjadi
Jika Anda mengalami kesedihan selama beberapa hari, bahkan berminggu-minggu, mungkin Anda perlu mencari bantuan untuk menghilangkan kesedihan tersebut. Depresi adalah suatu masalah yang menyebabkan perasaan sedih dan/atau kehilangan minat pada suatu aktivitas. Rasa sedih yang berlarut-larut dapat menyebabkan berbagai masalah emosional dan fisik yang dapat menurunkan kemampuan Anda. 

Depresi (riset.guru)

2. Pilihlah kebiasaan yang sehat dan jangan terburu-buru.
Jika Anda tidak terbiasa berolahraga, mulailah secara bertahap.

Sesuatu yang sederhana seperti berjalan-jalan, selama 30 menit sehari, dapat membantu kesehatan jantung. Aktivitas fisik dapat mengubah suasana hati, terlebih jika dilakukan secara teratur dapat meningkatkan kesehatan mental, menurunkan risiko depresi, dan meningkatkan kualitas hidup secara keseluruhan.

Jika sudah terbiasa mengonsumsi makanan tidak sehat, cobalah mulai dikurangi, bisa dengan cara memasak sendiri, kurangi atau hindari bahan-bahan makanan yang berlemak, tambahan gula, natrium, dan kalori. Pilih camilan sehat, seperti buah-buahan dan sayuran segar, atau pilih salad dan hidangan rendah lemak lainnya saat makan di luar.

3. Mulai pola hidup sehat 
Jangan mencoba “memperbaiki” semuanya sekaligus. Hal ini terutama berlaku jika salah satu kebiasaan yang ingin Anda hentikan adalah merokok.

Berhenti merokok bisa jadi sulit bagi seorang perokok, diperlukan niat dan tekad yang kuat untuk tidak merokok lagi. Bila perlu lakukan konsultasi dengan ahli kesehatan apakah Anda memerlukan obat atau bantuan lain untuk berhenti. Terapi mungkin termasuk penggantian nikotin atau obat resep. Anda juga bisa meminta rujukan untuk program berhenti merokok.

Pada akhirnya, jika memang ingin sehat, semuanya akan berpulang pada diri sendiri. Keseriusan untuk menolak sakit bisa dilakukan dengan mulai hidup sehat. Hindari makanan-makanan tidak sehat dan yang terpenting membiasakan diri selalu berpikir positif. Mengikuti kelas yoga, meditasi, mendengarkan musik, atau membaca buku mungkin bisa menjadi pilihan.

Dapatkan update berita pilihan terkini di nusantaratv.com. Download aplikasi nusantaratv.com untuk akses berita lebih mudah dan cepat melalui:



0

x|close