Nusantaratv.com-Pandemi covid-19 yang sudah dua tahun lebih melanda dunia, membuat banyak negara 'kebelet' ingin menjadikannya endemi dan mencabut berbagai pembatasan.
Bahkan kebijakan tersebut diambil di saat negara-negara tersebut mengalami lonjakan kasus positif covid-19 akibat penyebaran varian baru Omicron.
Menyikapi sikap semborono itu, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperingatkan pandemi covid-19 belum selesai. Kepala Ilmuwan WHO, Soumya Swaminathan, menyatakan masih ada potensi kemunculan lebih banyak varian virus covid-19 di masa depan.
"Kita melihat virus ini berkembang, bermutasi. Jadi kita tahu akan ada lebih banyak varian, lebih banyak varian yang dikhawatirkan, dan kita tidak berada di akhir pandemi," kata Swaminathan dalam kunjungannya ke Afrika Selatan.
Pada November 2021, dunia geger dan panik karena temuan varian Omicron di Afrika Selatan. Sejumlah negara langsung menutup pintu masuk bagi orang-orang dari Afsel.
WHO pun memasukkan varian ini sebagai varian yang harus diwaspadai. Dikatakan, Omicron memiliki daya tular yang lebih tinggi dari Delta.
Meski begitu, varian Omicron telah menyebar ke berbagai negara di dunia termasuk Indonesia. Akibatnya kasus positif covid-19 di Tanah Air dan global kembali melonjak.
Gempuran varian-varian baru covid-19 termasuk Omicron telah merontokkan daya tahan banyak negara untuk melaksanakan program tes dan tracing corona.
Swedia dan Korea Selatan memutuskan menghentikan program tes dan tracing Covid-19 mereka akibat varian Omicron. Tingginya biaya yang dibutuhkan menjadi salah satu alasan penghentian program pelacakan tersebut.
Beruntung, meski terjadi lonjakan kasus namun tidak sampai melumpuhkan sistem kesehatan banyak negara. Hal itu dikarenakan karakteristik varian Omicron yang tidak menimbulkan tingkat keparahan pada pasien. Banyak kalangan menyebut dampak varian Omicron lebih ringan daripada varian Delta yang mengganas pada pertengahan 2021 lalu. (dari berbagai sumber)