Nusantaratv.com – Budayawan Emha Ainun Najib atau Cak Nun dikabarkan dilarikan ke rumah sakit karena mengalami pendarahan otak. Pendarahan otak adalah masalah medis darurat yang perlu segera ditangani. Ini terjadi ketika arteri di otak pecah dan menyebabkan pendarahan di jaringan sekitarnya. Darah yang terkumpul kemudian membentuk massa dan memberi tekanan pada otak. Nah, kondisi ini lah yang disebut sebagai epidural hematoma. Hematoma dapat menghambat aliran darah dan membunuh sel-sel otak.
Pada akhirnya, kematian sel-sel otak membuat pengidapnya tidak sadarkan diri atau bahkan kematian. Pendarahan otak bisa terjadi di bagian otak mana pun, seperti di dalam otak, di antara otak dan selaput yang menutupinya, atau antara tengkorak dan selaput otak. Lantas, faktor apa saja yang bisa menyebabkan pendarahan otak? Ketahui penyebabnya supaya kamu lebih waspada.
Faktor Penyebab Pendarahan Otak
Trauma kepala sering menjadi penyebab terjadinya pendarahan otak. Kendati demikian, ada berbagai kondisi medis yang juga bisa menyebabkan pendarahan otak.
Berikut berbagai faktor penyebab pendarahan otak yang perlu kamu waspadai:
- Trauma kepala. Cedera kepala adalah penyebab paling umum pendarahan di otak. Kondisi ini paling berisiko di alami lansia di atas 50 tahun. Pasalnya, keseimbangan tubuh mengalami penurunan seiring bertambahnya usia seseorang.
- Tekanan darah tinggi. Seseorang yang mengidap tekanan darah tinggi juga berisiko mengalami pendarahan otak. Tekanan darah yang tinggi dapat melemahkan dinding pembuluh darah (aneurisma) otak sehingga berisiko pecah.
- Malformasi arteriovenosa. Kamu pasti asing dengan kondisi yang satu ini. Malformasi arteriovenosa adalah kelainan pembuluh darah yang hadir saat lahir. Ini terjadi ketika arteri dan vena terhubung secara langsung tanpa melalui pembuluh kapiler. Kelainan ini berisiko menimbulkan sejumlah gangguan pada sistem peredaran darah, termasuk pendarahan otak.
- Angiopati amiloid. Kondisi ini juga termasuk kelainan pada dinding pembuluh darah. Namun, angiopati umumnya berkembang seiring bertambahnya usia dan tekanan darah tinggi.
- Gangguan darah. Hemofilia dan anemia sel sabit merupakan gangguan darah yang menyebabkan penurunan kadar trombosit dan pembekuan darah atau pengenceran darah. Keduanya sama-sama berisiko menyebabkan pendarahan di dalam otak.
- Penyakit hati. Penyakit hati juga dapat meningkatkan risiko pendarahan. Mengapa? Selain menyaring racun, hati juga membantu proses penggumpalan darah. Ketika ada masalah dalam hati, maka proses penggumpalan darah dapat terganggu sehingga seseorang berisiko mengalami pendarahan.
- Tumor otak. Ukuran tumor yang semakin membesar dapat memberi tekanan di jaringan-jaringan otak. Pada akhirnya, tumor beiriko menyebabkan pendarahan di dalam otak akibat tekanan.
- Aterosklerosis. Penumpukan plak di dalam pembuluh darah (aterosklerosis) dapat menghambat aliran darah. Aliran darah yang terhambat ini kemudian berisiko pecah dan menyebabkan pendarahan.
Kenali Tanda-Tanda Pendarahan Otak
Gejala pendarahan otak bisa bermacam-macam, tergantung pada lokasi pendarahan, tingkat keparahan pendarahan dan jumlah jaringan yang terkena. Perkembangan gejala cenderung terjadi secara tiba-tiba sehingga berisiko cepat memburuk. Oleh sebab itu, penting untuk mengenali tanda-tanda pendarahan otak supaya bisa segera mendapat perawatan yang tepat. Gejala pendarahan otak antara lain:
- Sakit kepala parah yang muncul tiba-tiba;
- Kejang tanpa riwayat kejang sebelumnya;
- Kelemahan pada lengan atau kaki;
- Mual atau muntah;
- Kewaspadaan berkurang;
- Kelesuan;
- Perubahan penglihatan;
- Kesemutan atau mati rasa;
- Kesulitan berbicara atau memahami pembicaraan;
- Sulit;
- Kesulitan menulis atau membaca;
- Kehilangan keterampilan motorik halus, seperti tremor tangan;
- Koordinasi tubuh memburuk;
- Kehilangan keseimbangan;
- Indera perasa yang tidak normal;
- Hilang kesadaran.
Perlu diingat bahwa banyak gejala di atas bisa disebabkan oleh kondisi selain pendarahan otak. Itu sebabnya, segera cari bantuan medis untuk mendapat diagnosis yang tepat. Setelah menemui dokter, mereka akan menentukan bagian otak mana yang terpengaruh berdasarkan gejala yang kamu alami.
Dokter perlu melakukan tes pencitraan, seperti CT Scan atau MRI, untuk mencari letak dan penyebab pendarahan. Pemeriksaan neurologis atau pemeriksaan mata, yang dapat menunjukkan pembengkakan saraf optik, juga dapat dilakukan.
Penanganan dan Pencegahan Pendarahan Otak
Parah atau tidaknya perdarahan otak tergantung pada ukuran perdarahan dan jumlah pembengkakan. Tak sedikit orang yang bisa sembuh total setelah mengalami pendarahan otak. Kendati demikian, tak sedikit pula yang mengalami komplikasi seperti stroke, kehilangan fungsi otak, kejang bahkan kematian. Itu sebabnya, jangan pernah abaikan kondisi ini dan segera cari bantuan medis untuk ditangani.
Perawatan untuk pendarahan di otak juga bergantung pada lokasi, penyebab, dan luasnya pendarahan. Pembedahan sering kali menjadi satu-satunya jalan untuk mengurangi pembengkakan dan mencegah pendarahan. Selain pembedahan, obat-obatan tertentu juga dapat diresepkan untuk mengurangi rasa sakit, pembengkakan, dan mengendalikan kejang.
Mengingat pendarahan otak adalah kondisi yang serius, penting untuk mengontrol berbagai faktor risiko pemicunya. Sebagian besar pendarahan otak disebabkan oleh cedera kepala. Untuk itu, selalu gunakan perangkat keselamatan seperti helm atau sabuk pengaman saat berkendara.
Bila kamu punya riwayat tekanan darah tinggi, pastikan untuk rutin memeriksa tekanan darah dan terapkan gaya hidup yang lebih sehat. Gaya hidup yang wajib kamu lakukan di antaranya, konsumsi makanan sehat, teratur berolahraga, dan berhenti merokok.
Sumber: halodoc.com