Nusantaratv.com-Kemajuan teknologi telah berperan besar dalam tindakan medis untuk menyembuhkan penyakit dan kekurangan manusia. Terbaru, seorang wanita berusia 20 tahun yang lahir dengan telinga kanan yang tidak sempurna, menerima implan telinga yang dibuat dari selnya sendiri. Implan telinga ini dibuat menggunakan cetakan 3D.
Transplantasi telinga ini merupakan kemajuan yang menakjubkan di bidang rekayasa jaringan.
3DBio Therapeutics, perusahaan obat regeneratif yang berbasis di New York, Amerika Serikat menyebutkan, telinga baru itu dicetak dalam bentuk yang persis sama dengan telinga kiri wanita itu.
Disebutkan, telinga baru yang ditransplantasikan pada bulan Maret itu, akan terus meregenerasi jaringan tulang rawan dan pada akhirnya memberikan tampilan dan "nuansa" telinga alami.
Namun sejauh ini, 3DBio belum secara terbuka mengungkapkan detail teknis proses transplantasi, sehingga sulit bagi pakar luar untuk mengevaluasi.
Uji klinis yang mencakup 11 pasien saat ini sedang berlangsung, dan ada kemungkinan transplantasi bisa gagal atau membawa komplikasi kesehatan yang tidak terduga. Para dokter dan pejabat perusahaan menyampaikan karena sel-sel itu berasal dari jaringan pasien itu sendiri, telinga baru itu tidak mungkin ditolak oleh tubuh.
Keberhasilan 3DBio, yang dibuat selama tujuh tahun, adalah salah satu dari beberapa terobosan baru-baru ini dalam upaya meningkatkan transplantasi organ dan jaringan.
Pada Januari lalu, ahli bedah di Maryland mentransplantasikan jantung babi yang dimodifikasi secara genetik ke seorang pria berusia 57 tahun dengan penyakit jantung. Sayang, upaya ini baru mampu memperpanjang hidupnya selama dua bulan.
Para ilmuwan juga mengembangkan teknik untuk memperpanjang umur organ donor agar tidak terbuang sia-sia. Dokter Swiss melaporkan minggu ini bahwa seorang pasien yang menerima hati manusia yang telah diawetkan selama tiga hari, diketahui masih sehat setahun kemudian.
"Implan telinga 3D kemudian menjadi bukti konsep untuk mengevaluasi biokompatibilitas, dan pencocokan bentuk serta retensi bentuk, pada orang yang masih hidup," kata Iatridis.
Menurutnya, bagian luar telinga adalah pelengkap yang relatif sederhana yang lebih kosmetik daripada fungsional.
Lebih lanjut dijelaskan proses pembuatan telinga 3D tersebut. Dimulai dengan
membuang setengah gram tulang rawan dari sisa mikrotia telinga wanita itu. Dia mengirimkan itu, bersama dengan pemindaian 3D dari telinganya yang sehat, dari San Antonio ke gedung 3DBio di Long Island City, Queens.
Di fasilitas tersebut, kondrosit pasien, sel yang bertanggung jawab untuk pembentukan tulang rawan, diisolasi dari sampel jaringan dan ditumbuhkan dalam bubur nutrisi, berkembang biak menjadi miliaran sel.
Sel-sel hidup kemudian dicampur dengan tinta bio berbasis kolagen perusahaan. Selanjutnya, kolagen dimasukkan melalui jarum suntik ke dalam bio-printer 3D khusus, yang menyemprotkan bahan dari nosel dalam aliran tipis yang stabil, berputar-putar untuk menciptakan bentuk lonjong kecil yang merupakan replika dari telinga pasien yang sehat. Seluruh proses pencetakan berlangsung kurang dari 10 menit, mengutip detikcom.
Bentuk telinga yang dicetak kemudian terbungkus dalam cangkang pelindung biodegradable dan ditaruh dalam penyimpanan dingin. Setelah jadi, telinga ini ditanamkan di bawah kulit pasien, tepat di atas tulang rahangnya.