Wajah Masa Depan Kota Tua Jakarta

Nusantaratv.com - 29 November 2022

Wisata Kota Tua
Wisata Kota Tua

Penulis: Arfa Gandhi

Nusantaratv.com - Kota Tua Jakarta tak seperti dulu, kini telah bertransformasi dan ramai dikunjungi oleh para wisatawan. Kawasan ini menawarkan berbagai destinasi wisata yang bisa dinikmati oleh para pengunjung, baik warga Jakarta atau luar Kota Jakarta. Lalu, seperti apakah perkembangan Kota Tua Jakarta dari dulu hingga kini?

Kota Tua menjadi destinasi wisata yang populer untuk disambangi hingga saat ini, atau sekedar melepas penat saat berkunjung ke Ibu Kota. Sebagai salah satu destinasi wisata favorit warga Jakarta saat akhir pekan, kawasan ini tak pernah sepi pengunjung walaupun masih dalam situasi pandemi Covid-19.

Mengutip informasi dari unggahan Instagram Pemerintah Provinsi DKI Jakarta pada Jumat (11/11/2022), penataan kawasan ini telah selesai dikerjakan dan sudah kembali dibuka untuk wisatawan sejak 11 September 2022 lalu.

“Banyaknya kisah sejarah, kearifan lokal, hingga warisan bangunan yang masih berdiri dari berbagai periode zaman, menjadikan Kota Tua sebagai destinasi wisata yang digemari oleh banyak wisatawan domestik maupun mancanegara,” tulis akun tersebut.

Tak ada yang meragukan keindahan Kota Tua Jakarta yang terkenal dengan banyaknya peninggalan bersejarahnya. Sedari dulu daya tarik kawasan ini tak pernah habis, bahkan sejak direvitalisasi semakin banyak destinasi wisata menarik yang bisa dikunjungi. 

Dalam revitalisasi tersebut, kawasan wisata Kota Tua telah ditetapkan sebagai zona rendah emisi atau Low Emission Zone (LEZ) sejak tahun 2021 lalu. Diantaranya Jalan Kemukus, Jalan Ketumbar, Jalan Lada Raya, Jalan Lapangan Stasiun, Jalan Bank, dan Jalan Kali Besar. Selanjutnya, akan dilaksanakan penataan di Jalan Kunir supaya jalan-jalan yang mengelilingi kawasan itu bisa saling terhubung dengan konsep LEZ.

Salah seorang petugas Dinas Perhubungan DKI Jakarta, Budi mengatakan kawasan rendah emisi hanya dapat dilalui oleh pejalan kaki, pesepeda, angkutan umum, dan kendaraan khusus yang sudah lulus uji emisi. 

“Hanya beberapa kendaraan saja yang diijinkan melintas, sehingga udara di sekitar kawasan Kota Tua cukup bersih dan tidak terganggu oleh emisi kendaraan,” katanya sambil bertugas menjaga palang pintu kawasan Kota Tua, Sabtu (12/11/2022).

Ia mengingat, Gubernur DKI Jakarta saat itu, Anies Baswedan mengatakan revitalisasi kawasan Kota Tua dirancang untuk menghadirkan tempat wisata yang memanusiakan pejalan kaki, berorientasi pada mobilitas yang aktif dan setara untuk semua, serta ramah lingkungan. 

Berkunjung ke Kota Tua kita akan disuguhkan kawasan baru yang mewakili Jakarta masa depan. Mulai di tempat ini pengunjung dapat melihat kawasan yang memprioritaskan pejalan kaki, naik kendaraan umum, tanpa kendaraan pribadi, sehingga memunculkan rasa kesetaraan.


Olga (42), salah seorang pengunjung Kota Tua yang berasal dari Jakarta Pusat, mengungkapkan usai direvitalisasi kawasan ini memiliki area pejalan kaki yang lebih luas, dengan trotoar diperlebar sekitar 3 meter agar lebih leluasa bagi pejalan kaki dalam menikmati destinasi wisata murah meriah tersebut. 

“Menyeberang jalan kini relatif lebih mudah. Sebab kendaraan bermotor otomatis menjadi lebih sedikit, sementara area pejalan kakinya lebih luas,” ujarnya.

Harapannya, kawasan Kota Tua bisa lebih ramah, lebih bersahabat bagi pengunjung baik domestik maupun internasional yang akan mendapatkan pengalaman di kawasan ini sebagai sebuah pemandangan dan museum yang menceritakan masa lalu.

Selain itu, dimensi trotoar yang kini lebih luas tersebut juga lebih ramah bagi penyandang disabilitas karena dilengkapi ubin pengarah (guiding block). 

Sementara itu, pengunjung dari Depok Ayu (34) menyebut pasca revitalisasi, kini wajah baru Kota Tua Jakarta menjadi terhubung dengan trasnportasi umum. Seperti stasiun kereta api commuter line (KRL Commuter Line) dan halte Transjakarta.

“Jadi memang benar-benar mendorong pengunjung supaya beralih ke transportasi umum apabila ingin menuju ke kawasan Kota Tua,” katanya. 

Masyarakat dapat menuju ke kawasan Kota Tua dengan menaiki transportasi umum maupun kendaraan pribadi. 

Bila naik Kereta Rel Listrik (KRL) dapat turun di Stasiun Jakarta Kota, lalu keluar dari pintu utara maupun selatan, kemudian berjalan kaki selama 5 menit karena jarak ke kawasan ini hanya 100 meter saja. 

Bagi yang datang dari Bogor dan Depok bisa langsung ke tujuan akhir Stasiun Jakarta Kota. Sedangkan bagi yang dari Bekasi harus transit di Stasiun Manggarai, lalu naik tujuan ke Stasiun Jakarta Kota.

Kemudian untuk yang datang dari Tangerang harus transit di Stasiun Duri, lalu naik KRL tujuan Stasiun Mangarai, dari situ naik tujuan Stasiun Jakarta Kota.

Lalu, rute panduan menuju ke Kota Tua dengan menggunakan MRT dari stasiun mana saja dapat turun di halte Bundaran HI. Dari sana jalan menuju halte Transjakarta Bundaran HI, kemudian sambung dengan koridor 1 (Blok M-Kota) lalu turun di Halte Kota.

Transportasi publik lainnya, bila hobi naik Transjakarta, dapat turun di Halte Kota. Dari situ ke kawasan Kota Tua cukup berjalan kaki sekitar 300 meter dengan waktu kurang lebih 7 menit.

Halte Transjakarta Kota dilewati oleh bus koridor 1 (Blok M-Kota) dan koridor 1A (PIK-Balai Kota). Bila kamu dari Jakarta Timur bisa naik koridor 9 (Pinang Ranti-Pluit) lalu turun di halte Semanggi. Dari sana pindah jalan menyeberang ke halte Bendungan Hilir, lalu naik bus koridor 1 arah Kota untuk turun di Halte Kota. 

Bila membawa kendaraan pribadi, bisa parkir di sekitar kawasan Kota Tua, dengan tarif Rp 5.000 hingga Rp 10.000 untuk motor, dan Rp 15.000 hingga Rp 20.000 untuk mobil.

Untuk masyarakat dari luar Jabodetabek, kawasan Kota Tua berlokasi di Kecamatan Tamansari, Kota Administrasi Jakarta Barat. Sekitar 22 kilometer dari Bandara Internasional Soekarno-Hatta, dan sekitar 7 kilometer dari Stasiun Gambir. Dari Terminal Pulo Gadung sekitar 18 kilometer, sedangkan dari Terminal Kampung Rambutan sekitar 30 kilometer.


Mengunjungi kawasan Kota Tua Jakarta, masyarakat tidak hanya rekreasi saja, tapi bisa juga belajar sejarah di tengah-tengah modernisasi Ibu Kota.

Dilansir dari situs Kebudayaan Kemendikbud, tempat bersejarah bernama lain Oud Batavia ini memiliki luas sekitar 1,3 kilometer persegi yang melintasi Jakarta Utara dan Jakarta Barat, dan menjadi destinasi wisata populer hingga saat ini lantaran bangunan arsitektur Eropa dan Cina dari abad ke-17 hingga awal abad ke-20 mendominasi wilayah yang pernah dijuluki sebagai “Permata Asia” dan “Ratu dari Timur” oleh para pelayar dari barat.

Kota Tua terbentuk saat Indonesia masih dalam penjajahan Belanda. Kala itu, kawasan ini menjadi pusat perdagangan untuk benua Asia karena lokasinya yang strategis serta memiliki sumber daya yang melimpah.

Kota Tua (Batavia saat itu) didirikan di sebuah wilayah bernama Jayakarta (1527-1619). Daerah ini berdekatan dengan pelabuhan Kesultanan Banten, yaitu Sunda Kelapa yang sudah ada sejak zaman Kerajaan Sunda sebagai sarana perdagangan antar pulau di Nusantara. 

Pelabuhan Sunda Kelapa dan Jayakarta pernah diserang oleh perusahaan dagang Belanda VOC (Verenigde Oostindische Compagnie) pimpinan Jan Pieterzoon Coen pada tahun 1610. Lalu, VOC membangun kota yang baru, tepat diatas reruntuhan Kota Jayakarta pada tahun 1620 hingga tahun 1650 baru selesai dibangun. 

Kemudian, VOC menamai kota baru itu sebagai Batavia. Sejak saat itu, VOC mengendalikan semua kegiatan perdagangan, militer, dan politiknya selama menguasai Nusantara, hingga dilanjutkan oleh Pemerintahan Hindia Belanda. 

Nama Batavia digunakan dari tahun 1621 hingga tahun 1942 Belanda ditaklukan oleh Jepang. Kemudian, Jepang mengganti nama Batavia menjadi Jakarta dan bertahan hingga saat ini.

Berbagai macam destinasi wisata Kota Tua menjadi rekomendasi untuk menikmati akhir pekan sambil belajar. Diantaranya Museum Sejarah Jakarta (Museum Fatahillah), Taman Fatahillah, Pelabuhan Sunda Kelapa, Museum Bank Indonesia, Museum Bahari, Kawasan Kali Besar, Jembatan Kota Intan, Museum Wayang, Toko Merah, Museum Seni Rupa dan Keramik, dan lain-lain.  

Hingga saat ini, tiket untuk masuk kawasan Kota Tua Jakarta masih gratis. Namun, apabila memasuki beberapa objek wisata tertentu, akan ada tarif yang dikenakan sekitar FRp 5.000 per- tempat. 

Ketika mengunjunginya, hal penting yang harus diingat kepada setiap pengunjung diwajibkan menjaga kebersihan kawasan Kota Tua dengan membuang sampah pada tempat yang telah disediakan.

Bukan pagi hingga sore hari saja. Makin malam, kawasan Kota Tua makin dipadati pengunjung dari semua pintu masuk. Dari orang tua, anak-anak, remaja, hingga orang dewasa mengisi waktu mereka di destinasi wisata Ibu Kota ini. 

Terlihat wisatawan menikmati suasana malam dengan riang. Anak-anak bermain lampu kecil warna-warni yang bisa diterbangkan. Sedangkan para orang tua tampak duduk-duduk santai sambil bercengkerama sambil menyeruput minuman yang sudah dibelinya.


Salah seorang wisatawan asal Bekasi, Aisha (14) menjelaskan alasannya datang ke Kota Tua pada malam hari untuk mengisi waktu liburan bersama teman-temannya. 

“Iya, nyari hiburan saja ke sini (Kota Tua). Sekalian ngisi liburan. Tadi naik kereta bersama teman-teman,” katanya.

Sedangkan pengunjung lainnya, Heru (27) asal Tangerang, mengaku berwisata ke Kota Tua malam hari untuk menhindarkan keramaian pada siang hari. Namun kondisi sebaliknya justru dia temukan saat tiba di lokasi.

Kota Tua diramaikan oleh para wisatawan sejak pagi hingga malam hari. Para wisatawan tidak saja belajar tentang sejarah, tapi juga dapat menikmati suasana kawasan ini berikut dihibur oleh para pengamen musik yang ada di beberapa titik di kawasan tersebut. 

Mereka memberikan uang secara cuma-cuma kepada para pengamen. Sama halnya dengan spot-spot yang menjadi ajang berswafoto para pengunjung, baik dengan kendaraan klasik maupun bersama model-model yang berpakaian ala none-none Belanda. Bila mau berkeliling, ada banyak tukang ojek sepeda di kawasan Kota Tua. 

Selain melakukan wisata sejarah, kawasan Kota Tua juga menjadi tempat kuliner diantaranya Kerak Telor, Es Selendang Mayang, Pecel, Lokasi Binaan Pemda DKI, Gado-gado Direksi, Kedai Seni Jakarta, Café Batavia, dan masih banyak lagi tersebar di area tersebut. 

Gimana, jadi penasaran?

Penulis: Rimba Mahardika 

Dapatkan update berita pilihan terkini di nusantaratv.com. Download aplikasi nusantaratv.com untuk akses berita lebih mudah dan cepat melalui:



0

x|close