Nusantaratv.com – Dengan semangat terus merawat sekaligus memperkenalkan warisan kebudayaan Dieng yang kaya akan nilai-nilai kearifan, Dieng Culture Festival (DCF) kembali hadir di tengah masyarakat.
Return of the light menjadi tema DCF tahun ini tema ini diangkat sebagai wujud semangat, harapan, dan cita-cita untuk kembali bangkit, berdiri, dan kembali bersinar setelah Industri wisata di Kawasan Wisata Dieng sempat vakum dan surut karena pandemi Covid-19.
Festival kebudayaan yang konon paling romantis di negeri atas awan ini, akan berlangsung dari tanggal 2 sampai 4 Sepember 2022 di Dieng, Jawa Tengah.
Serangkaian acara yang digelar di Dieng Culture Festival ini seperti panggung Jazz Atas Awan, Gebyar Lentera, Kirab Budaya, dan beberapa acara menarik lainnya. Acara Kirab Budaya menjadi acara inti Dieng Culture Festival tahun ini.
Selain itu, dalam acara tahunan ini akan digelar pula ritual pemotongan rambut gimbal yang dikemas menjadi sebuah acara yang menarik yang sayang untuk dilewatkan. Adapun yang dilakukan pemotongan adalah rambut gimbal asli, bukan rambut gimbal hasil modif dari salon.
Terkait ritual pemotongan rambut gimbal ini, ada cerita menarik yang beredar di tengah masyarakat Dieng.
Dikutip dari laman Pikiran-Rakyat.com, rambut gimbal ini merupakan rambut alami mereka. Rambut ini hanya dimiliki oleh beberapa anak-anak tertentu saja yang berada di sekitar dataran tinggi Dieng.
Dari mitos yang beredar di tengah masyarakat Dieng, menyebutkan bahwa rambut gimbal dianggap sebagai pembawa musibah atau masalah di kemudian hari. Untuk itu anak yang berambut gimbal harus diruwat agar hidupnya berkah dan normal seperti anak pada umumnya dengan rambut yang normal serta memiliki rezeki yang berlimpah.
Mitos ini pun akhirnya berkembang menjadi ritual budaya Ruwatan Rambut Gimbal yang biasanya diadakan setahun sekali.
Sebelum bocah berambut gimbal dipotong rambutnya, Ia akan ditanya terlebih dahulu apa yang diinginkan sebagai syarat agar rambutnya boleh dipotong.
Konon katanya, permintaan anak tersebut harus dipenuhi. Kalau tidak, maka rambut gimbal di kepalanya akan tumbuh lagi meski dipotong berkali-kali.
Sebelum acara berlangsung, akan dilakukan doa di beberapa tempat agar acara tersebut dapat berlangsung lancar.
Tempat-tempat yang biasa dilakukan upacara doa sebelum pemotongan rambut gimbal dilakukan di beberapa tempat seperti di Candi Dwarawati, komplek Candi Arjuna, Sendang Maerokoco, Candi Gatot Kaca, Telaga Balai Kambang, Candi Bima, Kawah Sikidang, komplek Pertapaan Mandalasari (gua di Telaga Warna), Kali Pepek, dan tempat pemakaman Dieng.
Malam harinya, acara dilanjutkan dengan upacara Jamasan Pusaka. Pada upacara itu, akan dilakukan pencucian pusaka yang akan dibawa saat kirab oleh anak-anak rambut gimbal. Keesokan harinya baru dilakukan kirab menuju tempat pemotongan rambut.
Perjalanan kirab dimulai dari rumah sesepuh pemangku adat dan berhenti di dekat Sendang Maerokoco atau Sendang Sedayu.
Selama berkeliling desa, anak-anak rambut gimbal ini dikawal para sesepuh, kelompok-kelompok paguyuban seni tradisional, hingga tokoh masyarakat.