Sejarah Candi Borobudur, Situs Budaya yang Diakui UNESCO

Nusantaratv.com - 20 Desember 2023

Candi Borobudur Gramedia.com
Candi Borobudur Gramedia.com

Penulis: Bagas Adi Pangestu

Nusantaratv.com – Indonesia dikenal memiliki banyak situs bersejarah termasuk candi-candi yang memiliki pengaruh dalam perkembangan agama Hindu dan Buddha di Indonesia. Salah satunya adalah Candi Borobudur yang berhubungan erat dengan masuknya Buddha ke Indonesia. Terletak di desa Borobudur, Kecamatan Borobudur, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah Candi Borobudur termasuk tujuh keajaiban dunia.

Dilansir dari Gramedia.com

Rencana pemerintah untuk menaikkan harga tiket objek wisata sejarah, Candi Borobudur di Magelang, Jawa Tengah banyak menimbulkan pro dan kontra di masyarakat. Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Marinves), Luhut Binsar Pandjaitan, menyampaikan pengumuman bahwa tarif terbaru ke Borobudur untuk masyarakat lokal yakni sebesar Rp 750.000 per orang.

Harga tersebut diketahui 15 kali lipat apabila dibandingkan dengan harga tiket yang sekarang ini digunakan, yaitu hanya sebesar Rp 50.000 per orang. Sementara itu, pemerintah juga berencana menaikkan tarif bagi wisatawan asing menjadi US $100 atau sekitar Rp 1,4 juta. Meskipun begitu, pelajar mendapatkan harga tiket yang masih cukup terjangkau yakni Rp 5.000 per orang.

Pemerintah mengaku bahwa rencana tersebut merupakan sebuah usaha dalam rangka melakukan konservasi atau pelestarian situs bersejarah. Kenaikan harga tiket tersebut juga bakal dibersamai dengan pemberlakukan batasan jumlah turis menjadi sekitar 1.200 orang per hari.

Adanya rencana kenaikan harga tiket masuk Candi Borobudur sebagai salah satu peninggalan penting wangsa Syailendra itu juga mendapatkan komentar dari berbagai pakar sejarah, salah satunya adalah Guru Besar Ilmu Sejarah UGM Jogja, Prof Dr. Sri Margana, M. Hum. Sri Margana memandang bahwa kenaikan harga tiket hanya strategi pemerintah yang tidak mau rugi. Hal ini dikarenakan kenaikan tarif bersamaan dengan rencana pembatasan jumlah pengunjung dengan alasan pelestarian cagar budaya.

Candi Borobudur sendiri mempunyai sejarah yang panjang di Nusantara. Situs ini adalah bukti sejarah penting terkait perkembangan agama Buddha di Indonesia.

Sejarah Candi Borobudur

Membahas tentang asal usul dan sejarah Candi Borobudur diketahui memuat kisah yang panjang. Dilansir dari situs Cagar Budaya Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Candi Borobudur diyakini didirikan kali pertama pada tahun 750-842 masehi oleh pemerintahan Dinasti Syailendra. Proses pembangunan Candi Borobudur ini diperkirakan dilakukan secara gotong royong dan tahap demi tahap sebagai bentuk kebaikan ajaran agama Buddha.

Sementara itu, menurut situs Balai Konservasi Borobudur, Sejarawan J.G. de Casparis menyatakan bahwa pendiri Candi Borobudur adalah Raja Samaratungga yang memerintah pada periode 782 – 812 masehi, masa Dinasti Syailendra. Candi Borobudur ini didirikan untuk memuliakan agama Budha Mahayana.

Namun, menurut jurnal Pesona Candi Borobudur Sebagai Wisata Budaya Di Jawa Tengah karya Reza Ayu Dewanti, Candi Borobudur pada dasarnya dibangun sebagai wujud untuk memuliakan raja-raja Syailendra (775 – 850 M) yang sudah bersatu kembali dengan dewa yang merupakan asalnya.

Sejarah Peter Carey mengatakan bahwa Candi Borobudur merupakan sebuah monumen keagamaan yang digunakan sebagai tempat kontemplasi. Ditambah lagi, Candi Borobudur merepresentasikan perjalanan dari sang Buddha serta menjadi simbol hubungan antara seorang raja dengan rakyatnya.

Sampai saat ini, belum ada sumber-sumber tertulis yang menyebutkan kapan Candi Borobudur didirikan hingga berapa lama proses pembangunannya. Penentuan kapan pendirian Candi Borobudur masih merupakan hasil interpretasi dari prasasti berangka yang diyakini dibuat pada tahun 824 masehi. Ditambah lagi, ada prasasti Sri Kahulunan yang diperkirakan dibuat pada tahun 842 Masehi.

Menurut Balai Konservasi Borobudur, susunan bangunan Candi Borobudur terdiri dari sembilan teras berundak dan sebuah stupa induk pada bagian puncak. Sembilan teras tersebut terdiri dari enam teras berdenah persegi dan tiga teras berdenah lingkaran. Berdasarkan legenda, arsitek yang merancang Candi Borobudur adalah seorang bernama Gunadharma. Namun, secara historis hal itu belum dapat diketahui secara pasti kebenarannya.

Proses pembangunan Candi Borobudur memakan waktu yang sangat panjang selama ratusan tahun hingga akhirnya selesai pada masa kekuasaan Raja Samaratungga, 825 Masehi. Candi Borobudur dibangun dalam lima tahapan. Sesuai dengan catatan sejarah yang ada, Candi Borobudur menjadi lambang sebuah alam semesta.

Bentuk arsitektur Candi Borobudur yang berbentuk setengah bola merepresentasikan ajaran agama Buddha, yakni tiga tingkatan dalam semesta, yaitu Kamadhatu yang dipenuhi relief manusia dengan hawa nafsu (dunia keinginan) dan Rupadhatu yang menggambarkan manusia memerangi hawa nafsunya (dunia berbentuk). Arupadhatu (dunia tak terbentuk). Sementara itu, pada tingkat ketiga, Arupadhatu (dunia tidak terbentuk) tidak lagi memiliki hiasan atau relief-relief sebagai wujud terikat dengan unsur dunia.

Tiga tingkat tersebut dapat dilihat pada Candi Borobudur berdasarkan beberapa relief yang ada. Relief yang ada memiliki panjang sampai 3 meter. Selain itu, ada 1.460 pigura yang diselingi dengan beberapa bidang pemisah sekitar 1.212 buah.

Pada bagian atas deretan pigura memiliki semacam pelipit yang membujur dan memanjang hingga mencapai satu setengah kilometer. Pelipit ini sendiri memiliki hiasan yang berbentuk seperti rangkaian bunga teratai.

Di samping itu, pada bagian atas juga terdapat dihias dengan simbar yang memiliki bentuk segitiga berjumlah 1.476 buah. Tingkat kamadhatu dan rupadhatu terdapat 1.472 stupa dan 432 arca Buddha yang mengelilingi Candi Borobudur dari seluruh penjuru mata angin. Kemudian, pada tingkat terakhir terdapat 72 buah stupa yang mengitari stupa induk di bagian puncak.

Berdasarkan situs Cagar Budaya Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan menyebutkan bahwa ada beberapa tafsiran lain yang menuturkan bahwa Candi Borobudur tidak hanya semata-mata berlatar agama Buddha. Bangunan dari Candi Borobudur diyakini banyak terpengaruhi oleh konsep pemujaan leluhur yang diwujudkan dalam bentuk bangunan berteras.

Maka dari itu, candi yang diperkirakan pembangunannya membutuhkan sekitar dua juta potongan batu ini memiliki banyak fungsi, mulai dari sebagai monumen untuk memuliakan leluhur pendiri Dinasti Syailendra dan memuliakan agama Buddha.

Candi Borobudur Terbengkalai

Candi Borobudur terletak di Desa Borobudur, Kecamatan Borobudur, Kabupaten Magelang, Provinsi Jawa Tengah. Kemegahan Candi Borobudur sendiri sempat ditinggalkan dan hilang akibat terkubur tanah dan debu vulkanik erupsi Gunung Merapi.

Para ahli menduga bahwa Candi Borobudur sempat ditinggalkan akibat bencana Gunung Merapi yang meletus pada sekitar tahun 1006 M. Pada saat itu Raja Mpu Sindok sedang berfokus untuk memindahkan ibu kota Kerajaan Medang ke kawasan Jawa Timur. Tak heran, apabila Candi Borobudur diperkirakan terlantar sekitar 928 M dan 1006 M.

Perpindahan ibu kota tersebut menjadikan masyarakat meninggalkan Candi Borobudur. Sampai pada sekitar tahun 1365 M, Mpu Prapanca dalam sebuah naskah berjudul Negarakertagama yang ditulis ketika Kerajaan Majapahit. Naskah tersebut menyebutkan “Wihara di Budur.”

Seiring berjalannya waktu hingga abad ke-18, Candi Borobudur sudah tidak digunakan. Dalam banyak naskah Jawa, salah satunya yang berjudul Serat Centhini menyebutkan lokasi candi ini sebagai sebuah bukit atau tempat yang bisa memberikan kematian atau kesialan. Hal itu menandakan bahwa tempat ini sudah ditinggalkan sebagai tempat suci agama Buddha.

Berdasarkan catatan sejarah, Candi Borobudur ditemukan kembali pada tahun 1814. Pada saat itu, Indonesia masih berada di bawah kekuasaan Inggris. Dikutip dari situs Balai Konservasi Borobudur menyebutkan, Sir Thomas Stanford Raffles, Gubernur Jendral Inggris ketika berkunjung ke Semarang mendapatkan informasi bahwa di daerah Kedu ditemukan bebatuan bergambar pada bukit sekitar Desa Bumisegoro.

Selanjutnya, Raffles memerintahkan seorang Belanda yang bernama Cornelius untuk memimpin pembersihan situs yang masih tertutup oleh tanah, semak belukar, dan pepohonan. Cornelius pun mengajak 200 orang masyarakat sekitar untuk menebangi pohon dan memotong semak belukar. Penggalian dilakukan selama dua bulan, hanya saja ada beberapa bagian yang tidak bisa digali karena bisa jadi runtuh.

Dimulai pada tahun 1817, ada banyak penggalian kecil yang dilakukan, akan tetapi hasilnya tidak pernah didokumentasikan. Sampai pada tahun 1835, pembersihan situs sejarah Candi Borobudur tampak setelah dilanjutkan oleh Residen di wilayah Kedu yang bernama CL Hartman. Tak hanya itu, Hartman juga melakukan kegiatan penelitian mengenai situs tersebut. Hanya saja, laporan terkait penelitian tersebut tidak pernah terbit.

Sejarawan dan arkeolog sekaligus Ketua Pemugaran Candi Borobudur yang Kedua, Soekmono menyebutkan dalam bukunya berjudul Satu Abad Usaha Penyelamatan Candi Borobudur (1991), upaya pemotretan relief Borobudur sebenarnya telah dilakukan sejak 1845 oleh juru foto yang bernama Schaefer.

Hanya saja, dikarenakan hasil foto karya Schaefer dianggap tidak memuaskan, dokumentasi relief Borobudur digambar secara langsung oleh tangan seorang tentara yang bernama FC Wilsen. Sementara itu, tulisan yang menjelaskan tentang Borobudur ditulis oleh Brumund disunting hingga disempurnakan oleh Leemans menjadi monografi resmi pada 1873.

Pemugaran Candi Borobudur

Berdasarkan informasi dari Balai Konservasi Borobudur, pemugaran Candi Borobudur secara besar-besar tercatat pernah dilakukan sebanyak dua kali. Pemugaran kali pertama dilaksanakan oleh Pemerintah Hindia Belanda di bawah pimpinan Van Erp. Selanjutnya, pemugaran kedua dilakukan oleh Pemerintah Indonesia yang diketuai oleh Soekmono.

Penemuan batuan berukir di bukit daerah Kedu tersebut diyakini sebagai bekas Wihara di Budur. Hal tersebut pun menarik perhatian Raffles melalui asistennya, seorang insinyur asal Belanda yang bernama Christian Cornelius. Sampai pada tahun 1907 hingga 1911, seorang ahli purbakala dan pemugaran kelahiran Ambon, Theodoor Van Erp menjadi orang pertama yang melakukan pemugaran pada Candi Borobudur.

Dana yang dihabiskan pemerintah Hindia Belanda untuk melakukan pemugaran Candi Borobudur perdana ini ditaksir mencapai 48.00 gulden. Van Erp memulai pekerjaan pemugaran candi yang pertama ini dengan mengumpulkan batu-batu yang terpisah terlebih dahulu. Selanjutnya, dia menggali di sekitar candi sampai menemukan banyak ornamen.

Pada 1908, pemerintah Belanda menyetujui anggaran tambahan sebesar 34.600 gulden guna melakukan pemugaran yang lebih besar. Pemugaran ini meliputi pembenahan stupa induk dan stupa teras. Tidak hanya itu, pembenahan beberapa dinding lorong dan pagar langkan (Rupadhatu) serta pembenahan selasar juga dilakukan. Pemugaran perdana ini selesai tepat pada tahun 1911.

Pada pemugaran pertama ini, Van Erp belum menyentuh kemiringan dinding yang semakin membahayakan. Van Erp lebih berfokus pada pembenahan dan perataan lantai pada Candi Borobudur. Menurut hasil kajian Balai Konservasi Borobudur, ada kemiringan pada tanah dasarnya yang tidak stabil. Hal tersebut dikarenakan terlalu banyak infiltrasi air yang masuk pada bagian dasar candi.

Pemugaran Candi Borobudur yang kedua dilakukan oleh Pemerintah Indonesia dan UNESCO pada tahun 1973 hingga 1983. Pemugaran yang diketuai oleh Soekmono ini memakan waktu hingga sekitar 10 tahun yang dimulai pada 10 Agustus 1973. Proyek kolosal ini pun secara resmi usai tepat pada 23 Februari 1983 dengan pembongkaran lantai Rupadhatu, pemasang struktur penguat sebagai dasar dinding lorong, pembersihan hingga pengawetan batuan candi.

Pada tahun 1955, dilansir dari situs Cagar Budaya Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Pemerintah Indonesia mengajukan permintaan bantuan kepada UNESCO untuk menangani masalah Candi Borobudur, terutama terkait pemugaran. Pada tahun 1955.

Kemudian, UNESCO menunjuk seorang tenaga ahli yaitu Prof. Dr, P. Coremans, Kepala Laboratoire Central des Musees de Belgique. Kedatangan Coremans pun memberikan dampak yang sangat berarti bagi Candi Borobudur. Coremans menyatakan bahwa Candi Borobudur menderita penyakit “kanker batu”. Apabila tidak segera dilakukan ditangani, maka batuan candi akan hancur secara perlahan.

Pada tahun 1960, Candi Borobudur dinyatakan dalam keadaan darurat. UNESCO pada akhirnya terlibat lebih aktif dalam upaya pelestarian situs bersejarah ini. Kemudian, pada 1971 dilakukan upaya penyelamatan Candi Borobudur secara besar-besaran. UNESCO secara resmi telah menyetujui pemberian bantuan pemugaran untuk Candi Borobudur.

Pada 23 Februari 1983, pemugaran Candi Borobudur dinyatakan selesai. Presiden Soeharto pun secara resmi membuka Candi Borobudur bagi masyarakat luas. Sebelumnya, Candi Borobudur bersamaan dengan Candi Pawon dan Candi Mendut ditetapkan sebagai Warisan Budaya Dunia oleh UNESCO pada tahun 1991. Nama Borobudur Temple Compounds diberikan UNESCO untuk situs sejarah yang dimiliki Indonesia ini.

Seiring berjalannya waktu, pengembangan Candi Borobudur semakin diperhatikan oleh pemerintah negara. Pada 2008, kawasan Candi Borobudur ditetapkan sebagai Kawasan Strategis Nasional. Penetapan Kawasan Strategis Nasional sendiri akan diikuti dengan peninjauan dan penataan kembali zonasi kawasan tersebut.

Fakta-Fakta Tentang Candi Borobudur

1. Jumlah Pengunjung Semakin Bertambah
Setelah selesai dilakukan pemugaran pada 1983, ditambah lagi dengan penetapan statusnya sebagai situs warisan budaya dunia oleh UNESCO pada 1991, wisatawan yang datang ke Candi Borobudur semakin bertambah tiap waktu.

Pada tahun 2018 saja, tercatat ada sekitar 3,66 juta wisatawan baik dari dalam negeri maupun luar negeri yang datang ke Candi Borobudur. Selanjutnya, jumlah wisatawan yang berkunjung pun meningkat menjadi sekitar 3,94 juta orang pada 2019. Penurunan drastis jumlah wisatawan untuk kali pertama terjadi pada tahun 2020 akibat pandemi hingga menjadi 996.000 orang.

2. Batu Candi Borobudur Mengalami Keausan
Menurut berbagai sumber, kajian dan literatur, ditemukan sebuah dugaan bahwa aktivitas manusia selama ini telah memberikan dampak secara langsung terhadap keausan batu sebagai struktur penyangga Candi Borobudur. Pendapat tersebut disampaikan secara langsung oleh Ketua Perkumpulan Ahli Arkeologi Indonesia, Marsis Sutopo.

3. Sandal dan Tangga Khusus Saat Pergi ke Candi Borobudur
Kemudian, berbagai upaya konservasi pun dilakukan untuk melestarikan situs sejarah, Candi Borobudur, mulai dari melakukan pembatasan area yang bisa dimasuki pengunjung, memakai kayu sebagai pelapis pijakan wisatawan, hingga merancang sandal khusus untuk menekan laju keausan pada batu candi.

Seorang sejarawan yang mendalami tentang Jawa Kuno asal Inggris, Peter Carey menyampaikan bahwa penting untuk mengambil langkah untuk melindungi struktur Candi Borobudur. Peter Carey juga menambahkan, para wisatawan perlu disediakan tangga yang berbeda agar struktur Candi Borobudur tidak rusak.

4. Monumen Keagamaan
Candi Borobudur kita tahu sendiri mempunyai rekam jejak sejarah hingga belasan abad yang lalu, sejak pertama kali didirikan. Candi ini juga menjadi monumen keagamaan yang merepresentasikan Dinasti Syailendra dengan ajaran Buddha Mahayana. Candi Borobudur juga menjadi letusan dahsyat Gunung Merapi hingga kembali ditemukan dan direstorasi pada tahun 1983.

Dapatkan update berita pilihan terkini di nusantaratv.com. Download aplikasi nusantaratv.com untuk akses berita lebih mudah dan cepat melalui:



0

x|close