Menelusuri 3 Kelenteng di Kota Solo, Ada Tertua dan Bersejarah

Nusantaratv.com - 24 Desember 2022

Kelenteng Tien Kok Sie merupakan bangunan tertua dan bersejarah yang ada di Kota Solo, Jawa Tengah. (Istimewa/Net)
Kelenteng Tien Kok Sie merupakan bangunan tertua dan bersejarah yang ada di Kota Solo, Jawa Tengah. (Istimewa/Net)

Penulis: Adiantoro

Nusantaratv.com - Di Indonesia terdapat banyak pilihan daerah untuk berwisata, salah satunya Kota Solo, Jawa Tengah (Jateng).

Kota Solo juga terkenal dengan batiknya yang digemari banyak wisatawan. Tempat wisata Solo yang paling terkenal yakni wilayah Keraton Kasunanan dan Mangkunegaran.

Selain dua keraton tersebut, kota Solo juga memiliki tempat wisata religi yang bisa menjadi tujuan berwisata. Selain masjid, gereja, ada juga kelenteng bersejarah yang dapat dikunjungi. Salah satunya Kelenteng Tien Kok Sie.

Nah, jika Anda berkunjung ke kawasan Pasar Gede, maka akan bertemu dengan bangunan-bangunan khas Tionghoa. Hal ini dikarenakan wilayah tersebut banyak didominasi para keturunan Tionghoa yang sudah lama menetap di Kota Solo.

Umumnya, masyarakat Tionghoa akan menyambung hidup dengan melakukan perdagangan, yakni berbisnis atau membuka toko. Mengingat banyaknya keturunan Tionghoa di lokasi tersebut, maka berdiri pula bangunan yang digunakan sebagai tempat ibadah atau disebut dengan kelenteng. 

Ini merupakan tempat untuk melaksanakan ibadah persembahyangan bagi pemeluk ajaran atau agama Konfusius, Tao, dan Budha. Kota Solo memiliki setidaknya 3 kelenteng yang tersebar di beberapa lokasi. 

Pertama, adalah Kelenteng Tien Kok Sie. Berada di kawasan Pasar Gede Harjonagoro, tepatnya di sisi sebelah selatan. Kelenteng ini tidak jauh dari jalan kota, sehingga mudah dijangkau dan ditemukan. 

Terdapat sumber yang mengatakan kelenteng Tien Kok Sie merupakan bangunan tertua di Jawa Tengah. Konon, kelenteng tersebut memiliki cerita sejarah yang lekat hubungannya dengan perpindahan Keraton Kartasura ke Desa Sala.

Pasalnya, bangunan ini mulai didirikan tak berselang lama dengan berpindahnya keraton tersebut. Masa pembangunan selama 3 tahun, yakni berlangsung dari tahun 1746 sampai 1748.

Mulanya digunakan sebagai tempat sembahyang saja. Akan tetapi, lambat laun menjadi tempat yang sekaligus untuk bersosialisasi antar masyarakat Tionghoa. 

Kedua, yaitu Kelenteng Poo An Kiong. Lokasinya terletak di Jalan Yos Sudarso Nomor 122 atau tepatnya berada di Kelurahan Jayengan, Kecamatan Serengan. 

Dahulu, kelenteng ini dikelilingi dengan aliran air, atau masyarakat menyebutnya dengan Kali Larangan. Namun, sekarang sudah rata dengan tanah dan dibangun ruko serta bangunan di sekelilingnya.

Nama Poo An Kiong sendiri memiliki arti sumber keselamatan negara. Menariknya, kelenteng ini dianggap sebagai tempat yang sakral sejak zaman kerajaan. 

Pernyataan tersebut dapat dikuatkan dengan keberadaannya 2 pilar raksasa sebagai penyangga utama berdirinya kelenteng. Karena di pilar tersebut tertera tulisan berhuruf Kanji dengan bahasa Mandarin, yang menyebutkan adanya keharmonisan antara etnis Jawa dan Tionghoa. 

Sedangkan, arsitekturnya tak jauh berbeda dengan kelenteng pada umumnya. Bagian atapnya, yakni sisi kiri-kanan simetris dan membentuk lengkungan ke atas dengan ornamen khas China, berupa patung naga pada setiap sisi.

Ketiga, kelenteng Khongcu Bio atau disebut juga dengan Kelenteng Sinar Kebajikan. Bangunan ini berada di kompleks Universitas Sebelas Maret (UNS).

Luas bangunannya sebesar 10×10 meter persegi. Pembangunan berlangsung pada tahun 2019, sebelum pandemi Covid-19 melanda. Saat ini, bangunan kelenteng dapat dimanfaatkan untuk masyarakat umum. Kegiatan mingguan rutin diadakan di kelenteng ini, salah satunya adalah ibadah Che Cap Go.
 

Dapatkan update berita pilihan terkini di nusantaratv.com. Download aplikasi nusantaratv.com untuk akses berita lebih mudah dan cepat melalui:



0

x|close