Nusantaratv.com - Perang yang melanda Afghanistan dalam beberapa dekade telah meluluhlantakan sendi-sendi kehidupan negara tersebut. Salah satu yang terkena dampak perang adalah sektor pendidikan.
Banyak generasi muda Afghanistan dipaksa meninggalkan bangku kuliah untuk ikut berperang. Setelah perang mereda, mereka ingin kembali ke kampus, mereka haus akan pengetahuan dan pendidikan. Banyak mahasiswa Afghanistan yang kini kekurangan buku dan pengetahuan. Hal ini terlihat dari banyaknya mahasiswa yang mengunjungi pameran buku yang diadakan di Universitas Kabul.
Pameran yang berlangsung sejak Minggu pekan lalu itu diserbu banyak mahasiswa yang membutuhkan pengetahuan dan buku-buku baru. Dahaga mahasiswa akan pengetahuan dapat sedikit terobati dengan adanya pameran tersebut. Pameran itu sendiri rencananya akan berakhir pada Jumat (10/6/2022).
“Saya datang ke sini untuk mencari beberapa buku tentang teknik,” ujar Juma Hami, mahasiswa Universitas Kabul, dikutip dari Xinhua, Rabu (08/06/2022).
“Kami tidak memiliki buku pelajaran,” gumam mahasiswa jurusan teknik itu, Hami juga mengatakan pameran buku sebagai langkah untuk mendorong warga Afghanistan untuk kembali belajar dan berkesempatan mendapatkan buku-buku profesional terbaru di ajang pameran tersebut.
“Saya ingin menyelesaikan pendidikan saya dengan pengetahuan profesional,” tambah Hami.
Menurut penyelenggara, ratusan orang termasuk mahasiswa dan guru universitas telah datang mengunjungi pameran buku tersebut. Jumlah pengunjung pada pameran itu setiap harinya terus meningkat. Hal ini menunjukkan bahwa rakyat Afghanistan telah lelah berperang, mereka ingin memperbaiki nasib mereka dan membangun kembali negaranya dengan belajar. Perang yang terjadi beberapa dekade telah memporakporandakan perekonomian negara itu.
Pameran itu diikuti oleh 45 penerbit yang ada di Afghanistan. Peserta pameran sengaja memberi kesempatan kepada generasi muda untuk membaca dan menimba ilmu, kata Abdul haleem Muftizada, salah satu penyelenggara pameran tersebut.
“Buku-buku penting untuk mahasiswa ditampilkan di sini,” kata Muftizada, ia juga mengungkapkan bahwa negara kini membutuhkan tenaga insinyur, dokter, pekerja terampil dan orang-orang berpendidikan tinggi untuk membangun kembali negara mereka dan membuatnya setara dengan negara-negara maju.
Sesuai dari laporan Lembaga Anak Internasional Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNICEF), sistem pendidikan Afghanistan telah dihancurkan oleh konflik selama lebih dari tiga dekade.
“Dalam situasi seperti itu, kita perlu belajar, dan generasi muda kita perlu belajar keras dan bekerja untuk negara,” kata Mohammad Munir, yang juga datang ke pameran buku-buku profesional untuk mencari buku-buku yang sesuai dengan jurusannya.
Meskipun kekurangan gedung pengajaran modern dan laboratorium sains, Munir percaya bahwa pengetahuan dapat membantunya “membuat negara kita menjadi negara yang baik dalam beberapa dekade mendatang.”
Sejak Amerika Serikat menjatuhkan sanksi terhadap Afghanistan dan membekukan lebih dari 9 miliar dolar AS asetnya di bank-bank AS, perang ganda dan sanksi AS telah membuat negara itu terguncang.
Hal senada dengan Munir, dilakukan oleh Abdul Hadi Yazdani, profesor Universitas Kabul, yang mengakhiri pengasingannya di Jerman dan kembali ke tanah airnya bulan lalu.
“Orang Afghanistan harus rajin belajar untuk mendapatkan ilmu,” kata Yazdani setelah membeli tiga buku tentang teknik otomotif dari pameran itu untuk dibagikan kepada murid-muridnya. “Kita harus membangun kembali Afghanistan.”
“Ini adalah tanah kami dan melayani tanah ini adalah pekerjaan kami,” tambah Yazdani. (Annissya Chusnul Khotimah)