Nusantaratv.com - Konsumsi rokok justru meningkat di era pandemi. Terlebih setelah munculnya tren e-cigarette, atau rokok elektronik, yang lebih pupoler dengan sebutan vape.
Fakta mengejutkan tersebut diungkapkan Ketua Pengurus Harian Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia YLKI, Tulus Abadi.
"Ketika selama pandemi itu, aktivitas merokok 52,2 persen tidak berkurang, jadi tetap ngebul. Tetapi, yang lebih tragis lagi, 15,2 persen meningkat," ujar Tulus Abadi, Rabu (30/3/2022).
Data tersebut diperoleh dari survei Komnas Pengendalian Tembakau di tahun 2020. Selain angka-angka tersebut, Tulus juga memaparkan bahwa pandemi dan dampaknya pada pendapatan para responden survei tersebut tidak mempengaruhi kebiasaan merokok mereka, tetap merokok dan malah meningkat.
Mirisnya, perokok Indonesia yang berusia muda, 10 hingga 18 tahun, juga ikut meningkat. Kondisi tersebut ditunjukkan oleh data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018 yang menunjukkan peningkatan prevalensi merokok anak usia 10 tahun. Dari 28,8 persen di tahun 2013 hingga jadi 29,3 persen di tahun 2018.
Yang mengkhawatirkan, Tulus juga menemukan bahwa adanya relasi dari peningkatan kasus covid-19 dengan peningkatan perokok di suatu daerah.
"Data yang ada menunjukkan jumlah perokok tembakau dengan jumlah kasus COVID itu berkelindan. Jadi, kalau jumlah perokoknya tinggi di satu daerah, itu tren COVID-nya juga tinggi. Nah ini, baik rokok konvensional maupun rokok elektrik diiringi dengan tingginya kasus COVID-19," papar Tulus.
Sebuah studi Universitas Stanford di tahun 2020 juga menyimpulkan perokok elektronik 5 kali lebih rentan terinfeksi covid-19.
Studi ini mempelajari 4.000 remaja di rentang umur 12-24 yang menunjukkan bahwa remaja yang merupakan perokok elektronik memiliki potensi 5 kali lebih rentan terpapar covid-19.
Bahkan remaja yang merupakan perokok elektronik dan juga konvensional, 7 kali lebih rentan terjangkit covid-19.
"Ini [Studi Universitas Stanford] bukti bahwa antara COVID dengan rokok konvensional, COVID dengan rokok elektrik, itu sangat berkelindan terkait dengan efek atau dampak yang ditimbulkan," tegas Tulus.
Tulus mengingatkan bahwa rokok elektrik tidak lebih aman dibandingkan dengan rokok konvensional atau bahkan sebagai pengganti rokok konvensional. (dari berbagai sumber)