Nusantaratv.com - Tragedi Bom Bali I terjadi pada 12 Oktober 2002, dengan tiga bom meledak yakni di Sari Club, Padddy’s Bar, serta satu bom di depan Konsulat Amerika.
Akibat peristiwa ini setidaknya terdapat 202 korban dari 20 negara yakni di antaranya Indonesia, Inggris, Amerika Serikat, Brasil, Jerman, Afrika Selatan, Selandia Baru dan beberapa negara lainnya.
Adapun Australia menjadi negara dengan jumlah korban paling banyak, yaitu sebanyak 88 orang meninggal dunia.
Pada hari Selasa (11/10) tahun 2022 ini, peringatan tragedi duka ini telah berlalu 20 tahun silam. Namun, peristiwa berdarah tersebut akan terus menjadi sejarah kelam yang dialami pulau dewata dan diketahui seluruh dunia.
Mereka yang menjadi keluarga dari para korban akan selalu merasa kehilangan yang mendalam dan sulit menerima kenyataan yang terjadi. Tentu kesedihan yang dialami pada waktu itu tidak dengan mudah bisa diobati dan berlalu begitu saja.
Yang pasti,mendoakan para korban untuk mendapat tempat terbaik di surga adalah jalan utama yang harus terus dipanjatkan demi suatu keputusan dan doa yang terbaik.
Telah berlalu 20 tahun silam, ternyata meninggalkan cerita menarik dari seorang pelatih kepala Bali United, Stefano Cugurra. Pada saat itu, ia masih berusia 28 tahun dan sudah menjadi pelatih di Brasil.
Tepatnya, ia mengawali kariernya pada tahun 2000 sebagai bagian dari staf kepelatihan klub Amerika Serikat, NSA Football Club da Florida sebagai pelatih fisik. Di tahun yang sama, ia juga berkiprah di Liga Italia sebagai pelatih kebugaran klub Brescia U-17.
Teco juga sempat menjadi pengamat teknis untuk tim nasional Brasil U-17 dan U-19 hingga tahun 2002. Pada tahun inilah, tragedi duka dunia itu terjadi di pulau Bali yang berada di Indonesia.
Teco yang berada di Brasil memiliki rekan sejawat di lapangan hijau yang juga berkarier lebih dulu di Indonesia. Pada saat peristiwa bom Bali itu terjadi, teman-teman Teco dari Brasil tersebut juga berada dekat di lokasi kejadian.
“Saya ada di Brasil dan banyak lihat berita mengenai tragedi waktu itu. Tapi saya ada beberapa teman yang juga pelatih dan pemain berkarier di Indonesia. Saya tahu cerita mereka pada waktu bom Bali itu, beberapa teman saya ini ada di Bali. Mereka juga mau ke lokasi kejadian pada malam itu, namun sebelum tiba di lokasi, satu teman mampir untuk berhenti dan beli minum. Saat membeli minum itulah bom meledak. Teman saya selamat dan merasa seperti lahir kembali dari kejadian itu. Banyak korban yang meninggal dunia pada waktu itu. Mudah-mudahan tidak ada lagi kejadian sedih ini di Indonesia atau pun di tempat lainnya,” ungkap Coach Teco mengenang kejadian pada waktu itu.
Pasca kejadian tragedi duka yang mengguncang dunia pada waktu itu, ekonomi sempat melemah di pulau dewata karena aktifitas kegiatan pariwisata sempat terhenti. Hal ini akibat dampak terorisme yang dirasa tinggi dan mengganggu keamanan di Bali. Pasalnya, korban yang meninggal dunia adalah para tamu wisatawan yang menikmati liburan di pulau dewata.
Sama halnya seperti situasi pandemi dua tahun silam, ekonomi pariwisata yang sempat terganggu pelan-pelan mulai kembali berangsur membaik. Bali mulai normal dengan perkembangan kunjungan wisatawan yang semakin ramai menghiasi Bali.
Pelatih asal Brasil ini pun mengakui bila pulau yang menjadi lokasinya bekerja ini sudah kembali normal dan berharap keamanan Bali tetap terjaga. Selain itu, Bali yang menjadi destinasi tertinggi kunjungan wisatawan juga terhindar dari kejahatan maupun aksi terorisme yang tidak diinginkan.
“Bali sudah mulai normal kembali pasca pandemi. Sudah banyak turis yang menikmati pulau ini. Kita tahu semua orang sudah dua tahun sebelumnya harus diam di rumah dan tidak boleh bepergian. Maka saat ini tentu pelan-pelan mereka mulai menikmati liburan di tempat ini. Semoga Bali tetap aman dan menjadi tempat yang nyaman untuk semua orang,” harap pelatih yang sudah tiga tahun menetap di Bali.
Setahun kemudian setelah tahun 2002, Teco pun menyusul teman-temannya untuk berkarier di Indonesia. Persebaya Surabaya menjadi klub pertamanya di Indonesia setelah diminta oleh seniornya dari Brasil, Jacksen F. Tiago. Kedua pelatih dari negeri samba ini berkolaborasi memberikan prestasi untuk tim asal Jawa Timur itu berjaya pada masa tersebut, salah satunya meraih trofi Divisi Utama tahun 2004.