“Jadi singkong, gula aren dan kelapa itu dipadu jadi satu, dikukus, jadi makanan Ndas Borok untuk bekal naik gunung,” tutur Pak Itok.
Cara membuatnya, dijelaskan Pak Itok, singkong dan kelapa diparut atau diselep, dicampur rata, ditaburi gula aren yang telah disisir tipis, diberi alas daun pisang lalu dikukus selama 20-30 menit. Kemudian ditempatkan dalam wadah yang terbuat dari anyaman bambu berbentuk bulat. Dipilih bentuk bulat karena melambangkan ndas atau kepala.
“Setelah disajikan kerap ada kata-kata ‘Kok koyo Ndas Borok (seperti kepala berpenyakitan)’, sehingga diberi nama Ndas Borok,” terangnya.
Ndas Borok buatan Pak Itok memiliki bentuk bulat berdiameter 20 sentimeter dengan ketebalan satu sentimeter. Satu porsi bisa dibagi menjadi delapan potong, cukup untuk empat orang. Setiap harinya ia membuat rata-rata 20-30 porsi. Makanan ini bisa tahan 3x24 jam jika telah dikukus minimal 20-30 menit tanpa diawetkan.
“Hanya saja akan berubah rasa sedikit asam. Kalau dikukus lagi rasa asam hilang,” katanya.
Dijelaskan, tiap satu kilogram singkong dengan satu kelapa bisa jadi tiga porsi Ndas Borok. Satu porsi membutuhkan taburan gula arean sebanyak satu ons. Tiap satu porsi Ndas Borok memiliki berat 3-4 ons. Ndas Borok dijual seharga Rp 10 ribu per porsi. Namun jika dibeli dari reseller harganya menjadi Rp 13-15 ribu per porsi. Pak Itok memiliki tiga agen reseller Ndas Borok.
Selain Ndas Borok, Pak Itok juga menjual olahan makanan dari singkong, seperti endog gludug, lentho, thoklo atau gendolo. Hampir semua makanan buatannya punya karakter dan cita rasa gurih manis.
“Saya ingin mempopulerkan makanan tradisional yang lebih sehat alami tanpa bahan kimia. Ingin ajak generasi muda suka makanan tradisional,” pungkas Pak Itok.
Sumber: infopublik.id